Senin, 14 Januari 2013

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN




A.          PENDAHULUAN
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu sehingga, belajar itu merupakan salah satu kebutuhan manusia. Sukmadinata, Nana Syaodih (2005:155) menerangkan bahwa, sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, baik itu mengarah kehal yang lebih baik atau yang kurang baik. Banyak ahli yang memberikan batasan tentang belajar itu sendiri. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang tak dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.
Kegiatan belajar tidak akan lepas dari proses pembelajaran. Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substansi dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Sehubungan dengan itu, sebagai calon pendidik yang baik hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran. Selain itu, calon pendidik juga harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar serta konsepsi atau teori belajar, sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif.



B.           PEMBAHASAN
1.            Pengertian belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Baharudin, H dan Esa Nur Wahyuni (2007:13) menjelaskan, definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Fudyartanto (2002) dalam Baharudin, H dan Esa Nur Wahyuni (2007:13) menyimpulkan, dalam belajar itu manuasia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Crow and Crow dalam (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:155), “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru” sedangkan menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi. Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, Muhibbin, 2011:68). Pendapat ini serupa dengan pendapat Cronbach (Suryabrata, 2002: 231) yakni “Learning is shown by a change in behavior as results of experience. Lebih lanjut Suryabrata (2002:232) merumuskan hal-hal pokok yang didapat dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli seperti Cronbach, Kenntnis dan Fertingkeit, sebagai berikut:
a.       Bahwa belajar itu membawa perubahan tingkah laku
b.      Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru
c.       Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan oleh para ahli. Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman. Tujuannya untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.

2.            Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (http://file.upi.edu).
Pengertian tentang pembelajaran juga terdapat pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan di atas, dapat dimaknai bahwa di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis antara pendidik dan peserta didik, dimana penekanannya pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh pendidik (teacher of teaching). Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena di dalamnya terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling terkait antara komponen yang satu
dengan komponen yang lain dan saling ketergantungan. Komponen-kompenen pembelajaran adalah sebagai berikut: a) tujuan, b) bahan, c) metoda, d) media,    e) evaluasi (http://file.upi.edu). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Dengan demikian pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman peserta didik. Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.

3.            Faktor yang mempengaruhi belajar
Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang dapat mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya. untuk mempermudah dalam pemaparannya dapat dilakukan klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Suryabrata (2002:233), terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dapat digolongkan lagi menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial dan faktor sosial. Begitu juga faktor internal, dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Selain faktor internal dan eksternal, Syah, Muhibbin (2011:145) menambahkan, faktor pendekatan belajar (approach to learning) juga dapat mempengaruhi dalam proses belajar.
a.       Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta belajar meliputi dua aspek, yakni:
(1)   Aspek non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah saranan dan prasarana yang ada disekeliling peserta belajar. Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa turut menentukan tingkat keberhasilan dalam belajar.
(2)   Aspek sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para pendidik, staf administrasi, dan teman-teman dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang. Lingkungan masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal pun dapat mempengaruh semangat belajar seseorang. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga individu itu sendirir. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai (Syah, Muhibbin, 2011:154).

b.      Faktor internal
Faktor yang berasal dari dalam diri peserta belajar sendiri meliputi dua aspek, yakni:
(1)   Aspek fisiologis
Kondisi jasmani mencangkup kesehatan dan kebugaran jasmani individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda, ada yang tahan belajar selama empat atau lima jam terus menerus, tetapi ada yang juga hanya tahan satu sampai dua jam. Kondisi umum jasmani dan tonus (ketegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam belajar (Syah, Muhibbin, 2011:146). Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pencecapan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
(2)   Aspek psikologis
Aspek psikologis tidak kalah pentingnya dalam belajar. Aspek ini menyangkut kondisi kesehatan fisik, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi efektif dan konatif dari individu (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:162). Kondisi kesehatan fisik menyangkut keadaan yang terbebas dari tekanan-tekanan batin, gangguan perasaan, kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, dan konflik-konflik psikis. Kondisi intelektual menyangkut tingat kecerdasan, bakat-bakat tiap individu, dan kemampuasn penguasaan pengetahuan yang sebelumnya. Sedangkan kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik pengajar, teman-teman, orang tua maupun dengan orang lainnya. Syah, Mohibbin (2011:148) menambahkan, minat dan motivasi peserta didik juga berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar.

c.       Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Pendekatan belajar dapatdipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan individu dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaraan materi tertentu. Tiap individu memiliki strategi yang berbeda-beda dalam belajar, ada yang belajar dengan cara reproduktif yaitu belajar dengan menghafal, meniru, menjelaskan, dan meringkas. Ada pula yang belajar secara analitis, mereka berfikir kritis, mempertanyakan, menimbang-nimbang, dan beragumen. Lain halnya dengan cara spekulatif, sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru sehingga menghasilkan hipotesis. Keseluruhan merupakan pendekatan yang tiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam melaksanakannya.
            Keseluruhan faktor-faktor diatas baik itu faktor eksternal, internal dan pendekatan belajar memiliki satu-kesatuan yang saling berkaitan dan masing-masing saling mempengaruhi. Gambaran dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya
Internal
Eksternal
Pendekatan
1.      Aspek Fisiologis:
-          Tonus jasmani
-          Mata dan telinga

2.      Aspek Psikologis:
-          Inteligensi
-          Sikap
-          Minat
-          Bakat
-          Motivasi
1.      Lingkungan Sosial:
-          Keluarga
-          Guru dan staf
-          Masyarakat
-          Teman

2.      Lingkungan Nonsosial:
-          Rumah
-          Sekolah
-          Peralatan
-          Alam
1.      Pendekatan Tinggi:
-          Speculative
-          achieving

2.      Pendekatan Menengah:
-          analitical
-          deep

3.      Pendekatan Rendah
-          Reproductive
-          surface
(Sumber: Syah, Muhibbin, 2011:157)

4.            Konsep atau Teori belajar
Teori belajar menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Dapat dipahami pula sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkait dengan peristiwa belajar (Syah, Muhibbin, 2011:92). Setiap orang yang belajar akan memiliki pengalaman dan pemahaman yang berbeda-beda tentang proses belajar. Tetapi tidak semua orang yang mengalami proses belajar ini memikirkan masalah belajar dan merumuskannya secara gamblang dan tegas. Perumusan yang jelas dan disusun atas dasar pemikiran spekulatif didapat dari para ahli psikologi skolastik, dilanjutkan oleh ahli-ahli dari golongan kontra reformasi, dan perumusan yang lebih jelas didapat dari para ahli psikologi daya dan Herbart serta ahli psikologi asosiasi (Suryabrata, Sumadi, 2002:238). Teori belajar mulai berkembang berdasarkan hasil penemuan eksperimen yang dipelopori oleh Ebbinghaus. Diantara sekian banyak teori belajar yang berdasarkan hasil eksperimen, beberapa yang dikenal yaitu konsep belajar behaviorisme, konsep belajar kognitivisme, konsep belajar konstruktivisme dan konsep belajar humanisme.
a.       Konsep belajar behaviorisme
Konsep belajar behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Kegiatan belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Ciri-ciri dari rumpun teori ini, yaitu: (1) mengutamakan unsur-insur atau bagian-bagian kecil, (2) bersifat mekanistis, (3) menekannkan peranan lingkungan, (4) mementingkan pembentukan reaksi atau respon, (5) menekankan pentingnya latihan (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:168). Beberapa peneliti yang melakuakan studi tentang belajar dan menghasilkan beberapa konsep belajar yang merupakan bagian dari teori belajar behaviorisme adalah Ivan Pavlov (classical conditioning), Edward Lee Throndike (stimulus-response), Burrhus Frederic Skiier (operant conditioning), Edwin R Guthrie (contiguous conditioning theory), dan Clark Hull (drive reduction theory). Pengertian dari tiap teori belajar yang ditemukan para ahli di atas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Teori-teori Belajar Behaviorisme
No.
Nama Peneliti
Penemuan
Pengertian
1.       
Ivan Pavlov
Classical conditioning
Perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.
2.       
Edward Lee Throndike
Stimulus-response
Perilaku belajar manuasia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah perilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Fenomena tingkah laku belajar melibatkan kepuasan.
3.       
Burrhus Frederic Skiier
Operant conditioning
Belajar sebagai proses perubahan perilaku. Menggunakan konsekuen yang menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku. Fenomena tingkah laku belajar melibatkan penguatan.
4.       
Edwin R Guthrie
Contiguous conditioning theory
Peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang akan cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya (kedekatan hub. Stimulus dan respon).
5.       
Clark Hull
Drive reduction theory
Dorongan merupakan hal yang penting agar terjadi respon, stimulus dan respon harus dapat diketahui oleh organisma agar pembiasaan dapt terjadi, respon harus dibuat agar terjadi pembiasaan, pembiasaan hanya terjadi jika reinforcemen dapat memenuhi kebutuhan.


b.      Konsep belajar kognitivisme
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar ynag dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberi kontribusi terhadap penggunakan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan (Baharuddin, H dan Esa Nur Wahyuni, 2007:88).  Beberapa konsep belajar menurut aliran kognitivisme yaitu Teori Gestalt yang berkembang di Jerman dengan pendiri utamanya Max Wertheimer, dibantu oleh Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:170). Teori ini menjelaskan bahwa belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight untuk mencari dan mendapatkan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu. Selain itu, teori ini juga menekankan pentingnya pengmatan terhadap stimuli di dalam lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Piaget, Bruner, dan Ausubel dalam Afid Burhanuddin (2011:17), (1) belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, (2) perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan perilaku, (3) asumsinya bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, yang berupa struktur kognitif, (4) proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru, beradaptasi (berkesinambungan) dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.

c.       Konsep belajar konstruktivisme
Pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial. Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya (Baharuddin, H dan Esa Nur Wahyuni, 2007:116). Konstruktivistik dapat dijelaskan sebagai strategi pembelajaran, penggunaan pengetahuan secara bermakna, mengikuti pandangan siswa, aktivitas belajar dalam konteks nyata, menekankan pada proses. Kontrol belajar dipegang oleh si belajar, sehingga tujuan pembelajaran menekankkan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata.



d.      Konsep belajar humanisme
Manusia bukan gelas yang siap diisi apa saja dan kapan saja. Konsep humanisme muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Aliran ini memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian (Baharuddin, H dan Esa Nur Wahyuni, 2007:142). Dengan kata lain butuh suasana yang menyenangkan karena belajar untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal. Mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajarnya. Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar.

5.            Prinsip- prinsip Belajar
Belajar seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seumur hidup. Tiap detik akan ada inovasi dan penemuan baru yang akan menambah pengetahuan dan informasi, sehingga tiap saat akan dipenuhi dengan tuntutan belajar. Banyak teori yang membahas masalah belajar, tiap teori bertolah dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar. Olehkarena itu,  akan ditemukan konsep atau pandangan serta praktek yang berbeda dari belajar. Meskipun demikian Sukmadinata, Nana Syaodih (2009:165) menerangkan, ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama di antara konsep- konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar, seperti:
a.       Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat.
b.      Belajar berlangsung seumur hidup.
Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar dan  disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.
c.       Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.
Dengan berbekalkan potensi yang tinggi, dan dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari individu yang efisien dilaksanakan pada tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan hasil yang minim pula.
d.      Belajar mencangkup semua aspek kehidupan.
Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, keterampilan, dll.
e.       Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan dimana saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaranatau jam kuliah. Kecuali pada saat tidur, pada saat lainnya dapat berlangsung proses belajar.
f.       Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga dapat berjalan tanpa guru. Belajar berlangsung dalam situasi formal maupun informal.
g.      Beajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi, yang dilakuakan secara sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi pula. Perbuatan belajar demikian membutuhkan waktu yang panjang dengan usaha yang sungguh-sungguh.
h.      Perbuatan belajar bervariasi dari yangpaling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.
Perbuatan belajar yang sederhana adalah mengenal tanda, mengenal nama, meniru perbuatan, dll, sedangkan perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah, pelaksanaan suatu rencana.

i.        Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan
Proses belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidak cocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya motivasi, adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.
j.        Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.
Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, atau perlu petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan bimbingan dari pembimbing.

C.          PENUTUP
1.      Simpulan
Belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Sedangkan, pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya pendidik untuk mendorong atau memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Tujuan dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dapat digolongkan lagi menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial dan faktor sosial. Begitu juga faktor internal, dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Selain faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar (approach to learning) juga dapat mempengaruhi dalam proses belajar.

Konsep atau teori berdasarkan hasil eksperimen yang dikenal yaitu konsep belajar behaviorisme, konsep belajar kognitivisme, konsep belajar konstruktivisme dan konsep belajar humanisme. Konsep belajar behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Kegiatan belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Konsep belajar kognitivisme, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial. Konsep belajar humanisme Aliran ini memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian.
Prinsip-prinsip belajar, yaitu (1) belajar merupakan bagian dari perkembangan, (2) belajar berlangsung seumur hidup, (3) keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri, (4) belajar mencangkup semua aspek kehidupan, (5) kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu, (6) belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru, (7) belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi, (8) perbuatan belajar berfariasi dari yangpaling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks, (9) dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan, (10) untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.

2.      Saran
Bagi calon guru hendaknya mampu memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran yang efektif. Selain itu, perlu adanya perhatian khusus pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar serta pengaplikasian teori belajar yang tepat.