Jumat, 14 Februari 2014

PERILAKU ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI UNTUK MENDUKUNG PRESTASI OLAHRAGA





Dalam pengembangan olahraga prestasi diperlukan keterlibatan semua pihak, mulai dari atlet, pelatih, organisasi olahraga, pemerintah daerah serta unsur-unsur lainnya. Organisasi olahraga memegang posisi strategis dalam mengembangkan prestasi olahraga melalui program kerja yang disusun dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi selama 1 tahun.
Mengapa peran organisasi olahraga atau pengurus organisasi olahraga dikatakan penting?, karena program kerja yang disusun akan mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh atlet dan pelatih. Untuk  meraih prestasi tertinggi tidak hanya atlet dan pelatih saja yang berperan, akan tetapi peran pengurus cabang olahraga juga sangat berperan karena dalam meraih prestasi tidak begitu saja diperoleh, tetapi dengan rencana yang tersusun, terarah dan berkesinambungan, gizi yang baik, sarana dan prasarana latihan yang memadai didukung IPTEK olahraga yang mumpuni, semua itu dipersiapkan oleh Pengurus cabang olahraga dalam suatu rangkaian yaitu program kerja cabang olahraga. Dari pemikiran tersebut maka diperlukan pembinaan atau penataan organisasi olahraga khsusnya cabang olahraga prestasi.

Komunikasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen organisasi olahraga yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam organisasi cabang olahraga prestasi agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen organisasi cabang olahraga prestasi dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer/pimpinan di dalam mengelola organisasi cabang olahraga prestasi. Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan pengendalian manajemen, perilaku berpengaruh dalam desain system pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja. Sehingga tujuan utama berupa prestasi dalam organisasi dan atlet di lapangan dapat tercapai.

A.      Perilaku organisasi
1.    Pengertian perilaku organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Ada tiga bidang ilmu yang bahasan/kajiannya hampir sama dengan kajian yang ada pada perilaku organisasi (organizational behavior), yaitu :
a.    Teori organisasi/Organizational Theory (OT),
b.    Pengembangan organisasi/Organizational Development (OD), dan
c.    Manajemen sumber daya manusia (personnel/human resources).
Sebelum membahas lebih mendalam mengenai bidang ilmu perilaku organisasi, perlu dikemukakan bahwa ada beberapa bidang ilmu lainnya yang hampir sama dengan bidang ilmu perilaku organisasi. Oleh karena itu bahasan perilaku organisasi seringkali tumpang tindih dengan bahasan bidang ilmu lain yang mirip itu. Pada dasarnya ada tiga bidang ilmu yang hampir sama, yaitu : teori organisasi (organizational theory), pengembangan organisasi (organizational development), dan manajemen sumber daya manusia (personnel/human resources). Untuk melihat hubungan ke empat disiplin ilmu tersebut, Fred Luthans menggambarkan hubungan tersebut sebagai berikut :
a.    Bidang ilmu OB (Organizational Behavior), kajiannya bersifat teoritis sedangkanruang lingkup bahasannya bersifat mikro.
b.    Bidang ilmu OT (Orgaizational Theory), kajiannya bersifat teoritis sedangkan ruanglingkup bahasannya bersifat makro.
c.    Bidang ilmu P/HR (Personnel/Human Resources), kajiannya bersifat aplikasi/terapansedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat mikro.
d.    Bidang ilmu OD (Organizational Development), kajiannya bersifat aplikasi/terapan,sedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat makro.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi. Beberapa definisi dikemukakan oleh para ahli mengenai PO, diantaranya : Stephen P. Robbins, menyatakan, Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perseorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Gibson, Ivancevich, Donnelly, menyatakan, Perilaku organisasi merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode, dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai, kapasitas pembelajar individu, dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dandidalam organisasi secara keseluruhan; menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan sumber dayanya, misi, sasaran dan strategi. Joe Kelly, menyatakan, Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk, tumbuh, dan berkembang. Adam Indrawijaya, menyatakan , Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap anggota. Drs. Sutrisna Hari, menyatakan, Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan pengaruh lingkungan. Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah unit sosial yang dengan sengaja diatur terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangakaian sasaran bersama. Perilaku adalah sikap dan tindakan (behavior; way of thinking or behaving). Perilaku Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi.
Robbins menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah studi yang mengambil pandangan mikro – memberi tekanan pada individu-individu dan kelompok-kelompok kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap yang sempit dari para pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang banyak diperhatikan. Topik-topik mengenai perilaku individu,yang secara khas dipelajari dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok adalah peran, status kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Perilaku organisasi memandang masalah organisasi adalah masalah manusia. Dengan demikian inti dan determinan studi perilaku organisasi adalah tentang manusia.
Studi perilaku organisasi kemudian menghampiri persoalan individu-individu dan kelompok seperti yang dijelaskan Robbins diatas dengan berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, sosiologi, antropologi dan ilmu politik. Multidisiplin ilmu yang dipakai dalam studi perilaku organisasi intinya dimanfaatkan agar menolong kita lebih paham tentang hakekat sistem dan nilai-nilai kemanusian atau masalah manusia. Dengan asumsi setelah memahaminya kemudian kinerja sebuah organisasi dapat ditingkatkan oleh actor organisasi. Perilaku Organisasi mendorong kita untuk menganalisa secara sistematik dan meninggalkan intuisi. Studi sistematik melihat pada hubungan dan berupaya menentukan sebab dan akibat, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah. Sementara intuisi adalah perasaan yang tidak selalu didukung penelitian.
Dari gambaran diatas menurut Rino A. Nugroho dapat dijabarkan dalam poin-poin definisi sebagai berikut:
a.    Perilaku organisasi menjelaskan perilaku dari orang-orang yang beroperasi dilevel individu, kelompok, atau organisasi.
b.    Perilaku organisasi merupakan pendekatan multidisiplin yang menggunakan prinsip dari berbagai ilmu.
c.    Berorientasi pada manusia. Perilaku, persepsi, kemampuan, perasaan adalah penting bagi organisasi.
d.   Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana kinerja ditingkatkan.
e.    Lingkungan luar organisasi berpengaruh ke dalam organisasi.
f.     Metode ilmiah penting untuk mengenali perilaku organisasi secara sistematis.
Perilaku organisasi orientasi aplikasi yang berbeda. Perhatiannya adalah pada menyediakan jawaban tentang permasalahan organisasi.
2.    Pendekatan perilaku organisasi
Dengan adanya interaksi atau hubungan antar individu dalam organisasi, maka penelaahan terhadap perilaku organisasi haruslah dilakukan melalui pendekatan-pendekatan sumber daya manusia (supportif), pendekatan kontingensi, pendekatan produktivitas dan pendekatan sistem.
Pendekatan sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu pegawai agar berprestasi lebih baik, menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, dan kemudian berusaha menciptakan suasana dimana mereka dapat menyumbang sampai pada batas kemampuan yang mereka miliki, sehingga mengarah kepada peningkatan keefektifan pelaksanaan tugas. Pendekatan ini berarti juga bahwa orang yang lebih baik akan mencapai hasil yang lebih baik pula, sehingga pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan suportif.
Sementara itu, pendekatan kontingensi mengandung pengertian bahwa adanya lingkungan yang berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk mencapai keefektifan. Disini pandangan lama yang mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat universal dan perilaku dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima sepenuhnya. Disisi lain, pendekatan produktivitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa efisien suatu organisasi dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan. Jadi, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang bernilai tentang seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat. Dalam hal ini perlu diingat bahwa konsep produktivitas tidak hanya diukur dalam kaitannya dengan masukan dan keluaran ekonomis, tetapi masukan manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Dengan demikian, apabila perilaku organisasi yang lebih baik dapat mempertinggi kepuasan kerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang baik pula, dan pada akhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang diinginkan. Adapun pendekatan sistem terutama diterapkan dalam sistem sosial, dimana didalamnya terdapat seperangkat hubungan manusia yang rumit yang berinteraksi dalam banyak cara.
Secara garis besar ada tiga jenis pendekatan yang dilakukan oleh para ahli perilaku organisasi antara lain:
a.         Pendekatan cognitif: Edward Tolman, berdasarkan pemahaman seseorang terhadap informasi.
b.        Pendekatan behavioristic: I.P. Pavlov dan J.B. Watson, berdasarkan Responseyang muncul apabila diberi stimulus tertentu.
c.         Pendekatan social learning: A. Bandura, berdasarkan penggabungan pendekatanCognitif dan behavioristic
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada tiga, yaitu menjelaskan,meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia Robbins (2002). Menjelaskan berarti kajian perilaku organisasi berupaya mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok. Penjelasan terhadap suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal penting karena membantu para manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Sasaran kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku organisasi membantu memprediksi kejadian organisasi di masa mendatang. Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab munculnya perilaku individu atau kelompok membantu manajer meramalkan akibat-akibat dari suatu program atau kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan pengendalian preventif terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Sasaran ketiga yaitu mengendalikan mengandung arti bahwa perilaku organisasi menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan perilaku individu atau kelompok. Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan pengembangan tim kerja yang efektif merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan perilaku individu dan kelompok.
Secara umum, perilaku organisasi memiliki dua fokus perhatian. Pertama, perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi peningkatan keefektifan organisasi (Robbins,2003). Perilaku organisasi mempelajari tiga determinan perilaku dalam organisasi, yaitu individu, kelompok, dan struktur atau organisasi. Singkatnya, perilaku organisasi merupakan kajian terhadap apa yang dilakukan orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
Tyson dan Jackson (1992) mengemukakan bahwa kajian perilaku organisasi didasarkan pada pentingnya memahami apa yang terjadi pada individu-individu dalam organisasi dan apa penyebab perilaku mereka. Dengan kata lain, perilaku organisasi berkaitan dengan ketergantungan: kinerja organisasi tergantung bagaimana kinerja kelompok kerja, sedangkan kinerja kelompok kerja tergantung pada kinerja individu.
Fokus kedua adalah perilaku organisasi sebagai kajian antardisiplin ilmu yang diarahkan untuk mempelajari sikap, perilaku, dan kinerja individu dalam organisasi (Daft,2000). Sebagai suatu kajian antardisiplin, perilaku organisasi menggunakan konsep dan teori dari disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, pendidikan dan juga manajemen serta disiplin ilmu lainnya. Pemahaman terhadap perilaku manusia penting untuk menerapkan pendekatan yang tepat dalam memberdayakan manusia bagi keefektifan organisasi.
B.       Komunikasi
1.         Pengertian komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”.  Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi seseorang mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap dengan partisipan lainnya. Longman menyatakan komunikasi adalah upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain.
Menurut Harwood, komunikasi adalah suatu proses untuk membangkitkan kembali ingatan-ingatan. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981). Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut (Astrid). Menurut James A. F Stoner dan Charles Wankel (1989) komunikasi adalah satu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud, dengan syarat adanya persetujuan dengan definisi istilah-istilah yang digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat, huruf, nomor, dan perkataan, yang melambangkan atau menyerupai ide-ide yang dapat menyampaikan maksud.
Dari berbagai pengertian komunikasi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian atau pemindahan informasi (pesan, ide, gagasan, lambang) dari satu pihak kepada pihak lain dengan syarat adanya persamaan definisi istilah-istilah yang digunakan, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
2.         Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
a.        Fungsi Komunikasi dalam organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1)        Fungsi informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2)        Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
·      Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
·      Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3)        Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4)        Fungsi integratif.
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
·      Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
·      Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
b.   Proses dan unsur komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu pengirim informasi, proses penyandian, pesan, saluran, proses penafsiran, penerima umpan balik. Model komunikasi ini banyak dipergunakan dalam organisasi untuk menganalisis komunikasi.
Unsur-unsur Utama Komunikasi:
a.         Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam organisasi bisa karyawan bisa pimpinan.
b.        Penyandian
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat-isyarat atau simbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses penyandian ini dilakukan oleh pengirim.

c.         Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata baik berupa lisan maupun tulisan.
d.        Saluran
Saluran atau media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran yang paling mendasar dalam komunikasi adalah berhadapan muka secara langsung
e.         Penerima
Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim.
f.          Penafsiran (decoding)
Penafsiran adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-sandi) pesan dari pengirim. Sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima.
g.         Umpan balik (feedback)
Umpan balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan pengirim.
h.         Gangguan
Gangguan adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima.
c.    Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara penerima dan pengirim tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia, tetapi komunikasi dalam organisasi yang terjadi dewasa ini juga menggunakan alat komunikasi yang canggih. Banyak manajer dewasa ini mengirim informasi dengan sistem informasi manajemen yang kompleks, dimana data berasal dari berbagai sumber, kemudian dianalisis oleh komputer dan disampaikan kepada penerima secara elektronik.
Komunikasi dapat dianalisis ke dalam tiga tingkatan analisis, yaitu komunikasi antar individu, komunikasi dalam kelompok dan komunikasi keorganisasian. Manajer sebagai orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan organisasi perlu memahami tiga tingkatan analisis tersebut.
Komunikasi memegang peranan yang sangat penting mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua bagian dan aktivitas di dalam organisasi. Aliran komunikasi dalam organisasi merupakan pedoman kemana seseorang dapat berkomunikasi dalam organisasi. Aliran komunikasi formal dalam organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, horisontal dan diagonal.
a.    Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication). Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hirarki organisasi. Bentuk dari aliran komunikasi ini misalnya prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik terhadap bawahan dan sebagainya.
b.    Komunikasi dari bawah ke atas. Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan informasi tentang prestasinya dan praktek serta kebijakan organisasi.
c.    Komunikasi Horisontal. Komunikasi horisontal merupakan aliran komunikasi kepada orang-orang yang memiliki hirarki yang sama dalam suatu organisasi.
d.   Komunikasi Diagonal. Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang-orang uang memiliki hirarki yang berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung.
d.   Hambatan-hambatan terhadap Komunikasi yang Efektif
Oleh karena kompleksnya proses komunikasi, permasalahan dapat muncul pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi. Beberapa hambatan utama dalam komunikasi yang efektif yaitu sumber, penyaringan, tekanan waktu, mendengar secara selektif, masalah bahasa, bahasa kelompok, perbedaan kerangka acuan dan beban komunikasi yang berlebihan.
a.    Menilai sumber. Menilai sumber maksudnya penafsiran atau pemberian arti terhadap suatu pesan dipengaruhi oleh orang yang mengirim (komunikator) pesan tersebut.
b.    Penyaringan. Penyaringan berkaitan dengan manipulasi informasi, khususnya informasi yang negatif.
c.    Tekanan waktu. Keterbatasan waktu merupakan fenomena yang terjadi dalam setiap aspek kehidupan, dan tekanan waktu menciptakan masalah penting dalam proses komunikasi.
d.   Mendengarkan secara selektif. Mendengarkan permasalahan secara selektif bagian dari permasalahan besar persepsi selektif, dimana seseorang hanya mendengarkan bagian tertentu dari informasi dan mengabaikan bagian yang lainnya dengan berbagai alasan.
e.    Masalah bahasa. Komunikasi merupakan suatu proses simbolis yang sebagian besar tergantung pada kata-kata yang dimaksudkan mengandung arti tertentu.
f.     Bahasa kelompok. Pada umumnya kelompok-kelompok profesional mengembangkan istilah-istilah teknis yang hanya dapat dimengerti oleh kelompoknya saja.
g.    Perbedaan kerangka acuan . Komunikasi yang efektif memerlukan adanya proses penyandian dan penguraian didasarkan pada suatu pengalaman yang sama.
h.    Beban komunikasi berlebihan . Jika penerima mendapatkan informasi lebih dari yang kemungkinannya dapat mereka tangani maka mereka akan mengalami beban komunikasi yang berlebihan
e.    Mengatasi Hambatan-hambatan Komunikasi
Komunikasi yang efektif tergantung pada kualitas dari proses komunikasi yang baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi. Memperbaiki komunikasi dalam organisasi berkaitan dengan melakukan proses yang akurat mulai dari proses penyandian, penyampaian pesan, penguraian dan umpan balik pada tingkat komunikasi antar pribadi, dan pada tingkat organisasi menciptakan dan memonitor saluran komunikasi yang tepat. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
a.         Meningkatkan umpan balik. Kesalahpahaman dapat dikurangi jika proses umpan balik dilakukan dengan baik. Mekanisme umpan balik dalam organisasi sama pentingnya dengan komunikasi antar pribadi.
b.         Empati. Empati pada dasarnya merupakan komunikasi yang dilakukan berorientasi pada penerima. Komunikator harus menempatkan dirinya sebagai penerima, sehingga proses penyandian, penggunaan bahasa dan saluran disesuaikan dengan kondisi penerima.
c.         Pengulangan. Cara yang efektif untuk meningkatkan efektivitas komunikasi adalah mengulangi pesan. Pengulangan membatu pendengar atau penerima untuk menginterpretasikan pesan yang tidak jelas atau terlalu sulit untuk dipahami ketika pertama kali mendengar.
d.        Menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa yang kompleks, istilah-istilah teknis dan jargon menyebabkan komunikasi sulit dipahami oleh pendengar atau penerima. Tidak benar bahwa gagasan yang bagus dan ilmiah harus disampaikan dalam bahasa yang ilmiah dan teknis.
e.         Penentuan waktu yang efektif. Suatu permasalahan dalam komunikasi antar pribadi dimana komunikator mulai menyampaikan pesannya pada saat penerima belum siap untuk mendengarkannya. Cara yang efektif adalah mengelola waktu untuk komunikasi sehingga pesan yang disampaikan tersusun dengan baik, ringkas dan mudah dipahami.
f.          Mendengarkan secara efektif. Salah satu cara meningkatkan komunikasi yang efektif dapat dilakukan dengan mendengarkan secara efektif. Komunikasi adalah masalah memahami dan dipahami.
g.         Mengatur arus informasi. Untuk mengatasi hambatan komunikasi karena beban informasi yang berlebihan adalah dengan mengatur arus informasi. Komunikasi diatur mutunya, jumlahnya dan cara penyampaiannya. Informasi yang disampaikan harus sistematis, ringkas dan memiliki bobot tingkat kepentingan yang cukup.
C.      Manajemen strategis organisasi dalam meningkatkan olahraga prestasi
Perilaku organisasi dan komunikasi dalam meningkatkan olahraga prestasi merupakan suatu langkah untuk mencapai prestasi yang di harapkan dalam organisasi tersebut. Dimana salah satunya adalah peran organisasi itu sendiri terhadap pencapaian tujuan yang ingin di capai. Dari tingkat pembinaan yang umum (pemasalan) sampai yang paling khusus (pembiaan prestasi) perlu dirancang pembinaan yang sesuai dengan pola piramida pembinaan olahraga yang dianut dan disepakati sebagai metode yang paling efektif untuk peningkatan prestasi olahraga indonesia secara menyeluruh.
Keberadaan organisasi sebenarnya setua sejarah peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasi tujuan bersama.
Hamdan Mansoer (1989 : 1) Organisasi yaitu suatu kesatuan yang mempunyai struktur kerja yang sistematis. Setiap organisasi baik pemerintah maupun organisasi swasta tentu berdasarkan rencana-rencana yang ada. Sebagaimana diketahui bahwa organisasi merupakan suatu wadah bagi terlaksananya kegiatan dalam rangka mencapai tujuan.
Ada tiga ciri organisasi yaitu : (1) organisasi harus mempunyai tujuan khusus yang hendak dicapai, (2) organisasi terdiri atas susunan sekelompok orang dan pekerjaan, (3) organisasi mengembangkan suatu struktur yang dirancang sedemikian rupa sehinnga jelas batas-batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh setiap peserta organisasi dalam mereka bertingkah laku, berbuat dan melakukan pekerjaan.
Kegiatan olahraga termasuk juga pendidikan jasmani yang mengandung misi untuk mencapian tujuan pendidikan, memerlukan manajemen yang baik. Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan kekurangan yang kronis, lemahnya dukungan, kecilnya dana yang disediakan dan kesulitan lain untuk menumbuhkan programnya. Maka kemampuan menejerial sangat dibutuhkan yang intinya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (Rusli Lutan,2000:8-9).
1.         Manajemen
Dalam pencapaian tujuan suatu organisasi suatu olahraga pasti tidak lepas dengan adanya istilah manajemen dalam olahraga. Manajemen dalam hal ini dapat didefisinikan sebagai proses yang berkenaan dengan pengarahan dan pennggerakan satu kelompok orang yang melakukan kegiatan mencapai tujuan organisasi. Manajemen adalah pemanfaatan sumber daya secara efisien. Manajemen yang baik, efisien dan efektif diharapkan pula oleh masyarakat tidak hanya terjadi dalam organisasi perusahaan, tetapi dalam organisasi pemerintah dan sosial yang bersifat tidak mencari laba ( Mansoer, 1989:5). Eferktif berarti pencapaian tujuan dan pengunaan peralatan yang tepat, efisien adalah melakukan pekerjaan dengan benar. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa manajemen penting sekali untuk semua bidang yang berkenaan dalam organisasi dalam bidang apapun, yang berorientasi pada keuntungan maupun bersifat pada pelayanan.
2.         Manajemen olahraga
Manajemen olahraga menunjukan peranan penting dalam pengelolaan kegiatan penddikan jasmani dan olahraga. Dalam pembinan olahraga pada umumnya memerlukan kemampuan menejerial guna mencapai tujuan tercapainya pembinaan olahraga tersebut. Dalam pengertian sempit, pembinaannya harus terlaksana berdasarkan perencanaan yang terbagi-bagi menjadi perencanan jangka panjang, menengah dan pendek. Dalam pengertian luas, manajemen dibutuhkan untuk mengintegrasi berbagai aspek, tidak hanya kepentingan teknik dan taktik saja tetapi juga aspek ekonomi dan komunikasi (Rusli Lutan,2000:13).
Harzuki (2003:117), menyebutkan bahwa “ manajemen olahraga adalah perpaduan antara ilmu manajemen dan ilmu olahraga”. Istilah manajemen diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen olahraga adalah pendapat E. Burke yang dikutip oleh Argasasmita yang menyatakan bahwa nilai suatu organisasi adalah tergantung dari orang-orang yang mengatur dan menyusunnya. Organisasi yang menganggap remeh sumber daya manusianya maka organisasi tersebut tidak akan mendapat hasil yang terbaik (Harzuki, 2003:166).
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang diharapakan dari suatu organisasi, maka peran sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan sangat penting. Unsur –unsur tersebut harus bersatu dalam suatu system, bahu membahu bekerjasama untuk mencapai tujuan.

3.         Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan hal yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi olahraga. Kemajuan atau perbaikan dan penambahan jumlah fasilitas yang ada akan menunjang suatu kemajuan prestasi dan paling tidak dengan fasilitas yang memadai akan meningkatkan prestasi. Fasilitas dapat pula diartikan kemudahan dalam melaksanakan proses melatih yang meliputi peralatan dan perlengkapan tempat latihan. Dengan demikian fasilitas sangat dibutuhkan karena merupakan sesuatu yang dipakai untuk memperoleh atau memperlancar jalannya kegiatan dalam pencapaian peningkatan prestasi.
4.         Dana
Untuk menunjang kegiatan pembinaan prestasi diperlukan adanya dukungan baik sarana dan prasarana maupun dana dalam hal ini adalah sebagai bentuk dari proses berjalanya kegiatan pembinaan. Dengan demikian tanpa adanya dukungan dana maka pembinaan tidak akan tercapai. Dukungan tersebut sangat erat kaitannya agar dapat diwujudkan program terpadu guna mendukung seluruh kegatan olahraga sehingga prstasi yang maksimal akan dapat tercapai. Untuk pembinaan olahraga diperlukan pendanaan yang tidak sedikit oleh karena sistem pembinaan ini akan mencakup dan melibatkan seluruh sistem dan jajaran yang ada di Indonesia.
5.         Hasil riset
Temuan ilmu-ilmu terbaru biasanya melalui kegiatan riset, demikian halnya ilmu-ilmu yang berhubungan dengan metodologi latihan. Untuk itu pelatih maupun olaharagawan ditutut untuk memiliki kemampuan untuk membaca dan menerapkan hasil-hasil riset dalam proses melatih. Hasil-hasil riset tersebut dapat diketemukan pada buku-buku referensi, jurnal maupun internet.
6.         Pertandingan
Pertandingan atau kompetisi merupakan muara dari pembinaan prestasi, dengan kompetisi dapat dipergunakan sarana mengevaluasi hasil latihan serta meningkatkan kematangan bertanding olahragawannya.
Manakala organisasi olahraga dihadapkan pada sejumlah tantangan ekonomi, nilai sosial budaya yang menekan organisasi olahraga, kuatnya dominansi politik dalam percaturan olahraga, dan lemahnya dukungan infrastruktur keolahragaan yang dimiliki,menyebabkan organisasi olahraga harus menata sistem manajemennya agar setiap rumusan tujuan yang telah digariskan dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Organisasi olahraga perlu merumuskan arah strategis organisasi-nya agar bisa bertahan dan tampil sebagai organisasi yang unggul.
Upaya pengembangan organisasi merupakan proses untuk mempersiapkan perubahan manajemen dalam organisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan , permasalahan-permasalahan, dan tujuan organisasi. Perubahanperubahan itu terkait dengan budaya organisasi. Suatu budaya organisasi bisa mendorong atau menurunkan efektifitas kerja organisasi tersebut, hal ini ditentukan oleh sifat nilai-nilai, keyakinan, dan norma-norma (Sri Winarni, 2006).
Arah strategis didasarkan pada sejumlah jawaban atas pertanyaan seperti: apa kegiatan/pekerjaan yang harus dilakukan? Bagaimana melakukan pekerjaan seperti itu? Adakah sumber daya yang dimiliki mendukung pekerjaan seperti itu? Dan bagaimana penilaian keberhasilan atau kegagalan pekerjaan itu?. Jawaban atas pertanyaan seperti itu adalah dasar manajemen strategis—sebagai suatu analisis pilihan, rencana, keputusan, dan tindakan yang menentukan arah strategis organisasi dan mengarahkan pada capaian tujuan strategis dalam lingkungan organisasi yang semakin dinamis. Tidak terkecuali organisasi olahraga itu besar atau kecil, berorientasi profit atau non-profit, pribadi atau umum, keberhasilan manajer strategis berada dalam aktivitas yang sama. Pimpinan organisasi perlu merumuskan keputusan manajemen strategis sebagai manajer strategis. Manajer seperti ini meluangkan waktu untuk menganalisis, merencanakan, dan merumuskan isu-isu yang berdampak pada keuntungan kompetetif dalam memicu lingkungan kinerja organisasinya. Untuk mewujudkan hal ini manajer harus menampilkan berbagai kapasitas dalam organisasinya.
Menurut Mintzberg (dalam: Montanari, 1990:2) peran utama yang harus dilakukan manajer strategis adalah membuat keputusan, menyebarluaskan informasi, dan mengelola personal. Manajer strategis perlu menangani informasi internal maupun eksternal dengan cara memadukan peluang-peluang eksternal lingkungan dengan kapabilitas internal organisasi. Manajer perlu yakin bisa memadukannya, membuat pilihan-pilihan strategis seperti bagaimana menggunakan kapabilitas-kapabilitas internal organisasi mendapatkan keuntungan-keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Manajer perlu mengorganisasikan, memotivasi, dan mengarahkan orang untuk dapat mengkontribusikan diri-nya bagi keberhasilan organisasi. Berupaya menampilkan peran-peran seperti ini adalah kunci utama bagi efektivitas manajer strategis.
Manajer strategis membuat pilihan-pilihan baru yang melibatkan keberhasilan dan perjalanan organisasi. Karena masalah-masalah strategis sangat unik, maka manajer atas dasar penilaian dan pengalaman harus mampu mengelola sejumlah sumber daya organisasi kedalam sebuah projek-projek kegiatan yang mengantarkan keberhasilan organisasi. Tantangan utama yang dihadapi manajer strategis adalah memadukan peluang-peluang yang ada di lingkungan dengan kapabilitas-kapabilitas organisasi kearah pencapaian tujuan organisasi.
Proses Manajemen Strategi
Mengaplikasikan manajemen strategi, sekarang ini, sangat penting disbanding penerapan-nya di masa lalu. Tuntutan lingkungan eksternal organisasi yang sering berubah-ubah menuntut organisasi keolahragaan perlu semakin mengadaptasikan diri, dan mampu menantang setiap kesulitan dan tantangan untuk dapat meraih tujuan organisasi yang telah dirumuskan. Proses manajemen strategi adalah proses analisis Analisis kondisi lingkungan, kapabilitas organisasi dan rumusan rencana untuk memadukan kapabilitas itu dengan kondisi lingkungannya. Manajemen strategis bukan hanya memformulasikan unsur perencanan strategis, tetapi juga strategi implementasi dan pengawasan, termasuk juga kondisi perubahan tatanan dan infrastruktur lokasi organisasi.
Tahapan- Tahapan Manajemen Strategis
Formulasi strategi
Penilaian kondisi, analisa kapabilitas internal, dan kembangkan rencana. Termasuk, peluang dan ancaman lingkungan, pola manajerial, teknikal, informasional, organisasial, dan sumberdaya keuangan yang dibutuhkan.  Rumuskan misi dan tujuan, serta strategi yang perlu dilakukan untuk meraihnya.
Implementasi Strategi
Manajer memposisikan strategi senantiasa berada dalam alur arah pencapaian tujuan. Mengembangkan struktur organisasi untuk dapat mengawasi proses. Bila perlu bentuk departemen atau bagian khusus.
Analisis Lingkungan
Menganalisa berbagai alasan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Menilai kondisi organisasi saat ini, prediksi akurat di masa yang akan datang, dan menggunakan berbagai informasi untuk merumuskan strategi terbaik.
Analisis Kapabilitas Internal Organisasi
Suatu penentuan kapabilitas internal organisasi secara teknikal dan sistem sumber daya manusia-nya. Manajer menganalisis perpaduan antara kapabilitas organisasi saat ini dengan kondisi lingkungan. Karena itu, manajer perlu menelaah kekuatan dan kelemahan manajerial organisasi, teknis, keuangan, dan kapabilitas sumber daya manusia-nya.
Pemilihan Bidang Strategis
Penentuan area strategis dengan memperhatikan ukuran organisasi, minat konsumen, produk yang menguntungkan, dan lingkungan yang mendukung. Karena itu, sering pula memperhatikan pasar target yang dicapai.
Pilih Misi, Tujuan Strategis dan Strategi
Penentuan misi yang jelas dengan tujuan yang bisa dicapai, mencerminkan metode publikasi produk, pasar target, dan metode pendekatan dalam meraih tujuan. Perlu pula dibarengi dengan upaya penelitian dan pengembangan, pembiayaan, operasional prosedur, dan pemasaran. Tentukan pula strategi generik, strategi utama, atau strategi ancillary.
Pilih Rencana, Tujuan, dan Strategi Fungsional
Perumusan rencana yang mencerminkan tujuan fungsional, tingkatan strategis, spesifik, menggambarkan harapan, pengaturan waktu, dan layanan sebagai panduan.
Pemilihan Struktur
Pembuatan struktur, proses, dan sistem organisasi yang bisa mengantarkan pada pencapaian tujuan strategis.
Pemilihan Sistem Kepemimpinan dan Penghargaan
Perumusan sistem kepemimpinan yang menggugah semangat kerja anggota berpenampilan terbaiknya untuk mencapai tujuan strategis. Perhatikan pula unsur budaya organisasi yang terbentuk oleh nilai, mitos, keyakinan, simbol-simbol, dan tradisi yang terbentuk.
Proses Pengawasan dan Evaluasi
Manajemen tingkat atas merumuskan desain dan tindakan pengawasan dan evaluasi atas semua strategi yang dijalankan. Teknik evaluasi dirumuskan untuk memonitor kemajuan organisasi dan tujuan organisasi. Sedangkan standar penampilan digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi.
Masukan dan Umpan Balik
Sebagai tindakan korektif, manajer perlu memperhatikan umpan balik dan masukan dari semua keberhasilan yang telah dicapai. Manajer perlu juga memperdulikan tingkat kegagalan yang dialami untuk merumuskan kembali prospeknya di masa yang akan datang.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan organisasi keolahragaan adalah:
Pengembangan Sosial
Aspek Dukungan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berolahraga perlu secara positif didukung oleh sikap masyarakat itu sendiri, kebijakan publik, dan sumber sumber daya lain yang ada pada masyarakat, seperti: ekonomi, politik, dan agama. Keterkaitan ini perlu dijadikan informasi bukti yang kuat dalam penentuan strategi dan arah pengembangannya.
Pengembangan Keorganisasian
Tanggung Jawab Publik.
Organisasi keolahragaan berkaitan dengan perencanaan risk management yang dibutuhkan pada semua tingkatan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan olahraga. Implementasi pemulihan sangat penting untuk mengarahkan krisis tanggungjawab publik dalam kegiatan keolahragaan dan
menyeimbangan minat diantara pemberi layanan dan konsumen. Teknologi. Semakin efektif komunikasi dan layanan olahraga tergadap public perlu didukung oleh kekinian teknologi olahraga agar mencapai kebutuhan manajemen informasi dalam kerangka pengembangan.
Partisipasi
Aktivitas Jasmani.
Untuk meningkatkan tingkat aktivitas kelompok masyarakat (misal: orang dewasa, anak-anak, remaja putri) yang saat ini memiliki tingkat partisipasi rendah. Olahraga perlu mengembangkan program-program inovasi yang akurat yang mudah dilakukan oleh masyarakat.
Pembinaan
Identifikasi Bakat
Keberhasilan di Masa Yang Akan Datang tergantung pada Upaya-Upaya Masa Kini.
Kunci keberhasilan penampilan olahraga tingkat tinggi perlu kerjasama dan koordinasi implementasi program melalui penyediaan rekomendasi dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan.
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Relawan
Prinsip yang dibutuhkan manajemen sumber daya manusia perlu diaplikasikan dalam pembentukan dan pengembangan relawan-relawan dan pengurus serta pembina yang berkualifikasi dan kompetens di bidang keolahragaan.
Infrastruktur
Kesinambungan
Perencanaan dan pengembangan infrastruktur olahraga perlu
dikembangkan dalam prinsip desain kesinambungan dan manajemen. Penyediaan fasilitas menjadi faktor utama sehingga memperjelas syarat-syarat yang dibutuhkan. Perencanaan pendidikan jasmani dan olahraga harus dikoordinasikan dengan perencanaan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan masyarakat
1.        Arah Strategi 1
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·      Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk
·      mengeluarkan kebijakan terkait olahraga
·      Menjalin kerjasama dengan praktisi manajemen olahraga.
·      Pengidentifikasian kontribusi industri/perusahaan pada masyarakat.
·      Penyediaan dan pengaturan jadwal pemakaian
·      fasilitas pendidikan jasmani dan olahraga.
2.        Arah Strategi 2
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·      Penelusuran terhadap penurunan tingkat partisipasi dalam kegiatan olahraga.
·      Pengembangan rencana strategis dalam olahraga.
·      Perencanaan infrastruktur pada tingkat lokal, regional, daerah,
·      pusat dalam suatu tingkat kerjasama dengan stakeholders.
3.        Arah Strategis 3
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·      Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk
·      mengeluarkan kebijakan terkait olahraga
·      Menjalin kerjasama dengan praktisi manajemen olahraga.
·      Pengidentifikasian kontribusi industri/perusahaan pada masyarakat.
·      Penyediaan dan pengaturan jadwal pemakaian
·      fasilitas pendidikan jasmani dan olahraga.
Prinsip Strategi dan Arah Pengembangan
·           Kegiatan olahraga secara signifikan berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang kuat dan sehat.
·           Partispasi adalah target inklusif populasi, seperti: orang dewasa, orang cacat, keluarga muda, dan kelompok masyarakat menengah ke bawah.
·           Layanan manajemen harus mudah didapat dan dicapai.
·           Lingkungan sekitar harus aman dan menyenangkan.
·           Partisipasi harus terbebas dari gangguan parkir kendaraan, orang berjualan, dan lalu-lintas sekitar lokasi fasilitas olahraga.
·           Manajemen organisasi pendidikan jasmani dan olahraga harus transparans, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan.
·           Perencanaan harus diutamakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
·           Prestasi yang dicapai oleh organisasi pendidikan jasmani dan olahraga harus dikenal dan diberi penghargaan.
·           Kerjasama dan hubungan pembangunan dalam industri perlu mendapatkan perhatian yang utama.

Isi Strategi dan Arah Pengembangan
·           Menuangkan visi dan arah pengembangan organisasi keolahragaan.
·           Meningkatkan pemahaman para stakeholder
·           Memberikan panduan lebih lanjut dalam perencanaan strategis yang perlu dilakukan pada tingkat stakeholder.
·           Menumbuhkan citra baik pemerintah dalam bidang olahraga.
·           Mengembangkan prioritas kebijakan pemerintah dan bidang olahraga.
Struktur Strategi dan Arah Pengembangan
Strategi dan Arah Pengembangan organisasi keolahragaan ditingkatkan melalui upaya partisipasi utuh masyarakat ke dalam kegiatan keolahragaan diharapkan, sehingga dapat memposisikan olahraga di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan strategi dan arah pengembangan organisasi keolahragaan tidak terlepas dari tatanan kontekstual ekonomi global, lingkungan sosial dan politik.  
Struktur yang dibangun merupakan struktur yang terkait dengan berbagai pranata sosial lainnya, yang perlu diarahkan pada keterlibatan positif terhadap pendidikan jasmani dan olahraga. Pada lapisan luar merupakan pertimbangan pengaruh global, yang bisa berbentuk faktor sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Pada lapisan kedua merupakan pengaruh yang lebih sempit dan spesifik, yaitu: dari pemerintah, organisasi di masyarakat, pemerintah daerah/kabupaten, dan organisasi khas keolahragaan (Pengda Kecabangan Olahraga. Pada lapisan paling dalam merupakan aktor utama dalam strategi dan arah pengembangan prestasi olahraga.

Pentingnya Penataan Manajemen organisasi olahraga, mengingat keberhasilan prestasi olahraga tidak hanya ditentukan oleh atlet dan pelatih saja akan tetapi juga faktor non teknis yaitu organisasi olahraga yang sehat dengan program kerja yang jelas dan transparan. Pengelolaan keuangan yang terencana dan berkesinambungan, dengan harapan masalah pendanaan tidak menjadi kendala pembinaan prestasi. Pentingnya sport science dalam mengembangkan kemampuan atlet dan peningkatan wawasan pelatih akan fungsi teknologi informasi.
Strategi dan Arah Pengembangan organisasi keolahragaan ditingkatkan melalui upaya partisipasi utuh masyarakat ke dalam kegiatan keolahragaan diharapkan, sehingga dapat memposisikan olahraga di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan strategi dan arah pengembangan organisasi keolahragaan tidak terlepas dari tatanan kontekstual ekonomi global, lingkungan sosial dan politik.  
Struktur yang dibangun merupakan struktur yang terkait dengan berbagai pranata sosial lainnya, yang perlu diarahkan pada keterlibatan positif terhadap pendidikan jasmani dan olahraga. Pada lapisan luar merupakan pertimbangan pengaruh global, yang bisa berbentuk faktor sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Pada lapisan kedua merupakan pengaruh yang lebih sempit dan spesifik, yaitu: dari pemerintah, organisasi di masyarakat, pemerintah daerah/kabupaten, dan organisasi khas keolahragaan (Pengda Kecabangan Olahraga. Pada lapisan paling dalam merupakan aktor utama dalam strategi dan arah pengembangan prestasi olahraga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar