Senin, 14 Januari 2013

SEJARAH ILMU KEOLAHRAGAAN DI INDONESIA



A.    PENDAHULUAN
Perkembangan olahraga di Indonesia dalam perspektif sejarah merupakan bagian integral dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Olahraga bangsa Indonesia dipengaruhi oleh negara-negara Eropa, seperti bangsa Belanda, Jerman, Swedia, dan Austria. Karena itu pula sistem olahraga Jerman, Swedia, dan Austria mempengaruhi perkembangan olahraga di Indonesia (Husdarta, 2010:5).
Gerakan keolahragaan nasional mengalami babak baru bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonia Belanda dan Jepang (Husdarta, 2010:20). Masyarakat Indonesia mengakui bahwa dalam hidup tidak hanya mengalami pengaruh pikiran dan kemampuan manusia individu saja. Olahraga memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Sejalan dengan perkembangan olahraga di Indonesia, untuk dapat mencapai pemahaman dan prestasi yang optimal perlu adanya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Dalam olahraga, teknologi bukan berarti identik dengan pemakaian mesin, tetapi pencapaian hasil yang lebih baik melalui penerapan pengetahuan ilmiah (Lutan, Rusli, dkk, 1991:22). Pengetahuan yang sistematis dan terorganisir tentang fenomena keolahragaan yang dibangun melalui sebuah sistem penelitian ilmiah yang diperoleh dari medan-medan penyelidikan, akan sangat berperan penting dalam perkembangan olahraga di Indonesia. Dengan mengetahui dan mempelajarai ilmu keolahragaan kita dapat berperan sebagai peneliti, pemikir, dan penganalisis masalah tentang olahraga dalam berbagai aspek dan tingkatannya, dapat mencari sebab-sebab yang dialami untuk mencapai prestasi olahraga begitu juga terhadap kesehatan jasmani dan rohani, serta dapat mencari solusi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kaitannya dengan  olahraga, sehingga akan mendapatkan manfaat yang optimal.
Disiplin ilmu keolahragaan telah banyak dipelajari dan dikembangkan di Indonesia. Kemudian muncul pertanyaan “kapan ilmu keolahragaan mulai diperkenalkan di Indonesia dan apa saja struktur ilmu keolahragaan tersebut” Mengetahui sejarah dan struktur ilmu keolahragaan di Indonesia, akan membantu dalam memahami, mempelajari, dan mengkaji lebih dalam lagi tentang ilmu keolahrgaan itu sendiri.

B.     PEMBAHASAN
1.      Sejarah Ilmu Keolahragaan di Indonesia
Ilmu keolahragaan di Indonesia diperkiraan telah lama berkembang. Hal ini dapat dilihat dari munculnya lembaga-lembaga yang menaungi dan mengajarkan bidang olahrag atau pendidikan jasmanai di Indonesia. Pada tahun 1941 di Surabaya didirikan Academisch Institut voor Lichamelijke Opvoeding (AILO) atau dalam bahasa Indonesia disingkat LAPD (Lembaga Akademi Pendidikan Jasmani) yang muncul akibat sulitnya mendatangkan guru-guru pendidikan jasmani dari Belanda ke Indonesia. Lembaga ini berubah nama menjadi Akademi Pendidikan Jasmani (APD) pada tahun 1953 di Universitas Indonesia dan juga kemudian didirikan pula di Universitas Gadjah Mada. Dalam perkembangannya, akademi ini berubah lagi menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Tahun 1963 berbagai ragam pendidikan untuk guru pendidikan jasmani ini semuanya diseragamkan dan terbentuklah Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang kemudian dilebur ke IKIP (pengembangan dari FKIP) dan menjadi Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan (FKIK). FKIK kemudian berubah lagi menjadi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.
Kerangka ilmu keolahragaan di Indonesia, mulai dikenal melalui kontak dengan para ahli dari Jerman Barat pada tahun 1975, ketika diselenggarakan lokakarya internasional tentang Sport Science. Rusli Lutan, dalam jurnalnya yang berjudul pedagogik olahraga menyataan, hasil lokakarya berdampak kuat pada pengembangan kurikulum Sekolah Tinggi Olahraga. Beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan (misalnya, biomekanika olahraga, filsafat olahraga, fisiologi olahraga) dalam nuansa sendiri-sendiri (multidiscipline) mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu-ilmu pengantar lainnya dalam pendidikan (misalnya, psikologi pertumbuhan dan perkembangan) dan ilmu sosial lainnya (misalnya, sosiologi dan anthroplogi) yang dipandang perlu dikuasai oleh para calon guru, pelatih, dan pembina olahraga di bidang rekreasi.
Layanan jasa mulai diidentifikasi meskipun masih amat bersifat umum, belum terinci, yang berlaku sampai sekarang, seperti tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, meliputi olahraga pendidikan (pendidikan jasmani), olahraga rekreasi, dan olahraga kompetitif. Sejarah pembentukan lembaga keolahragaan mencapai titik penting dalam perkembangannya di tahun 1998. Terdorong oleh rasa ingin mencari jawaban tepat terhadap pertanyaan: apakah olahraga merupakan ilmu yang berdiri sendiri, dan sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya, maka diselenggarakanlah pada tahun 1998 di Surabaya Seminar dan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan kesepakatan tentang pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa olahraga merupakan ilmu yang mandiri. Melalui seminar ini ilmu keolahragaan dapat diterima sebagai ilmu yang mandiri dan tergolong bidang eksakta. Hal inilah yang secara strategis memungkinkan IKIP diubah menjadi universitas karena adanya tiga fakultas eksakta, dengan Fakultas Ilmu Keolahragaan sebagai fakultas ketiga.
Setelah terjadi perluasan mandat yang disusul dengan konversi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas pada tahun 1999, FPOK di IKIP lainnya di beberapa kota di Indonesia berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Keolahragaan, sementara, FPOK di Bandung tetap tidak berubah nama, yang didorong oleh motif untuk mempertahankan misi kependidikan melalui olahraga di Indonesia yang dirasakan sangat penting untuk dikembangkan. Hanya sedikit perubahan di FPOK UPI Bandung, yaitu dibukanya pro­gram Ilmu Keolahragaan (IKOR) dengan isi kurikulum yang sarat dengan subdisiplin ilmu keolahragaan.
Lutan, Rusli (2008) menambahkan, sejak terjadi konversi IKIP menjadi universitas hingga sekarang, hanya sedikit kemajuan yang dicapai, jika tidak disebut mengalami kemandegan dari sisi pengembangan substansi keilmuannya sebagai akibat rendahnya kegiatan penelitian yang terkait dengan kelangkaan infrastruktur dan biaya pengembangan, di samping kurangnya tenaga dosen penekun sub-sub disiplin ilmu keolahragaan. Publikasi para pakar olahraga Indonesia di tingkat internasional masih jarang muncul, seperti juga halnya pada tingkat nasional, yang menyebabkan kita masih sebagai konsumen, bukan penghasil ilmu yang tekun. Keadaan ini berdampak pada pemanfaatan buku-buku rujukan yang hampir sepenuhnya bergantung pada terbitan luar negeri, terutama yang berbahasa Inggris dari Amerika Utara, melalui penerbit-penerbit kelas dunia (misalnya, penerbit Human Kinetics), sementara sumber-sumber bacaan yang berbahasa lainnya, seperti yang berbahasa Jerman dan Rusia, yang umumnya juga tinggi mutunya, sangat jarang dijumpai atau dipakai dalam perkuliahan, yang disebabkan karena langka dalam hal kepemilikan termasuk penguasaan bahasanya.
Membangun kemandirian dalam pengembangan olahraga sebenarnya telah dirintis selama era “revolusi olahraga” dalam rangka membangun “Indonesia Baru” yang pada dasarnya bertujuan untuk mematahkan hegemoni Barat, yang digelar dalam platform politik Bung Karno pada awal tahun 1960an yang terarah pada pembangunan watak dan bangsa (character and nation building). Namun, konsep dasar dari sisi filsafat tidak banyak pengembangannya, dan penjabarannya juga tidak sempat banyak dikerjakan. Perubahan yang masih melekat hingga sekarang ialah istilah pendidikan jasmani pada tahun 1950an berubah menjadi pendidikan olahraga, meskipun perubahan kembali ke asal telah berlangsung dalam wacana nasional dan kurikulum untuk mengikuti trend internasional yang lebih biasa berkomunikasi dalam istilah pendidikan jasmani (physical education). Sementara itu, perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia sudah mulai menunjukkan perkembangan kearah yang positif. Minat masyarakat untuk mempelajari tentang disiplin ilmu yang terdapat dalam ilmu keolahragaan makin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari, semakin banyaknya dibuka fakultas dan program ilmu keolahragan di perguruan-perguruan tinggi mulai dari Strata 1 (S1), Strata 2 (S2), dan Strata 3 (S3). Sebagai sebuah ilmu yang mandiri, ilmu keolahragaan mengalami berbagai proses menuju perkembangan yang signifikan dengan perubahan jaman. Terbentuknya kementrian pemuda dan olahraga memberikan sinyal bahwa pemerintah memperhatikan dan menyadari olahraga tidak bisa dipisahkan dengan ilmu keolahragaan. Menurut sejarah di Indonesia, Ilmu keolahragaan yang awalnya hanya merupakan bagian dari jurusan pedagogi di satu fakultas perguruan tinggi, pada akhirnya sekarang menjadi satu fakultas diperguran tinggi. Hal ini merupakan kemajuan yang luar biasa. Adanya respon dan minat masyarakat untuk mempelajari ilmu keolahragaan menunjukkan bahwa ilmu keolahragaan mempuyai daya tarik. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya aktivitas jasmani yang memberikan kontribusi pada kualitas hidup mereka. Baik dari segi kesehatan dan kebugaran jasmani, prestasi yang dapat diraih, dan juga tingkat sosialisasi yang tinggi. Banyaknya penelitian dan tulisan ilmiah tentang ilmu keolahragaan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu keolahragaan. Banyaknya pusat-pusat olahraga di Indonesia menunjukkan perkembangan yang bagus, dan tidak lepas dari pengkajian dari ilmu keolahragaan.

2.      Stuktur Ilmu keolahragaan
Prof. Haag dari Universitas Kiel, Jerman Barat, sejak tahun 1979 membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok utama, yang meliputi tujuh bidang teori (Lutan, Rusli, 1991:24). Ketujuh bidang teori yang dimaksud meliputi:

1)      Sport medicine
2)      Sport biomechanic
3)      Sport psychology
4)      Sport sociology
5)      Sport pedagogy
6)      Sport history dan
7)      Sport philosophy

Penjelasan masing-masing bidang teori tersebut, sebagai berikut:
1.      Sport medicine, merupakan bidang teori dalam olahraga yang mengkaji tentang cara mendiaknosis suatu cedera, cara pencegahan cedera, cara penanganan cedera, dan rehabilitasi cedera yang dialami saat berolahraga.
2.      Sport biomechanic, merupakan bidang teori yang mengkaji tentang gerak tubuh saat melakukan olahraga menggunakan hukum mekanika dan fisika, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar tentang pelaksanaan gerak pada olahraga, sehingga dapat memperagakan, menggambarkan, dan mengukur gerakan yang lebih baik. Bidang teori sport biomechanic, juga memberikan pemahaman tentang aplikasi prinsip-prinsip fisika dalam olahraga, seperti gerakan, perlawanan, momentum, dan pergesekan.
3.      Sport psychology, merupakan bidang teori olahraga yang mengkaji tentang psikologi atlet atau pelaku olahraga. Menurut divisi 47 American Psychological Association, sports psychology meliputi barisan topik mencangkup motivasi untuk  tetap berusaha dan mencapai sukses, psikologis pertimbangan atau perhatian dalam cedera olahraga dan rehabilitasi, menasehati teknik atlet, menafsirkan bakat, latihan ketaatan and menjadi baik, memahami diri berhubungan dalam menuju keberhasilan, latihan olahraga, pemula dan peningkatan prestasi serta teknik pengaturan diri (Kendra Cherry, About.com Guide).
4.      Sport sociology, bidang ini mengkaji tentang sosiologi dalam olahraga yang mencangkup kelakuan atau kebiasaan manusia, interaksi sosial yang tibul dalam aktifitas fisik, keterlibatan media dalam perkembangan olahraga. Biasanya tiap jenis olahraga dan juga even olahraga yang diadakan akan memberikan pengaruh sosial yang berbeda-beda pada masyarakat dan juga pelakuolahraga itu sendiri.
5.      Sport pedagogy, bidang ini mengkaji tentang ilmu mendidik dalam olahraga. Mempersiapkan pemahaman dan pengertian yang tepat dalam aktifitas fisik sesuai dengan perkembangaan peserta didik dan menggunakan strategi untuk menemukan potensi yang ada pada peseta didik.
6.      Sport history, bidang ini mengkaji tentang sejarah perkembangan olahrag, sejarah terbentuknya cabang- cabang olahraga yang ada saat ini, dan sejarah permulaan adanya even pertandingan dan perlombaan di seluruh dunia.
7.      Sport philosophy, bidang yang ketujuh ini merupakan salah satu bidang yang mempelajari tentang filsafat olahraga. Memberikan pemahaman terhadap hakekat dan kebenaran dalam olahraga, sehingga para pelaku olahraga dapat memanfaatkan, mempelajari, mengajarkan dan mengembangkan olahraga dengan baik dan benar.
Urutan ketujuh bidang teori tersebut dipaparkan dalam pengelompokkan yang dianggap logis (Lutan, Rusli, 2008). Sport medicine dan sport biomechanic olahraga masuk ke dalam kelompok ilmu pengetahuan alam, sementara sport psychology, sport sociology dan sport pedagogy tergolong ke dalam ilmu pengetahuan sosial. Sport history dan Sport philosophy termasuk ke dalam kelompok pengetahuan sejarah dan filsafat.
Sejak tahun 1980, sesuai dengan tuntutan yang relevan di masyarakat, berkembang lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan (Lutan, Rusli, 2008).       Kelima bidang teori yang menunjukkan kemajuan pesat itu meliputi:
1)      Sport information
2)      Sport politics
3)      Sport law
4)      Sport engineering, dan
5)      Sport economy.
Masing-masing terkait dan bahkan meminjam konsep, ilmu yang sudah mapan yakni information science (ilmu pengetahuan tentang informasi), political science (ilmu pengetahuan tentang politik), law (hukum), engineering (teknik mesin) dan economic science (ilmu pengetahuan tentang ekonomi).
Sementara itu juga, telah dikelompokkan bidang teori yang lebih spesifik yang menjadi jati diri ilmu keolahragaan, bertitik tolak dari wilayah spesifik yang meliputi faktor gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan pengajaran dalam olahraga (sport instruction) (Lutan, Rusli, 2008). Dari kelima wilayah spesifik ini lahirlah lima dimensi dari perspektif ilmu dan teori yakni:
1.      Movement science dan movement theory (ilmu pengetahuan dan teori gerak)
2.      Play science dan play theory (ilmu pengetahuan dan teori bermain)
3.      Training science dan training theory (ilmu pengetahuan dan teori latihan)
4.      Instruction science of sport dan instruction theory of sport (ilmu pengetahuan dan teori pengajaran/ pedoman)
Dengan demikian semakin jelas gambaran tentang taksonomi ilmu keolahragaan yang dibangun berdasarkan sejumlah bidang teori. Kecenderungan ini menunjukkan perkembangan ilmu keolahragaan ke arah spesialisasi dan fragmentasi.

C.    PENUTUP
1.      Simpulan
Kerangka ilmu keolahragaan di Indonesia, mulai dikenal melalui kontak dengan para ahli dari Jerman Barat pada tahun 1975, ketika diselenggarakan lokakarya internasional tentang Sport Science. Beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan (misalnya, biomekanika olahraga, filsafat olahraga, fisiologi olahraga) dalam nuansa sendiri-sendiri (multidiscipline) mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu-ilmu pengantar lainnya dalam pendidikan (misalnya, psikologi pertumbuhan dan perkembangan) dan ilmu sosial lainnya (misalnya, sosiologi dan anthroplogi).
Pada tahun 1998 di Surabaya Seminar dan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini mampu melahirkan kesepakatan tentang pendefinisian pengertian olahraga yang dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan, sebagai jawaban bahwa olahraga merupakan ilmu yang mandiri. Perkembangan ulmu keolahragaan di Indonesia makin pesat yang dapat dilihat dari minat masyarkat dalam mempelajarai sub disiplin ilmu keolahragaan, sehingga makin banyakanya perguruan tinggi yang membuka jurusan dibidang ilmu keolahragaan mulai dari jenjang S1, S2, dan S3.
Prof. Haag dari Universitas Kiel, Jerman Barat, sejak tahun 1979 membagi ilmu keolahragaan menjadi tiga kelompok utama, yang meliputi tujuh bidang teori (Lutan, Rusli, 1991:24). Ketujuh bidang teori yang dimaksud meliputi sport medicine, sport biomechanic, sport psychology, sport sociology, sport pedagogy, sport history dan sport philosophy. Sejak tahun 1980, berkembang lima bidang teori baru dalam ilmu keolahragaan meliputi (Lutan, Rusli, 2008), sport information, sport politics, sport law, sport engineering, dan sport economy. Sedangkan dari lima wilayah spesifik yaitu gerak (movement), bermain (play), pelatihan (training), dan pengajaran dalam olahraga (sport instruction) lahirlah lima dimensi dari perspektif ilmu dan teori, seperti movement science dan movement theory (ilmu pengetahuan dan teori gerak), play science dan play theory (ilmu pengetahuan dan teori bermain), training science dan training theory (ilmu pengetahuan dan teori latihan), instruction science of sport dan instruction theory of sport (ilmu pengetahuan dan teori pengajaran/ pedoman).

2.      Saran
Informasi mengenai sejarah ilmu keolahragaan di Indonesia yang dibahas pada makalah ini tidak sepenuhnya mewakili perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia, tetapi dengan mengetahui sebagian dari sejarah dan perkembangan ilmu keolahragaan di Indonesia diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pentingnya Ilmu Keolahragaan terhadap perkembangan olahraga di Indonesia.
Bidang kajian ilmu yang terdapat dalam struktur ilmu keolahragaan, diharapkan mampu dikuasai secara spesialisasi oleh pelaku olahraga, sehingga nantinya dapat lebih membantu dalam memajukan olahraga di Indonesia. Khusus untuk bidang kajian sport history dan sport philosophy, merupakan kajian yang penting guna membantu pecinta olahraga memahami makna dari olahraga itu sendiri, sehingga kajian ini sebaiknya jangan dikesesampingkan walaupun refrensi kajian ini masih sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar