A.
PENDAHULUAN
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah
merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa
Indonesia dipengaruhi oleh negara-negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman,
Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem olahraga Jerman, Swedia, dan
Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia (Husdarta, 2010:5).
Gerakan keolahragaan nasional mengalami babak baru bersamaan
dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui
Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan
latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama
penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta, 2010:20). Masyarakat Indonesia
mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan
manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan
tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan
untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di Indonesia, untuk
dapat mencapai pemahaman dan prestasi yang optimal perlu adanya dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam olahraga, teknologi bukan berarti
identik dengan pemakaian mesin, tetapi pencapaian hasil yang lebih baik melalui
penerapan pengetahuan ilmiah (Lutan, Rusli, dkk, 1991:22). Pengetahuan yang
sistematis dan terorganisir tentang fenomena keolahragaan yang dibangun
melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan
penyelidikan, akan
sangat berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia. Dengan
mengetahui dan mempelajarai ilmu keolahragaan kita dapat berperan sebagai
peneliti, pemikir, dan penganalisis masalah tentang olahraga dalam berbagai aspek dan tingkatannya, dapat mencari
sebab-sebab yang dialami untuk mencapai prestasi olahraga begitu juga terhadap
kesehatan jasmani dan rohani, serta dapat mencari solusi untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kaitannya dengan
olahraga, sehingga akan mendapatkan manfaat yang optimal.
Disiplin ilmu keolahragaan telah banyak dipelajari dan
dikembangkan di Indonesia. Kemudian muncul pertanyaan “kapan ilmu keolahragaan
mulai diperkenalkan di Indonesia dan apa saja struktur ilmu keolahragaan
tersebut” Mengetahui sejarah dan struktur ilmu keolahragaan di Indonesia, akan
membantu dalam memahami, mempelajari, dan mengkaji lebih dalam lagi tentang
ilmu keolahrgaan itu sendiri.
B.
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Ilmu Keolahragaan di
Indonesia
Ilmu keolahragaan di Indonesia diperkiraan telah lama
berkembang. Hal ini dapat dilihat dari munculnya lembaga-lembaga yang menaungi
dan mengajarkan bidang olahrag atau pendidikan jasmanai di Indonesia. Pada
tahun 1941 di Surabaya didirikan Academisch Institut voor Lichamelijke
Opvoeding (AILO) atau dalam bahasa Indonesia disingkat LAPD (Lembaga Akademi
Pendidikan Jasmani) yang muncul akibat sulitnya mendatangkan guru-guru
pendidikan jasmani dari Belanda ke Indonesia. Lembaga ini berubah nama menjadi
Akademi Pendidikan Jasmani (APD) pada tahun 1953 di Universitas Indonesia dan
juga kemudian didirikan pula di Universitas Gadjah Mada. Dalam perkembangannya,
akademi ini berubah lagi menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Tahun 1963
berbagai ragam pendidikan untuk guru pendidikan jasmani ini semuanya
diseragamkan dan terbentuklah Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang kemudian
dilebur ke IKIP (pengembangan dari FKIP) dan menjadi Fakultas Keguruan Ilmu
Keolahragaan (FKIK). FKIK kemudian berubah lagi menjadi Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan.
Kerangka ilmu keolahragaan di Indonesia, mulai dikenal melalui
kontak dengan para ahli dari Jerman Barat pada tahun 1975, ketika
diselenggarakan lokakarya internasional tentang Sport Science. Rusli Lutan,
dalam jurnalnya yang berjudul pedagogik olahraga menyataan, hasil lokakarya
berdampak kuat pada pengembangan kurikulum Sekolah Tinggi Olahraga. Beberapa
subdisiplin ilmu keolahragaan (misalnya, biomekanika olahraga, filsafat
olahraga, fisiologi olahraga) dalam nuansa sendiri-sendiri (multidiscipline)
mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu-ilmu pengantar lainnya dalam
pendidikan (misalnya, psikologi pertumbuhan dan perkembangan) dan ilmu sosial
lainnya (misalnya, sosiologi dan anthroplogi) yang dipandang perlu dikuasai
oleh para calon guru, pelatih, dan pembina olahraga di bidang rekreasi.
Layanan jasa mulai diidentifikasi meskipun masih amat
bersifat umum, belum terinci, yang berlaku sampai sekarang, seperti tercantum
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional, meliputi olahraga pendidikan (pendidikan jasmani),
olahraga rekreasi, dan olahraga kompetitif. Sejarah pembentukan lembaga
keolahragaan mencapai titik penting dalam perkembangannya di tahun 1998.
Terdorong oleh rasa ingin mencari jawaban tepat terhadap pertanyaan: apakah
olahraga merupakan ilmu yang berdiri sendiri, dan sebagai tindak lanjut dari
pertemuan sebelumnya, maka diselenggarakanlah pada tahun 1998 di Surabaya
Seminar dan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan
kesepakatan tentang pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama
Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa
olahraga merupakan ilmu yang mandiri. Melalui seminar ini ilmu keolahragaan
dapat diterima sebagai ilmu yang mandiri dan tergolong bidang eksakta. Hal inilah
yang secara strategis memungkinkan IKIP diubah menjadi universitas karena
adanya tiga fakultas eksakta, dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan sebagai
fakultas ketiga.
Setelah terjadi perluasan mandat yang disusul dengan
konversi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas pada
tahun 1999, FPOK di IKIP lainnya di beberapa kota di Indonesia berubah nama
menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan, sementara, FPOK di Bandung tetap tidak
berubah nama, yang didorong oleh motif untuk mempertahankan misi kependidikan
melalui olahraga di Indonesia yang dirasakan sangat penting untuk dikembangkan.
Hanya sedikit perubahan di FPOK UPI Bandung, yaitu dibukanya program Ilmu
Keolahragaan (IKOR) dengan isi kurikulum yang sarat dengan subdisiplin ilmu
keolahragaan.
Lutan,
Rusli (2008) menambahkan, sejak terjadi konversi IKIP menjadi universitas hingga
sekarang, hanya sedikit kemajuan yang dicapai, jika tidak disebut mengalami
kemandegan dari sisi pengembangan substansi keilmuannya sebagai akibat
rendahnya kegiatan penelitian yang terkait dengan kelangkaan infrastruktur dan
biaya pengembangan, di samping kurangnya tenaga dosen penekun sub-sub disiplin
ilmu keolahragaan. Publikasi para pakar olahraga Indonesia di tingkat
internasional masih jarang muncul, seperti juga halnya pada tingkat nasional, yang
menyebabkan kita masih sebagai konsumen, bukan penghasil ilmu yang tekun.
Keadaan ini berdampak pada pemanfaatan buku-buku rujukan yang hampir sepenuhnya
bergantung pada terbitan luar negeri, terutama yang berbahasa Inggris dari
Amerika Utara, melalui penerbit-penerbit kelas dunia (misalnya, penerbit Human
Kinetics), sementara sumber-sumber bacaan yang berbahasa lainnya, seperti yang
berbahasa Jerman dan Rusia, yang umumnya juga tinggi mutunya, sangat jarang
dijumpai atau dipakai dalam perkuliahan, yang disebabkan karena langka dalam
hal kepemilikan termasuk penguasaan bahasanya.
Membangun kemandirian dalam pengembangan olahraga sebenarnya
telah dirintis selama era “revolusi olahraga” dalam rangka membangun “Indonesia
Baru” yang pada dasarnya bertujuan untuk mematahkan hegemoni Barat, yang
digelar dalam platform politik Bung Karno pada awal tahun 1960an yang terarah
pada pembangunan watak dan bangsa (character and nation building). Namun,
konsep dasar dari sisi filsafat tidak banyak pengembangannya, dan penjabarannya
juga tidak sempat banyak dikerjakan. Perubahan yang masih melekat hingga
sekarang ialah istilah pendidikan jasmani pada tahun 1950an berubah menjadi
pendidikan olahraga, meskipun perubahan kembali ke asal telah berlangsung dalam
wacana nasional dan kurikulum untuk mengikuti trend internasional yang lebih
biasa berkomunikasi dalam istilah pendidikan jasmani (physical education). Sementara
itu, perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia sudah mulai menunjukkan
perkembangan kearah yang positif. Minat masyarakat untuk mempelajari tentang
disiplin ilmu yang terdapat dalam ilmu keolahragaan makin tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari, semakin banyaknya dibuka fakultas dan program ilmu keolahragan di
perguruan-perguruan tinggi mulai dari Strata 1 (S1), Strata 2 (S2), dan Strata
3 (S3). Sebagai sebuah ilmu yang mandiri, ilmu keolahragaan mengalami berbagai
proses menuju perkembangan yang signifikan dengan perubahan jaman. Terbentuknya
kementrian pemuda dan olahraga memberikan sinyal bahwa pemerintah memperhatikan
dan menyadari olahraga tidak bisa dipisahkan dengan ilmu keolahragaan. Menurut
sejarah di Indonesia, Ilmu keolahragaan yang awalnya hanya merupakan bagian
dari jurusan pedagogi di satu fakultas perguruan tinggi, pada akhirnya sekarang
menjadi satu fakultas diperguran tinggi. Hal ini merupakan kemajuan yang luar
biasa. Adanya respon dan minat masyarakat untuk mempelajari ilmu keolahragaan
menunjukkan bahwa ilmu keolahragaan mempuyai daya tarik. Masyarakat semakin
sadar akan pentingnya aktivitas jasmani yang memberikan kontribusi pada
kualitas hidup mereka. Baik dari segi kesehatan dan kebugaran jasmani, prestasi
yang dapat diraih, dan juga tingkat sosialisasi yang tinggi. Banyaknya
penelitian dan tulisan ilmiah tentang ilmu keolahragaan memberikan kontribusi
pada perkembangan ilmu keolahragaan. Banyaknya pusat-pusat olahraga di
Indonesia menunjukkan perkembangan yang bagus, dan tidak lepas dari pengkajian
dari ilmu keolahragaan.
2.
Stuktur Ilmu keolahragaan
Prof. Haag dari Universitas Kiel, Jerman Barat, sejak tahun
1979 membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok utama, yang meliputi
tujuh bidang teori (Lutan, Rusli, 1991:24). Ketujuh bidang teori yang dimaksud
meliputi:
1)
Sport
medicine
2)
Sport
biomechanic
3)
Sport
psychology
4)
Sport
sociology
5)
Sport
pedagogy
6)
Sport history
dan
7) Sport philosophy
Penjelasan
masing-masing bidang teori tersebut, sebagai berikut:
1. Sport
medicine, merupakan bidang teori dalam olahraga yang mengkaji tentang cara
mendiaknosis suatu cedera, cara pencegahan cedera, cara penanganan cedera, dan rehabilitasi
cedera yang dialami saat berolahraga.
2. Sport biomechanic, merupakan bidang
teori yang mengkaji tentang gerak tubuh saat melakukan olahraga menggunakan
hukum mekanika dan fisika, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang
pelaksanaan gerak pada olahraga, sehingga dapat memperagakan, menggambarkan,
dan mengukur gerakan yang lebih baik. Bidang teori sport biomechanic, juga memberikan pemahaman tentang aplikasi
prinsip-prinsip fisika dalam olahraga, seperti gerakan, perlawanan, momentum,
dan pergesekan.
3. Sport psychology, merupakan bidang teori
olahraga yang mengkaji tentang psikologi atlet atau pelaku olahraga. Menurut
divisi 47 American
Psychological Association, sports psychology meliputi barisan
topik mencangkup motivasi untuk tetap
berusaha dan mencapai sukses, psikologis pertimbangan atau perhatian dalam
cedera olahraga dan rehabilitasi, menasehati teknik atlet, menafsirkan bakat, latihan
ketaatan and menjadi baik, memahami diri berhubungan dalam menuju keberhasilan,
latihan olahraga, pemula dan peningkatan prestasi serta teknik pengaturan diri
(Kendra Cherry, About.com Guide).
4.
Sport
sociology, bidang ini mengkaji tentang sosiologi dalam olahraga yang
mencangkup kelakuan atau kebiasaan manusia, interaksi sosial yang tibul dalam
aktifitas fisik, keterlibatan media dalam perkembangan olahraga. Biasanya tiap
jenis olahraga dan juga even olahraga yang diadakan akan memberikan pengaruh
sosial yang berbeda-beda pada masyarakat dan juga pelakuolahraga itu sendiri.
5.
Sport
pedagogy, bidang ini mengkaji
tentang ilmu mendidik dalam olahraga. Mempersiapkan pemahaman dan pengertian yang
tepat dalam aktifitas fisik sesuai dengan perkembangaan peserta didik dan
menggunakan strategi untuk menemukan potensi yang ada pada peseta didik.
6.
Sport
history, bidang ini mengkaji tentang sejarah perkembangan olahrag, sejarah
terbentuknya cabang- cabang olahraga yang ada saat ini, dan sejarah permulaan adanya
even pertandingan dan perlombaan di seluruh dunia.
7. Sport philosophy, bidang yang ketujuh
ini merupakan salah satu bidang yang mempelajari tentang filsafat olahraga.
Memberikan pemahaman terhadap hakekat dan kebenaran dalam olahraga, sehingga
para pelaku olahraga dapat memanfaatkan, mempelajari, mengajarkan dan
mengembangkan olahraga dengan baik dan benar.
Urutan ketujuh bidang teori tersebut dipaparkan dalam
pengelompokkan yang dianggap logis (Lutan, Rusli, 2008). Sport medicine dan sport
biomechanic olahraga masuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan alam,
sementara sport psychology, sport
sociology dan sport pedagogy
tergolong ke dalam ilmu pengetahuan sosial. Sport
history dan Sport philosophy
termasuk ke dalam kelompok pengetahuan sejarah dan filsafat.
Sejak tahun 1980, sesuai dengan tuntutan yang relevan di
masyarakat, berkembang lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan (Lutan,
Rusli, 2008). Kelima bidang teori
yang menunjukkan kemajuan pesat itu meliputi:
1) Sport information
2) Sport politics
3) Sport law
4) Sport engineering, dan
5) Sport economy.
Masing-masing
terkait dan bahkan meminjam konsep, ilmu yang sudah mapan yakni information science (ilmu pengetahuan
tentang informasi), political science (ilmu
pengetahuan tentang politik), law (hukum), engineering (teknik mesin) dan economic science (ilmu pengetahuan
tentang ekonomi).
Sementara itu juga, telah dikelompokkan bidang teori yang
lebih spesifik yang menjadi jati diri ilmu keolahragaan, bertitik tolak dari
wilayah spesifik yang meliputi faktor gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan
pengajaran dalam olahraga (sport instruction) (Lutan, Rusli, 2008).
Dari kelima wilayah spesifik ini lahirlah lima dimensi dari perspektif
ilmu dan teori yakni:
1. Movement science dan movement theory (ilmu pengetahuan dan teori gerak)
2. Play science dan play theory (ilmu pengetahuan dan teori bermain)
3. Training science dan training theory (ilmu pengetahuan dan teori latihan)
4.
Instruction science
of sport dan instruction theory of
sport (ilmu pengetahuan dan teori pengajaran/ pedoman)
Dengan demikian semakin jelas gambaran tentang taksonomi ilmu
keolahragaan yang dibangun berdasarkan sejumlah bidang teori. Kecenderungan ini
menunjukkan perkembangan ilmu keolahragaan ke arah spesialisasi dan fragmentasi.
C. PENUTUP
1. Simpulan
Kerangka ilmu keolahragaan di Indonesia, mulai dikenal
melalui kontak dengan para ahli dari Jerman Barat pada tahun 1975, ketika
diselenggarakan lokakarya internasional tentang Sport Science. Beberapa
subdisiplin ilmu keolahragaan (misalnya, biomekanika olahraga, filsafat
olahraga, fisiologi olahraga) dalam nuansa sendiri-sendiri (multidiscipline)
mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu-ilmu pengantar lainnya dalam
pendidikan (misalnya, psikologi pertumbuhan dan perkembangan) dan ilmu sosial
lainnya (misalnya, sosiologi dan anthroplogi).
Pada tahun 1998 di Surabaya Seminar dan Lokakarya Nasional
Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan kesepakatan tentang
pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya
1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa olahraga merupakan ilmu
yang mandiri. Perkembangan ulmu keolahragaan di Indonesia makin pesat yang
dapat dilihat dari minat masyarkat dalam mempelajarai sub disiplin ilmu
keolahragaan, sehingga makin banyakanya perguruan tinggi yang membuka jurusan
dibidang ilmu keolahragaan mulai dari jenjang S1, S2, dan S3.
Prof. Haag dari Universitas Kiel, Jerman Barat, sejak tahun
1979 membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok utama, yang meliputi tujuh
bidang teori (Lutan, Rusli, 1991:24). Ketujuh bidang teori yang dimaksud
meliputi sport medicine, sport
biomechanic, sport psychology, sport sociology, sport pedagogy, sport history dan
sport philosophy. Sejak tahun 1980, berkembang
lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan meliputi (Lutan, Rusli, 2008), sport information, sport politics, sport
law, sport engineering, dan sport
economy. Sedangkan dari lima wilayah spesifik yaitu gerak (movement), bermain
(play), pelatihan (training), dan
pengajaran dalam olahraga (sport instruction) lahirlah lima dimensi
dari perspektif ilmu dan teori, seperti movement
science dan movement theory (ilmu
pengetahuan dan teori gerak), play
science dan play theory (ilmu
pengetahuan dan teori bermain), training
science dan training theory (ilmu
pengetahuan dan teori latihan), instruction
science of sport dan instruction
theory of sport (ilmu pengetahuan dan teori pengajaran/ pedoman).
2. Saran
Informasi mengenai sejarah ilmu keolahragaan di Indonesia
yang dibahas pada makalah ini tidak sepenuhnya mewakili perkembangan ilmu
keolahragaan di Indonesia, tetapi dengan mengetahui sebagian dari sejarah dan
perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia diharapkan mampu memberikan
gambaran tentang pentingnya Ilmu Keolahragaan terhadap perkembangan olahraga di
Indonesia.
Bidang kajian ilmu yang terdapat dalam struktur ilmu
keolahragaan, diharapkan mampu dikuasai secara spesialisasi oleh pelaku
olahraga, sehingga nantinya dapat lebih membantu dalam memajukan olahraga di
Indonesia. Khusus untuk bidang kajian sport
history dan sport
philosophy, merupakan kajian yang penting guna membantu pecinta olahraga
memahami makna dari olahraga itu sendiri, sehingga kajian ini sebaiknya jangan
dikesesampingkan walaupun refrensi kajian ini masih sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar