A.
PENDAHULUAN
Belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu sehingga, belajar itu merupakan salah satu
kebutuhan manusia. Sukmadinata, Nana Syaodih (2005:155) menerangkan
bahwa, sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan
belajar. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang
yang belajar, baik itu mengarah kehal yang lebih baik atau yang kurang baik. Banyak ahli yang memberikan batasan
tentang belajar itu sendiri. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang tak dapat
dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu,
tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar.
Kegiatan
belajar tidak akan lepas dari proses pembelajaran. Istilah pembelajaran
sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat, lebih-lebih
setelah diundangkannya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang secara legal memberi pengertian tentang pembelajaran. Belajar
dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substansi dan fungsional. Keterkaitan substantif
belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya peerubahan perilaku
dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dan belajar adalah
bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau
dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Sehubungan dengan itu, sebagai calon pendidik yang baik
hendaknya memahami dan menerapakan konsep dasar belajar dan pembelajaran serta
tujuan dari belajar dan pembelajaran. Selain itu, calon pendidik juga harus
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar serta konsepsi atau
teori belajar, sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran
yang efektif.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
belajar
Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu. Baharudin, H dan Esa Nur Wahyuni (2007:13) menjelaskan,
definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu. Fudyartanto (2002) dalam Baharudin, H dan Esa
Nur Wahyuni (2007:13) menyimpulkan, dalam belajar itu manuasia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli
yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Crow and Crow dalam (Sukmadinata,
Nana Syaodih, 2009:155), “belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap baru” sedangkan menurut Hilgard, belajar adalah suatu
proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap
sesuatu situasi. Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, Muhibbin,
2011:68). Pendapat ini serupa dengan pendapat Cronbach (Suryabrata, 2002: 231)
yakni “Learning is shown by a change in behavior as results of experience”. Lebih lanjut Suryabrata (2002:232)
merumuskan hal-hal pokok yang didapat dari definisi yang telah dikemukakan oleh
para ahli seperti Cronbach, Kenntnis dan Fertingkeit, sebagai berikut:
a. Bahwa
belajar itu membawa perubahan tingkah laku
b. Bahwa
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya kecakapan baru
c. Bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Unsur perubahan dan
pengalaman hampir selalu ditekankan dalam rumusan atau definisi tentang
belajar, yang dikemukakan oleh para ahli. Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang
berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat kesamaan makna dari pengertian
belajar yaitu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku
atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap
situasi dan interaksi dengan lingkungan berdasarkan pengalaman.
Tujuannya untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
2.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Oemar
Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran (http://file.upi.edu).
Pengertian tentang pembelajaran juga terdapat pada UU RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Mohammad Surya menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana
yang dikemukakan di atas, dapat dimaknai bahwa di dalam pembelajaran terdapat
interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran
membutuhkan hubungan dialogis antara pendidik dan peserta didik, dimana
penekanannya pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student
of learning), dan bukan pengajaran oleh pendidik (teacher of
teaching). Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, karena di dalamnya
terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling terkait antara komponen
yang satu
dengan
komponen yang lain dan saling ketergantungan. Komponen-kompenen pembelajaran adalah
sebagai berikut: a) tujuan, b) bahan, c) metoda, d) media, e) evaluasi (http://file.upi.edu).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih
ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat
menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh peserta didik.
Dengan demikian
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman peserta didik. Tujuannya untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
3.
Faktor
yang mempengaruhi belajar
Banyak faktor yang ada
dalam diri individu yang dapat mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya.
untuk mempermudah dalam pemaparannya dapat dilakukan klasifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar. Menurut Suryabrata (2002:233), terdapat dua faktor
yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal dapat digolongkan lagi menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial
dan faktor sosial. Begitu juga faktor internal, dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Selain faktor internal
dan eksternal, Syah, Muhibbin (2011:145) menambahkan, faktor pendekatan belajar
(approach to learning) juga dapat mempengaruhi
dalam proses belajar.
a. Faktor
eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri
peserta belajar meliputi dua aspek, yakni:
(1)
Aspek non sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan non sosial ialah saranan dan prasarana yang ada
disekeliling peserta belajar. Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa turut menentukan tingkat keberhasilan dalam belajar.
(2)
Aspek sosial
Lingkungan
sosial sekolah seperti para pendidik, staf administrasi, dan teman-teman dapat
mempengaruhi semangat belajar seseorang. Lingkungan masyarakat, tetangga dan
teman-teman sepermainan disekitar tempat tinggal pun dapat mempengaruh semangat
belajar seseorang. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga individu itu sendirir. Sifat-sifat orang
tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah, semuanya
dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil
yang dicapai (Syah, Muhibbin, 2011:154).
b. Faktor
internal
Faktor
yang berasal dari dalam diri peserta belajar sendiri meliputi dua aspek, yakni:
(1)
Aspek fisiologis
Kondisi
jasmani mencangkup kesehatan dan kebugaran jasmani individu. Tiap orang
memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda, ada yang tahan belajar selama empat
atau lima jam terus menerus, tetapi ada yang juga hanya tahan satu sampai dua
jam. Kondisi umum jasmani dan tonus (ketegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas dalam belajar (Syah, Muhibbin, 2011:146). Kondisi fisik menyangkut
pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, peraba,
penciuman, dan pencecapan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan.
(2)
Aspek psikologis
Aspek
psikologis tidak kalah pentingnya dalam belajar. Aspek ini menyangkut kondisi
kesehatan fisik, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta
kondisi efektif dan konatif dari individu (Sukmadinata, Nana Syaodih,
2009:162). Kondisi kesehatan fisik menyangkut keadaan yang terbebas dari
tekanan-tekanan batin, gangguan perasaan, kebiasaan buruk yang mengganggu,
frustasi, dan konflik-konflik psikis. Kondisi intelektual menyangkut tingat
kecerdasan, bakat-bakat tiap individu, dan kemampuasn penguasaan pengetahuan
yang sebelumnya. Sedangkan kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan
orang lain, baik pengajar, teman-teman, orang tua maupun dengan orang lainnya.
Syah, Mohibbin (2011:148) menambahkan, minat dan motivasi peserta didik juga
berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar.
c. Faktor
pendekatan belajar (approach to learning)
Pendekatan belajar dapatdipahami sebagai segala cara
atau strategi yang digunakan individu dalam menunjang keefektifan dan efisiensi
proses pembelajaraan materi tertentu. Tiap individu memiliki strategi yang
berbeda-beda dalam belajar, ada yang belajar dengan cara reproduktif yaitu
belajar dengan menghafal, meniru, menjelaskan, dan meringkas. Ada pula yang
belajar secara analitis, mereka berfikir kritis, mempertanyakan,
menimbang-nimbang, dan beragumen. Lain halnya dengan cara spekulatif, sengaja
mencari kemungkinan dan penjelasan baru sehingga menghasilkan hipotesis.
Keseluruhan merupakan pendekatan yang tiap individu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam melaksanakannya.
Keseluruhan
faktor-faktor diatas baik itu faktor eksternal, internal dan pendekatan belajar
memiliki satu-kesatuan yang saling berkaitan dan masing-masing saling
mempengaruhi. Gambaran dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya
|
||
Internal
|
Eksternal
|
Pendekatan
|
1.
Aspek Fisiologis:
-
Tonus jasmani
-
Mata dan telinga
2.
Aspek Psikologis:
-
Inteligensi
-
Sikap
-
Minat
-
Bakat
-
Motivasi
|
1.
Lingkungan Sosial:
-
Keluarga
-
Guru dan staf
-
Masyarakat
-
Teman
2.
Lingkungan Nonsosial:
-
Rumah
-
Sekolah
-
Peralatan
-
Alam
|
1.
Pendekatan Tinggi:
-
Speculative
-
achieving
2.
Pendekatan Menengah:
-
analitical
-
deep
3.
Pendekatan Rendah
-
Reproductive
-
surface
|
(Sumber: Syah, Muhibbin, 2011:157)
4.
Konsep
atau Teori belajar
Teori belajar
menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Dapat dipahami pula sebagai
prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan
penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkait dengan peristiwa
belajar (Syah, Muhibbin, 2011:92). Setiap orang yang belajar akan memiliki
pengalaman dan pemahaman yang berbeda-beda tentang proses belajar. Tetapi tidak
semua orang yang mengalami proses belajar ini memikirkan masalah belajar dan
merumuskannya secara gamblang dan tegas. Perumusan yang jelas dan disusun atas
dasar pemikiran spekulatif didapat dari para ahli psikologi skolastik,
dilanjutkan oleh ahli-ahli dari golongan kontra reformasi, dan perumusan yang
lebih jelas didapat dari para ahli psikologi daya dan Herbart serta ahli
psikologi asosiasi (Suryabrata, Sumadi, 2002:238). Teori belajar mulai
berkembang berdasarkan hasil penemuan eksperimen yang dipelopori oleh
Ebbinghaus. Diantara sekian banyak teori belajar yang berdasarkan hasil
eksperimen, beberapa yang dikenal yaitu konsep belajar behaviorisme, konsep
belajar kognitivisme, konsep belajar konstruktivisme dan konsep belajar
humanisme.
a. Konsep
belajar behaviorisme
Konsep belajar behaviorisme sangat
menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Kegiatan belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Ciri-ciri
dari rumpun teori ini, yaitu: (1) mengutamakan unsur-insur atau bagian-bagian
kecil, (2) bersifat mekanistis, (3) menekannkan peranan lingkungan, (4)
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, (5) menekankan pentingnya latihan
(Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:168). Beberapa peneliti yang melakuakan studi
tentang belajar dan menghasilkan beberapa konsep belajar yang merupakan bagian
dari teori belajar behaviorisme adalah Ivan Pavlov (classical conditioning), Edward Lee Throndike (stimulus-response), Burrhus Frederic Skiier (operant conditioning), Edwin
R Guthrie (contiguous conditioning theory),
dan Clark Hull (drive reduction theory). Pengertian dari tiap
teori belajar yang ditemukan para ahli di atas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Teori-teori Belajar
Behaviorisme
No.
|
Nama Peneliti
|
Penemuan
|
Pengertian
|
1.
|
Ivan
Pavlov
|
Classical
conditioning
|
Perilaku
individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk
mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.
|
2.
|
Edward
Lee Throndike
|
Stimulus-response
|
Perilaku
belajar manuasia ditentukan oleh stimulus yang ada di lingkungan sehingga
menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang terjadi setelah sebuah
perilaku terjadi akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Fenomena tingkah
laku belajar melibatkan kepuasan.
|
3.
|
Burrhus
Frederic Skiier
|
Operant conditioning
|
Belajar
sebagai proses perubahan perilaku. Menggunakan konsekuen yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku. Fenomena tingkah laku
belajar melibatkan penguatan.
|
4.
|
Edwin
R Guthrie
|
Contiguous
conditioning theory
|
Peristiwa
belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang
disandingkan dengan gerakan yang akan cenderung diikuti oleh gerakan yang sama
untuk waktu berikutnya (kedekatan hub. Stimulus dan respon).
|
5.
|
Clark
Hull
|
Drive reduction theory
|
Dorongan
merupakan hal yang penting agar terjadi respon, stimulus dan respon harus
dapat diketahui oleh organisma agar pembiasaan dapt terjadi, respon harus
dibuat agar terjadi pembiasaan, pembiasaan hanya terjadi jika reinforcemen
dapat memenuhi kebutuhan.
|
b. Konsep
belajar kognitivisme
Salah
satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar ynag dilaksanakan
di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberi
kontribusi terhadap penggunakan unsur kognitif atau mental dalam proses
belajar. Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang
aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan (Baharuddin, H dan
Esa Nur Wahyuni, 2007:88). Beberapa
konsep belajar menurut aliran kognitivisme yaitu Teori Gestalt yang berkembang
di Jerman dengan pendiri utamanya Max Wertheimer, dibantu oleh Wolfgang Kohler,
dan Kurt Koffka (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009:170). Teori ini menjelaskan
bahwa belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian. Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight untuk mencari
dan mendapatkan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu. Selain itu, teori ini
juga menekankan pentingnya pengmatan terhadap stimuli di dalam lingkungan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Piaget, Bruner, dan Ausubel dalam Afid Burhanuddin (2011:17), (1) belajar
adalah perubahan persepsi dan pemahaman, (2) perubahan persepsi dan pemahaman
tidak selalu berbentuk perubahan perilaku, (3) asumsinya bahwa setiap orang
telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, yang berupa
struktur kognitif, (4) proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran
yang baru, beradaptasi (berkesinambungan) dengan struktur kognitif yang
dimiliki siswa.
c. Konsep
belajar konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan
antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial.
Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun
atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan
sesuai pengalamannya (Baharuddin, H dan Esa Nur Wahyuni, 2007:116). Konstruktivistik
dapat dijelaskan sebagai strategi pembelajaran,
penggunaan pengetahuan secara bermakna, mengikuti pandangan siswa,
aktivitas belajar dalam konteks nyata, menekankan pada proses. Kontrol belajar dipegang oleh si
belajar, sehingga tujuan pembelajaran menekankkan
pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam
konteks nyata.
d. Konsep
belajar humanisme
Manusia bukan gelas yang siap diisi
apa saja dan kapan saja. Konsep humanisme muncul sebagai bentuk ketidaksetujuan
pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis dan behavioristik
dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Aliran ini memandang bahwa belajar
bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses
yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian (Baharuddin, H
dan Esa Nur Wahyuni, 2007:142). Dengan kata lain butuh suasana yang
menyenangkan karena belajar untuk memanusiakan manusia, yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal. Mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajarnya. Motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar.
5.
Prinsip-
prinsip Belajar
Belajar
seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seumur hidup. Tiap
detik akan ada inovasi dan penemuan baru yang akan menambah pengetahuan dan
informasi, sehingga tiap saat akan dipenuhi dengan tuntutan belajar. Banyak
teori yang membahas masalah belajar, tiap teori bertolah dari asumsi atau
anggapan dasar tertentu tentang belajar. Olehkarena itu, akan ditemukan konsep atau pandangan serta
praktek yang berbeda dari belajar. Meskipun demikian Sukmadinata, Nana Syaodih
(2009:165) menerangkan, ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama
di antara konsep- konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai
prinsip belajar, seperti:
a. Belajar
merupakan bagian dari perkembangan.
Berkembang dan belajar merupakan
dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut
belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat.
b. Belajar
berlangsung seumur hidup.
Kegiatan belajar dilakukan sejak
lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus-menerus.
Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar dan disengaja ataupun tidak, direncanakan ataupun
tidak.
c. Keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta
usaha dari individu sendiri.
Dengan berbekalkan potensi yang
tinggi, dan dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari
individu yang efisien dilaksanakan pada tahap kematangan yang tepat akan
memberikan hasil belajar yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan
hasil yang minim pula.
d. Belajar
mencangkup semua aspek kehidupan.
Belajar bukan hanya berkenaan
dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi,
moral, religi, seni, keterampilan, dll.
e. Kegiatan
belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
Kegiatan belajar tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi
bahkan dimana saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap
saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaranatau jam kuliah. Kecuali
pada saat tidur, pada saat lainnya dapat berlangsung proses belajar.
f. Belajar
berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses belajar dapat berjalan
dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga dapat berjalan tanpa guru. Belajar
berlangsung dalam situasi formal maupun informal.
g. Beajar
yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Kegiatan belajar yang diarahkan
kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi,
yang dilakuakan secara sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi
pula. Perbuatan belajar demikian membutuhkan waktu yang panjang dengan usaha
yang sungguh-sungguh.
h. Perbuatan
belajar bervariasi dari yangpaling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks.
Perbuatan belajar yang sederhana
adalah mengenal tanda, mengenal nama, meniru perbuatan, dll, sedangkan perbuatan
yang kompleks adalah pemecahan masalah, pelaksanaan suatu rencana.
i.
Dalam belajar dapat terjadi
hambatan-hambatan
Proses belajar tidak selalu lancar,
adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini
terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya
hambatan dari lingkungan, ketidak cocokan potensi yang dimiliki individu,
kurangnya motivasi, adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.
j.
Untuk kegiatan belajar tertentu
diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.
Tidak semua hal dapat dipelajari
sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, atau perlu
petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan
bimbingan dari pembimbing.
C.
PENUTUP
1. Simpulan
Belajar diartikan sebagai
tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental
yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan
lingkungan berdasarkan pengalaman. Tujuan dari belajar adalah untuk memperoleh hasil
belajar dan pengalaman hidup. Sedangkan, pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai upaya proses membangun pemahaman siswa. Pembelajaran
disini lebih menekankan pada bagaimana upaya pendidik untuk mendorong atau
memfasilitasi peserta
didik dalam belajar. Tujuan dari pembelajaran
adalah untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal dapat digolongkan lagi menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial
dan faktor sosial. Begitu juga faktor internal, dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Selain faktor internal
dan eksternal, faktor pendekatan belajar (approach
to learning) juga dapat mempengaruhi dalam proses belajar.
Konsep atau teori
berdasarkan hasil eksperimen yang dikenal yaitu konsep belajar behaviorisme,
konsep belajar kognitivisme, konsep belajar konstruktivisme dan konsep belajar humanisme.
Konsep belajar behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang
dapat diamati. Kegiatan belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon. Konsep belajar kognitivisme, menurut aliran
kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Pendekatan konstruktivistik dalam
belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian
dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial. Konsep belajar humanisme Aliran
ini memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja,
melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan
seluruh bagian.
Prinsip-prinsip
belajar, yaitu (1) belajar merupakan bagian dari perkembangan, (2) belajar
berlangsung seumur hidup, (3) keberhasilan belajar dipengaruhi oleh
faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri,
(4) belajar mencangkup semua aspek kehidupan, (5) kegiatan belajar berlangsung
pada setiap tempat dan waktu, (6) belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa
guru, (7) belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi,
(8) perbuatan belajar berfariasi dari yangpaling sederhana sampai dengan yang
sangat kompleks, (9) dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan, (10) untuk
kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang
lain.
2. Saran
Bagi calon guru hendaknya mampu memahami dan menerapakan
konsep dasar belajar dan pembelajaran serta tujuan dari belajar dan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dalam kondisi pembelajaran
yang efektif. Selain itu, perlu adanya perhatian khusus pada
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar serta pengaplikasian teori
belajar yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar