Dalam pengembangan olahraga
prestasi diperlukan keterlibatan semua pihak, mulai dari atlet, pelatih,
organisasi olahraga, pemerintah daerah serta unsur-unsur lainnya. Organisasi olahraga
memegang posisi strategis dalam mengembangkan prestasi olahraga melalui program
kerja yang disusun dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi selama 1
tahun.
Mengapa peran organisasi olahraga
atau pengurus organisasi olahraga dikatakan penting?, karena program kerja yang
disusun akan mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh atlet dan pelatih.
Untuk meraih prestasi tertinggi tidak hanya atlet dan pelatih saja yang
berperan, akan tetapi peran pengurus cabang olahraga juga sangat berperan
karena dalam meraih prestasi tidak begitu saja diperoleh, tetapi dengan rencana
yang tersusun, terarah dan berkesinambungan, gizi yang baik, sarana dan
prasarana latihan yang memadai didukung IPTEK olahraga yang mumpuni, semua itu
dipersiapkan oleh Pengurus cabang olahraga dalam suatu rangkaian yaitu program kerja
cabang olahraga. Dari pemikiran tersebut maka diperlukan pembinaan atau
penataan organisasi olahraga khsusnya cabang olahraga prestasi.
Komunikasi merupakan hal penting
dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan,
memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen organisasi
olahraga yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam organisasi
cabang olahraga prestasi agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen organisasi
cabang olahraga prestasi dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang
dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja
dari perilaku manajer/pimpinan di dalam mengelola organisasi cabang olahraga
prestasi. Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam
lingkungan pengendalian manajemen, perilaku berpengaruh dalam desain system
pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan, memotivasi manajemen
dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian
manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang
mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan
organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan
Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya
komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam
bekerja. Sehingga tujuan utama berupa prestasi dalam organisasi dan atlet di
lapangan dapat tercapai.
A.
Perilaku organisasi
1.
Pengertian perilaku organisasi
Istilah organisasi
berasal dari bahasa Latin organizare,
yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya
saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada
juga yang menamakannya sarana. Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan
organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas.
Robert Bonnington dalam buku Modern
Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana
dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui
pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
Ada tiga bidang ilmu
yang bahasan/kajiannya hampir sama dengan kajian yang ada pada perilaku
organisasi (organizational behavior),
yaitu :
a.
Teori organisasi/Organizational Theory (OT),
b.
Pengembangan organisasi/Organizational Development (OD), dan
c.
Manajemen sumber daya manusia (personnel/human resources).
Sebelum membahas lebih mendalam mengenai bidang ilmu
perilaku organisasi, perlu dikemukakan bahwa ada beberapa bidang ilmu lainnya
yang hampir sama dengan bidang ilmu perilaku organisasi. Oleh karena itu
bahasan perilaku organisasi seringkali tumpang tindih dengan bahasan bidang
ilmu lain yang mirip itu. Pada dasarnya ada tiga bidang ilmu yang hampir sama,
yaitu : teori organisasi (organizational
theory), pengembangan organisasi (organizational
development), dan manajemen sumber daya manusia (personnel/human resources). Untuk melihat hubungan ke empat
disiplin ilmu tersebut, Fred Luthans menggambarkan hubungan tersebut sebagai
berikut :
a. Bidang
ilmu OB (Organizational Behavior),
kajiannya bersifat teoritis sedangkanruang lingkup bahasannya bersifat mikro.
b. Bidang
ilmu OT (Orgaizational Theory),
kajiannya bersifat teoritis sedangkan ruanglingkup bahasannya bersifat makro.
c. Bidang
ilmu P/HR (Personnel/Human Resources),
kajiannya bersifat aplikasi/terapansedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat
mikro.
d. Bidang
ilmu OD (Organizational Development),
kajiannya bersifat aplikasi/terapan,sedangkan ruang lingkup bahasannya bersifat
makro.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok,
serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun
organisasi). Perilaku organisasi juga
dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah
akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode
dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang
Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi. Beberapa
definisi dikemukakan oleh para ahli mengenai PO, diantaranya : Stephen P. Robbins, menyatakan,
Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak
perseorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi. Gibson, Ivancevich,
Donnelly, menyatakan, Perilaku organisasi merupakan bidang studi yang mencakup
teori, metode, dan prinsip-prinsip dari berbagai disiplin ilmu guna mempelajari
persepsi individu, nilai-nilai, kapasitas pembelajar individu, dan
tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dandidalam organisasi secara
keseluruhan; menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan
sumber dayanya, misi, sasaran dan strategi.
Joe Kelly, menyatakan, Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk,
tumbuh, dan berkembang. Adam
Indrawijaya, menyatakan , Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh
anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi terhadap anggota. Drs.
Sutrisna Hari, menyatakan, Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan pengaruh lingkungan. Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah unit sosial yang
dengan sengaja diatur terdiri atas dua orang atau lebih, yang berfungsi secara
relatif terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangakaian sasaran bersama. Perilaku adalah sikap dan tindakan (behavior; way of thinking or behaving). Perilaku
Organisasi menurut Stephen P. Robbins adalah bidang studi yang mempelajari dampak
perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan
mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas
organisasi.
Robbins menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah
studi yang mengambil pandangan mikro – memberi tekanan pada individu-individu
dan kelompok-kelompok kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada
perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi dan variabel mengenai
sikap yang sempit dari para pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang banyak
diperhatikan. Topik-topik mengenai perilaku individu,yang secara khas
dipelajari dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilai-nilai, pengetahuan,
motivasi, serta kepribadian. Termasuk di dalam topik mengenai kelompok adalah
peran, status kepemimpinan, komunikasi, dan konflik. Perilaku organisasi memandang
masalah organisasi adalah masalah manusia. Dengan demikian inti dan determinan
studi perilaku organisasi adalah tentang manusia.
Studi perilaku organisasi kemudian menghampiri
persoalan individu-individu dan kelompok seperti yang dijelaskan Robbins diatas
dengan berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, sosiologi, antropologi dan
ilmu politik. Multidisiplin ilmu yang dipakai dalam studi perilaku organisasi
intinya dimanfaatkan agar menolong kita lebih paham tentang hakekat sistem dan
nilai-nilai kemanusian atau masalah manusia. Dengan asumsi setelah memahaminya
kemudian kinerja sebuah organisasi dapat ditingkatkan oleh actor organisasi.
Perilaku Organisasi mendorong kita untuk menganalisa secara sistematik dan
meninggalkan intuisi. Studi sistematik melihat pada hubungan dan berupaya
menentukan sebab dan akibat, serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
Sementara intuisi adalah perasaan yang tidak selalu didukung penelitian.
Dari gambaran diatas menurut Rino A. Nugroho dapat
dijabarkan dalam poin-poin definisi sebagai berikut:
a.
Perilaku organisasi menjelaskan perilaku
dari orang-orang yang beroperasi dilevel individu, kelompok, atau organisasi.
b.
Perilaku organisasi merupakan pendekatan
multidisiplin yang menggunakan prinsip dari berbagai ilmu.
c.
Berorientasi pada manusia. Perilaku,
persepsi, kemampuan, perasaan adalah penting bagi organisasi.
d.
Berorientasi kinerja. Tentang bagaimana
kinerja ditingkatkan.
e.
Lingkungan luar organisasi berpengaruh
ke dalam organisasi.
f.
Metode ilmiah penting untuk mengenali
perilaku organisasi secara sistematis.
Perilaku
organisasi orientasi aplikasi yang berbeda. Perhatiannya adalah pada menyediakan
jawaban tentang permasalahan organisasi.
2.
Pendekatan perilaku organisasi
Dengan adanya interaksi
atau hubungan antar individu dalam organisasi, maka penelaahan terhadap
perilaku organisasi haruslah dilakukan melalui pendekatan-pendekatan sumber
daya manusia (supportif), pendekatan kontingensi, pendekatan produktivitas dan
pendekatan sistem.
Pendekatan sumber daya
manusia dimaksudkan untuk membantu pegawai agar berprestasi lebih baik, menjadi
orang yang lebih bertanggung jawab, dan kemudian berusaha menciptakan suasana
dimana mereka dapat menyumbang sampai pada batas kemampuan yang mereka miliki,
sehingga mengarah kepada peningkatan keefektifan pelaksanaan tugas. Pendekatan
ini berarti juga bahwa orang yang lebih baik akan mencapai hasil yang lebih
baik pula, sehingga pendekatan ini disebut pula dengan pendekatan suportif.
Sementara itu,
pendekatan kontingensi mengandung pengertian bahwa adanya lingkungan yang
berbeda menghendaki praktek perilaku yang berbeda pula untuk mencapai keefektifan.
Disini pandangan lama yang mengatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen bersifat
universal dan perilaku dapat berlaku dalam situasi apapun, tidak dapat diterima
sepenuhnya. Disisi lain, pendekatan produktivitas dimaksudkan sebagai ukuran
seberapa efisien suatu organisasi dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan.
Jadi, produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang bernilai tentang
seberapa baik penggunaan sumber daya dalam masyarakat. Dalam hal ini perlu
diingat bahwa konsep produktivitas tidak hanya diukur dalam kaitannya dengan
masukan dan keluaran ekonomis, tetapi masukan manusia dan sosial juga merupakan
hal yang penting. Dengan demikian, apabila perilaku organisasi yang lebih baik
dapat mempertinggi kepuasan kerja, maka akan dihasilkan keluaran manusia yang
baik pula, dan pada akhirnya akan menghasilkan produktivitas pada derajat yang
diinginkan. Adapun pendekatan sistem terutama diterapkan dalam sistem sosial,
dimana didalamnya terdapat seperangkat hubungan manusia yang rumit yang
berinteraksi dalam banyak cara.
Secara garis besar ada
tiga jenis pendekatan yang dilakukan oleh para ahli perilaku organisasi antara
lain:
a.
Pendekatan cognitif: Edward Tolman, berdasarkan pemahaman seseorang terhadap
informasi.
b.
Pendekatan behavioristic: I.P. Pavlov dan J.B. Watson, berdasarkan
Responseyang muncul apabila diberi stimulus tertentu.
c.
Pendekatan social learning: A. Bandura, berdasarkan penggabungan
pendekatanCognitif dan behavioristic
Tujuan kajian perilaku organisasi pada dasarnya ada
tiga, yaitu menjelaskan,meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia Robbins
(2002). Menjelaskan berarti kajian perilaku organisasi berupaya mengetahui
faktor-faktor penyebab perilaku seseorang atau kelompok. Penjelasan terhadap
suatu fenomena dalam manajemen merupakan hal penting karena membantu para
manajer atau pemimpin tim dalam melakukan sasaran lain yaitu mengendalikan
situasi penyebab perilaku individu atau kelompok kerja tersebut.
Sasaran kedua, yaitu meramalkan berarti perilaku
organisasi membantu memprediksi kejadian organisasi di masa mendatang.
Pengetahuan terhadap faktor-faktor penyebab munculnya perilaku individu atau
kelompok membantu manajer meramalkan akibat-akibat dari suatu program atau
kebijakan organisasi. Hal ini membantu melakukan pengendalian preventif
terhadap perilaku individu dan kelompok dalam organisasi.
Sasaran ketiga yaitu mengendalikan mengandung arti
bahwa perilaku organisasi menawarkan berbagai strategi dalam mengarahkan
perilaku individu atau kelompok. Berbagai strategi kepemimpinan, motivasi, dan
pengembangan tim kerja yang efektif merupakan contoh-contoh dalam mengarahkan
perilaku individu dan kelompok.
Secara umum, perilaku organisasi memiliki dua fokus
perhatian. Pertama, perilaku organisasi merupakan suatu bidang studi yang mempelajari
dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan tentang hal-hal tersebut demi peningkatan
keefektifan organisasi (Robbins,2003). Perilaku organisasi mempelajari tiga
determinan perilaku dalam organisasi, yaitu individu, kelompok, dan struktur
atau organisasi. Singkatnya, perilaku organisasi merupakan kajian terhadap apa
yang dilakukan orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku tersebut
mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
Tyson dan Jackson (1992) mengemukakan bahwa kajian
perilaku organisasi didasarkan pada pentingnya memahami apa yang terjadi pada
individu-individu dalam organisasi dan apa penyebab perilaku mereka. Dengan
kata lain, perilaku organisasi berkaitan dengan ketergantungan: kinerja
organisasi tergantung bagaimana kinerja kelompok kerja, sedangkan kinerja
kelompok kerja tergantung pada kinerja individu.
Fokus kedua adalah perilaku organisasi sebagai
kajian antardisiplin ilmu yang diarahkan untuk mempelajari sikap, perilaku, dan
kinerja individu dalam organisasi (Daft,2000). Sebagai suatu kajian
antardisiplin, perilaku organisasi menggunakan konsep dan teori dari disiplin
ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, pendidikan dan juga
manajemen serta disiplin ilmu lainnya. Pemahaman terhadap perilaku manusia penting
untuk menerapkan pendekatan yang tepat dalam memberdayakan manusia bagi keefektifan
organisasi.
B.
Komunikasi
1.
Pengertian
komunikasi
Komunikasi berasal dari
bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam bahasa Inggris yang
berarti sama. Berkomunikasi berarti berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan
yang lain, melalui komunikasi seseorang mencoba berbagi informasi, gagasan atau
sikap dengan partisipan lainnya. Longman menyatakan komunikasi adalah
upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi, dan
sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang lain.
Menurut Harwood,
komunikasi adalah suatu proses untuk membangkitkan kembali ingatan-ingatan.
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang
ke orang lain (Davis, 1981). Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang
mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat
dalam kegiatan tersebut (Astrid). Menurut James A. F Stoner dan Charles Wankel
(1989) komunikasi adalah satu cara manusia berhubungan yang melibatkan
pengertian atau maksud, dengan syarat adanya persetujuan dengan definisi
istilah-istilah yang digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti
isyarat, huruf, nomor, dan perkataan, yang melambangkan atau menyerupai ide-ide
yang dapat menyampaikan maksud.
Dari berbagai pengertian komunikasi di
atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian atau
pemindahan informasi (pesan, ide, gagasan, lambang) dari satu pihak kepada
pihak lain dengan syarat adanya persamaan definisi istilah-istilah yang
digunakan, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
2.
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi.
a.
Fungsi Komunikasi dalam organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam
organisasi adalah sebagai berikut:
1)
Fungsi informatif.
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi
konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)
membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti,
dan sebagainya.
2)
Fungsi regulatif.
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu:
·
Berkaitan dengan orang-orang yang berada
dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau
intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
·
Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan
regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
dilaksanakan.
3)
Fungsi persuasif.
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding
kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4)
Fungsi integratif.
Setiap organisasi berusaha
untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal
tersebut, yaitu:
·
Saluran
komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin,
newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
·
Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
b.
Proses dan unsur komunikasi
Proses komunikasi
terdiri dari tujuh unsur utama, yaitu pengirim informasi, proses penyandian,
pesan, saluran, proses penafsiran, penerima umpan balik. Model komunikasi ini
banyak dipergunakan dalam organisasi untuk menganalisis komunikasi.
Unsur-unsur Utama Komunikasi:
a.
Pengirim
Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak
untuk menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam
organisasi bisa karyawan bisa pimpinan.
b.
Penyandian
Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke
dalam isyarat-isyarat atau simbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses
penyandian ini dilakukan oleh pengirim.
c.
Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan
pengirim kepada penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata baik berupa
lisan maupun tulisan.
d.
Saluran
Saluran
atau media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima.
Saluran yang paling mendasar dalam komunikasi adalah berhadapan muka secara
langsung
e.
Penerima
Penerima
adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses
penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim.
f.
Penafsiran (decoding)
Penafsiran
adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-sandi) pesan dari pengirim.
Sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan
oleh penerima.
g.
Umpan balik (feedback)
Umpan
balik pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang
disampaikan pengirim.
h.
Gangguan
Gangguan
adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari
pengirim kepada penerima.
c.
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Korelasi antara ilmu
komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam
organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai,
bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Komunikasi
didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim
kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi.
Pertukaran informasi yang terjadi di antara penerima dan pengirim tidak hanya
dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia, tetapi komunikasi
dalam organisasi yang terjadi dewasa ini juga menggunakan alat komunikasi yang
canggih. Banyak manajer dewasa ini mengirim informasi dengan sistem informasi manajemen
yang kompleks, dimana data berasal dari berbagai sumber, kemudian dianalisis
oleh komputer dan disampaikan kepada penerima secara elektronik.
Komunikasi dapat
dianalisis ke dalam tiga tingkatan analisis, yaitu komunikasi antar individu,
komunikasi dalam kelompok dan komunikasi keorganisasian. Manajer sebagai
orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan organisasi perlu memahami tiga
tingkatan analisis tersebut.
Komunikasi memegang
peranan yang sangat penting mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua bagian
dan aktivitas di dalam organisasi. Aliran komunikasi dalam organisasi merupakan
pedoman kemana seseorang dapat berkomunikasi dalam organisasi. Aliran
komunikasi formal dalam organisasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas, horisontal dan diagonal.
a.
Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication). Komunikasi
dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari tingkat atas ke tingkat
bawah melalui hirarki organisasi. Bentuk dari aliran komunikasi ini misalnya
prosedur organisasi, instruksi tentang bagaimana melakukan tugas, umpan balik
terhadap bawahan dan sebagainya.
b.
Komunikasi dari bawah ke atas.
Komunikasi dari bawah ke atas dirancang untuk menyediakan umpan balik tentang
seberapa baik organisasi telah berfungsi. Bawahan diharapkan memberikan
informasi tentang prestasinya dan praktek serta kebijakan organisasi.
c.
Komunikasi Horisontal. Komunikasi
horisontal merupakan aliran komunikasi kepada orang-orang yang memiliki hirarki
yang sama dalam suatu organisasi.
d.
Komunikasi Diagonal. Komunikasi diagonal
merupakan aliran komunikasi dari orang-orang uang memiliki hirarki yang berbeda
dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung.
d.
Hambatan-hambatan terhadap
Komunikasi yang Efektif
Oleh karena kompleksnya
proses komunikasi, permasalahan dapat muncul pada tingkat individu, kelompok
maupun organisasi. Beberapa hambatan utama dalam komunikasi yang efektif yaitu
sumber, penyaringan, tekanan waktu, mendengar secara selektif, masalah bahasa,
bahasa kelompok, perbedaan kerangka acuan dan beban komunikasi yang berlebihan.
a.
Menilai sumber. Menilai sumber maksudnya
penafsiran atau pemberian arti terhadap suatu pesan dipengaruhi oleh orang yang
mengirim (komunikator) pesan tersebut.
b.
Penyaringan. Penyaringan berkaitan
dengan manipulasi informasi, khususnya informasi yang negatif.
c.
Tekanan waktu. Keterbatasan waktu
merupakan fenomena yang terjadi dalam setiap aspek kehidupan, dan tekanan waktu
menciptakan masalah penting dalam proses komunikasi.
d.
Mendengarkan secara selektif. Mendengarkan
permasalahan secara selektif bagian dari permasalahan besar persepsi selektif,
dimana seseorang hanya mendengarkan bagian tertentu dari informasi dan
mengabaikan bagian yang lainnya dengan berbagai alasan.
e.
Masalah bahasa. Komunikasi merupakan
suatu proses simbolis yang sebagian besar tergantung pada kata-kata yang
dimaksudkan mengandung arti tertentu.
f.
Bahasa kelompok. Pada umumnya
kelompok-kelompok profesional mengembangkan istilah-istilah teknis yang hanya
dapat dimengerti oleh kelompoknya saja.
g.
Perbedaan kerangka acuan . Komunikasi
yang efektif memerlukan adanya proses penyandian dan penguraian didasarkan pada
suatu pengalaman yang sama.
h.
Beban komunikasi berlebihan . Jika
penerima mendapatkan informasi lebih dari yang kemungkinannya dapat mereka
tangani maka mereka akan mengalami beban komunikasi yang berlebihan
e.
Mengatasi Hambatan-hambatan
Komunikasi
Komunikasi yang efektif
tergantung pada kualitas dari proses komunikasi yang baik pada tingkat individu
maupun pada tingkat organisasi. Memperbaiki komunikasi dalam organisasi
berkaitan dengan melakukan proses yang akurat mulai dari proses penyandian,
penyampaian pesan, penguraian dan umpan balik pada tingkat komunikasi antar
pribadi, dan pada tingkat organisasi menciptakan dan memonitor saluran
komunikasi yang tepat. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi.
a.
Meningkatkan umpan balik. Kesalahpahaman
dapat dikurangi jika proses umpan balik dilakukan dengan baik. Mekanisme umpan
balik dalam organisasi sama pentingnya dengan komunikasi antar pribadi.
b.
Empati. Empati pada dasarnya merupakan
komunikasi yang dilakukan berorientasi pada penerima. Komunikator harus
menempatkan dirinya sebagai penerima, sehingga proses penyandian, penggunaan
bahasa dan saluran disesuaikan dengan kondisi penerima.
c.
Pengulangan. Cara yang efektif untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi adalah mengulangi pesan. Pengulangan
membatu pendengar atau penerima untuk menginterpretasikan pesan yang tidak
jelas atau terlalu sulit untuk dipahami ketika pertama kali mendengar.
d.
Menggunakan bahasa yang sederhana.
Bahasa yang kompleks, istilah-istilah teknis dan jargon menyebabkan komunikasi
sulit dipahami oleh pendengar atau penerima. Tidak benar bahwa gagasan yang
bagus dan ilmiah harus disampaikan dalam bahasa yang ilmiah dan teknis.
e.
Penentuan waktu yang efektif. Suatu
permasalahan dalam komunikasi antar pribadi dimana komunikator mulai
menyampaikan pesannya pada saat penerima belum siap untuk mendengarkannya. Cara
yang efektif adalah mengelola waktu untuk komunikasi sehingga pesan yang
disampaikan tersusun dengan baik, ringkas dan mudah dipahami.
f.
Mendengarkan secara efektif. Salah satu
cara meningkatkan komunikasi yang efektif dapat dilakukan dengan mendengarkan
secara efektif. Komunikasi adalah masalah memahami dan dipahami.
g.
Mengatur arus informasi. Untuk mengatasi
hambatan komunikasi karena beban informasi yang berlebihan adalah dengan
mengatur arus informasi. Komunikasi diatur mutunya, jumlahnya dan cara
penyampaiannya. Informasi yang disampaikan harus sistematis, ringkas dan
memiliki bobot tingkat kepentingan yang cukup.
C.
Manajemen strategis organisasi
dalam meningkatkan olahraga prestasi
Perilaku
organisasi dan komunikasi dalam meningkatkan olahraga prestasi merupakan suatu
langkah untuk mencapai prestasi yang di harapkan dalam organisasi tersebut.
Dimana salah satunya adalah peran organisasi itu sendiri terhadap pencapaian
tujuan yang ingin di capai. Dari tingkat pembinaan yang umum (pemasalan) sampai
yang paling khusus (pembiaan prestasi) perlu dirancang pembinaan yang sesuai
dengan pola piramida pembinaan olahraga yang dianut dan disepakati sebagai
metode yang paling efektif untuk peningkatan prestasi olahraga indonesia secara
menyeluruh.
Keberadaan
organisasi sebenarnya setua sejarah peradaban manusia di muka bumi. Sepanjang
hidupnya manusia telah menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai
tujuan bersama. Organisasi adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk merealisasi tujuan bersama.
Hamdan Mansoer (1989 : 1)
Organisasi yaitu suatu kesatuan yang mempunyai struktur kerja yang sistematis.
Setiap organisasi baik pemerintah maupun organisasi swasta tentu berdasarkan
rencana-rencana yang ada. Sebagaimana
diketahui bahwa organisasi merupakan suatu wadah bagi terlaksananya kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan.
Ada tiga
ciri organisasi yaitu : (1) organisasi harus mempunyai tujuan khusus yang
hendak dicapai, (2) organisasi terdiri atas susunan sekelompok orang dan
pekerjaan, (3) organisasi mengembangkan suatu struktur yang dirancang sedemikian
rupa sehinnga jelas batas-batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
setiap peserta organisasi dalam mereka bertingkah laku, berbuat dan melakukan
pekerjaan.
Kegiatan
olahraga termasuk juga pendidikan jasmani yang mengandung misi untuk mencapian
tujuan pendidikan, memerlukan manajemen yang baik. Organisasi olahraga,
lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan kekurangan yang kronis,
lemahnya dukungan, kecilnya dana yang disediakan dan kesulitan lain untuk
menumbuhkan programnya. Maka kemampuan menejerial sangat dibutuhkan yang
intinya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen (Rusli Lutan,2000:8-9).
1.
Manajemen
Dalam pencapaian tujuan
suatu organisasi suatu olahraga pasti tidak lepas dengan adanya istilah
manajemen dalam olahraga. Manajemen dalam hal ini dapat didefisinikan sebagai
proses yang berkenaan dengan pengarahan dan pennggerakan satu kelompok orang
yang melakukan kegiatan mencapai tujuan organisasi. Manajemen adalah pemanfaatan
sumber daya secara efisien. Manajemen yang baik, efisien dan efektif diharapkan
pula oleh masyarakat tidak hanya terjadi dalam organisasi perusahaan, tetapi
dalam organisasi pemerintah dan sosial yang bersifat tidak mencari laba (
Mansoer, 1989:5). Eferktif berarti pencapaian tujuan dan pengunaan peralatan
yang tepat, efisien adalah melakukan pekerjaan dengan benar. Dengan kata lain
dapat disebutkan bahwa manajemen penting sekali untuk semua bidang yang
berkenaan dalam organisasi dalam bidang apapun, yang berorientasi pada
keuntungan maupun bersifat pada pelayanan.
2.
Manajemen
olahraga
Manajemen olahraga
menunjukan peranan penting dalam pengelolaan kegiatan penddikan jasmani dan
olahraga. Dalam pembinan olahraga pada umumnya memerlukan kemampuan menejerial
guna mencapai tujuan tercapainya pembinaan olahraga tersebut. Dalam pengertian
sempit, pembinaannya harus terlaksana berdasarkan perencanaan yang terbagi-bagi
menjadi perencanan jangka panjang, menengah dan pendek. Dalam pengertian luas,
manajemen dibutuhkan untuk mengintegrasi berbagai aspek, tidak hanya
kepentingan teknik dan taktik saja tetapi juga aspek ekonomi dan komunikasi
(Rusli Lutan,2000:13).
Harzuki (2003:117),
menyebutkan bahwa “ manajemen olahraga adalah perpaduan antara ilmu manajemen
dan ilmu olahraga”. Istilah manajemen diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan dengan melalui kegiatan
orang lain.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam manajemen olahraga adalah pendapat E. Burke yang dikutip oleh
Argasasmita yang menyatakan bahwa nilai suatu organisasi adalah tergantung dari
orang-orang yang mengatur dan menyusunnya. Organisasi yang menganggap remeh
sumber daya manusianya maka organisasi tersebut tidak akan mendapat hasil yang
terbaik (Harzuki, 2003:166).
Dari pengertian diatas
dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan yang diharapakan dari suatu
organisasi, maka peran sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan
sangat penting. Unsur –unsur tersebut harus bersatu dalam suatu system, bahu
membahu bekerjasama untuk mencapai tujuan.
3.
Sarana
dan prasarana
Sarana dan prasarana
atau fasilitas merupakan hal yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi
olahraga. Kemajuan atau perbaikan dan penambahan jumlah fasilitas yang ada akan
menunjang suatu kemajuan prestasi dan paling tidak dengan fasilitas yang
memadai akan meningkatkan prestasi. Fasilitas dapat pula diartikan kemudahan
dalam melaksanakan proses melatih yang meliputi peralatan dan perlengkapan
tempat latihan. Dengan demikian fasilitas sangat dibutuhkan karena merupakan
sesuatu yang dipakai untuk memperoleh atau memperlancar jalannya kegiatan dalam
pencapaian peningkatan prestasi.
4.
Dana
Untuk menunjang
kegiatan pembinaan prestasi diperlukan adanya dukungan baik sarana dan
prasarana maupun dana dalam hal ini adalah sebagai bentuk dari proses
berjalanya kegiatan pembinaan. Dengan demikian tanpa adanya dukungan dana maka
pembinaan tidak akan tercapai. Dukungan tersebut sangat erat kaitannya agar
dapat diwujudkan program terpadu guna mendukung seluruh kegatan olahraga
sehingga prstasi yang maksimal akan dapat tercapai. Untuk pembinaan olahraga
diperlukan pendanaan yang tidak sedikit oleh karena sistem pembinaan ini akan
mencakup dan melibatkan seluruh sistem dan jajaran yang ada di Indonesia.
5.
Hasil
riset
Temuan ilmu-ilmu
terbaru biasanya melalui kegiatan riset, demikian halnya ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan metodologi latihan. Untuk itu pelatih maupun olaharagawan
ditutut untuk memiliki kemampuan untuk membaca dan menerapkan hasil-hasil riset
dalam proses melatih. Hasil-hasil riset tersebut dapat diketemukan pada
buku-buku referensi, jurnal maupun internet.
6.
Pertandingan
Pertandingan atau kompetisi merupakan muara dari pembinaan prestasi, dengan
kompetisi dapat dipergunakan sarana mengevaluasi hasil latihan serta meningkatkan
kematangan bertanding olahragawannya.
Manakala
organisasi olahraga dihadapkan pada sejumlah tantangan ekonomi, nilai sosial budaya yang menekan organisasi
olahraga, kuatnya dominansi politik dalam percaturan olahraga, dan lemahnya dukungan infrastruktur
keolahragaan yang dimiliki,menyebabkan organisasi olahraga harus menata sistem
manajemennya agar setiap rumusan tujuan
yang telah digariskan dapat dicapai dengan efisien dan efektif. Organisasi
olahraga perlu merumuskan arah
strategis organisasi-nya agar bisa bertahan dan tampil sebagai organisasi yang unggul.
Upaya pengembangan organisasi merupakan proses untuk
mempersiapkan perubahan manajemen
dalam organisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi diharapkan dapat menjawab
tantangan-tantangan ,
permasalahan-permasalahan, dan tujuan organisasi. Perubahanperubahan itu terkait dengan budaya organisasi. Suatu
budaya organisasi bisa mendorong atau
menurunkan efektifitas kerja organisasi tersebut, hal ini ditentukan oleh sifat
nilai-nilai, keyakinan, dan
norma-norma (Sri Winarni, 2006).
Arah
strategis didasarkan pada sejumlah jawaban atas pertanyaan seperti: apa kegiatan/pekerjaan yang harus dilakukan?
Bagaimana melakukan pekerjaan seperti itu? Adakah sumber daya yang dimiliki mendukung pekerjaan seperti itu?
Dan bagaimana penilaian keberhasilan
atau kegagalan pekerjaan itu?. Jawaban atas pertanyaan seperti itu adalah dasar manajemen strategis—sebagai
suatu analisis pilihan, rencana, keputusan, dan tindakan yang menentukan arah strategis organisasi dan mengarahkan pada
capaian tujuan strategis dalam
lingkungan organisasi yang semakin dinamis. Tidak terkecuali organisasi olahraga itu besar atau kecil, berorientasi
profit atau non-profit, pribadi atau umum, keberhasilan manajer strategis berada dalam aktivitas yang sama. Pimpinan
organisasi perlu merumuskan
keputusan manajemen strategis sebagai manajer strategis. Manajer seperti ini
meluangkan waktu untuk menganalisis,
merencanakan, dan merumuskan isu-isu yang berdampak pada keuntungan kompetetif dalam memicu lingkungan kinerja
organisasinya. Untuk mewujudkan
hal ini manajer harus menampilkan berbagai kapasitas dalam organisasinya.
Menurut
Mintzberg (dalam: Montanari, 1990:2) peran utama yang harus dilakukan manajer strategis adalah membuat
keputusan, menyebarluaskan informasi, dan mengelola personal. Manajer strategis perlu menangani informasi internal
maupun eksternal dengan cara memadukan
peluang-peluang eksternal lingkungan dengan kapabilitas internal organisasi. Manajer perlu yakin bisa
memadukannya, membuat pilihan-pilihan strategis seperti bagaimana menggunakan kapabilitas-kapabilitas internal organisasi
mendapatkan keuntungan-keuntungan
dari peluang-peluang yang ada. Manajer perlu mengorganisasikan, memotivasi, dan mengarahkan orang
untuk dapat mengkontribusikan diri-nya bagi keberhasilan organisasi. Berupaya menampilkan peran-peran seperti
ini adalah kunci utama bagi
efektivitas manajer strategis.
Manajer strategis membuat pilihan-pilihan baru yang
melibatkan keberhasilan dan perjalanan organisasi. Karena masalah-masalah strategis sangat unik, maka
manajer atas dasar penilaian dan
pengalaman harus mampu mengelola sejumlah sumber daya organisasi kedalam sebuah projek-projek kegiatan yang
mengantarkan keberhasilan organisasi. Tantangan utama yang dihadapi manajer strategis adalah memadukan
peluang-peluang yang ada di
lingkungan dengan kapabilitas-kapabilitas organisasi kearah pencapaian tujuan organisasi.
Proses
Manajemen Strategi
Mengaplikasikan
manajemen strategi, sekarang ini, sangat penting disbanding penerapan-nya
di masa lalu. Tuntutan lingkungan eksternal organisasi yang sering berubah-ubah
menuntut organisasi keolahragaan perlu semakin mengadaptasikan diri, dan
mampu menantang setiap kesulitan dan tantangan untuk dapat meraih tujuan
organisasi yang telah dirumuskan. Proses manajemen strategi adalah
proses analisis Analisis kondisi lingkungan, kapabilitas organisasi dan
rumusan rencana untuk memadukan kapabilitas itu dengan kondisi
lingkungannya. Manajemen strategis bukan hanya memformulasikan unsur
perencanan strategis, tetapi juga strategi implementasi dan pengawasan,
termasuk juga kondisi perubahan tatanan dan infrastruktur lokasi organisasi.
Tahapan-
Tahapan Manajemen Strategis
Formulasi
strategi
Penilaian kondisi, analisa kapabilitas
internal, dan kembangkan rencana. Termasuk, peluang dan ancaman lingkungan,
pola manajerial, teknikal, informasional, organisasial, dan sumberdaya keuangan
yang dibutuhkan. Rumuskan misi dan
tujuan, serta strategi yang perlu dilakukan untuk meraihnya.
Implementasi
Strategi
Manajer
memposisikan strategi senantiasa berada dalam alur arah pencapaian tujuan. Mengembangkan
struktur organisasi untuk dapat mengawasi proses. Bila perlu bentuk departemen
atau bagian khusus.
Analisis
Lingkungan
Menganalisa
berbagai alasan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Menilai kondisi organisasi
saat ini, prediksi akurat di masa yang akan datang, dan menggunakan berbagai
informasi untuk merumuskan strategi terbaik.
Analisis Kapabilitas
Internal Organisasi
Suatu
penentuan kapabilitas internal organisasi secara teknikal dan sistem sumber
daya manusia-nya. Manajer menganalisis perpaduan antara kapabilitas
organisasi saat ini dengan kondisi lingkungan. Karena itu, manajer perlu
menelaah kekuatan dan kelemahan manajerial organisasi, teknis, keuangan,
dan kapabilitas sumber daya manusia-nya.
Pemilihan
Bidang Strategis
Penentuan
area strategis dengan memperhatikan ukuran organisasi, minat konsumen, produk
yang menguntungkan, dan lingkungan yang mendukung. Karena itu, sering pula
memperhatikan pasar target yang dicapai.
Pilih
Misi, Tujuan Strategis dan Strategi
Penentuan
misi yang jelas dengan tujuan yang bisa dicapai, mencerminkan metode publikasi
produk, pasar target, dan metode pendekatan dalam meraih tujuan. Perlu pula
dibarengi dengan upaya penelitian dan pengembangan, pembiayaan,
operasional prosedur, dan pemasaran. Tentukan pula strategi generik,
strategi utama, atau strategi ancillary.
Pilih Rencana, Tujuan,
dan Strategi Fungsional
Perumusan
rencana yang mencerminkan tujuan fungsional, tingkatan strategis, spesifik, menggambarkan
harapan, pengaturan waktu, dan layanan sebagai panduan.
Pemilihan
Struktur
Pembuatan
struktur, proses, dan sistem organisasi yang bisa mengantarkan pada pencapaian
tujuan strategis.
Pemilihan
Sistem Kepemimpinan dan Penghargaan
Perumusan
sistem kepemimpinan yang menggugah semangat kerja anggota berpenampilan terbaiknya
untuk mencapai tujuan strategis. Perhatikan pula unsur budaya organisasi yang
terbentuk oleh nilai, mitos, keyakinan, simbol-simbol, dan tradisi yang
terbentuk.
Proses
Pengawasan dan Evaluasi
Manajemen
tingkat atas merumuskan desain dan tindakan pengawasan dan evaluasi atas semua
strategi yang dijalankan. Teknik evaluasi dirumuskan untuk memonitor kemajuan
organisasi dan tujuan organisasi. Sedangkan standar penampilan digunakan
untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi.
Masukan
dan Umpan Balik
Sebagai
tindakan korektif, manajer perlu memperhatikan umpan balik dan masukan dari semua
keberhasilan yang telah dicapai. Manajer perlu juga memperdulikan tingkat
kegagalan yang dialami untuk merumuskan kembali prospeknya di masa yang
akan datang.
Beberapa
tantangan yang dihadapi dalam pengembangan organisasi keolahragaan adalah:
Pengembangan
Sosial
|
Aspek
Dukungan.
Meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam berolahraga perlu secara positif didukung oleh
sikap masyarakat itu sendiri, kebijakan publik, dan sumber sumber daya lain
yang ada pada masyarakat, seperti: ekonomi, politik, dan agama. Keterkaitan
ini perlu dijadikan informasi bukti yang kuat dalam penentuan strategi dan
arah pengembangannya.
|
Pengembangan
Keorganisasian
|
Tanggung
Jawab Publik.
Organisasi
keolahragaan berkaitan dengan perencanaan risk management yang
dibutuhkan pada semua tingkatan partisipasi masyarakat terhadap
kegiatan olahraga. Implementasi pemulihan sangat penting untuk
mengarahkan krisis tanggungjawab publik dalam kegiatan keolahragaan
dan
menyeimbangan
minat diantara pemberi layanan dan konsumen. Teknologi. Semakin
efektif komunikasi dan layanan olahraga tergadap public perlu didukung oleh
kekinian teknologi olahraga agar mencapai kebutuhan manajemen informasi dalam
kerangka pengembangan.
|
Partisipasi
|
Aktivitas
Jasmani.
Untuk
meningkatkan tingkat aktivitas kelompok masyarakat (misal: orang dewasa,
anak-anak, remaja putri) yang saat ini memiliki tingkat partisipasi rendah.
Olahraga perlu mengembangkan program-program inovasi yang akurat yang mudah
dilakukan oleh masyarakat.
|
Pembinaan
Identifikasi
Bakat
|
Keberhasilan
di Masa Yang Akan Datang tergantung pada Upaya-Upaya Masa Kini.
Kunci
keberhasilan penampilan olahraga tingkat tinggi perlu kerjasama dan koordinasi
implementasi program melalui penyediaan rekomendasi dan sumber-sumber
daya yang dibutuhkan.
|
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia
|
Relawan
Prinsip
yang dibutuhkan manajemen sumber daya manusia perlu diaplikasikan dalam
pembentukan dan pengembangan relawan-relawan dan pengurus serta pembina yang
berkualifikasi dan kompetens di bidang keolahragaan.
|
Infrastruktur
|
Kesinambungan
Perencanaan
dan pengembangan infrastruktur olahraga perlu
dikembangkan
dalam prinsip desain kesinambungan dan manajemen. Penyediaan fasilitas
menjadi faktor utama sehingga memperjelas syarat-syarat yang dibutuhkan.
Perencanaan pendidikan jasmani dan olahraga harus dikoordinasikan dengan
perencanaan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan masyarakat
|
1.
Arah Strategi 1
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·
Menjalin kerjasama dengan pemerintah
untuk
·
mengeluarkan kebijakan terkait olahraga
·
Menjalin kerjasama dengan praktisi
manajemen olahraga.
·
Pengidentifikasian kontribusi
industri/perusahaan pada masyarakat.
·
Penyediaan dan pengaturan jadwal
pemakaian
·
fasilitas pendidikan jasmani dan
olahraga.
2.
Arah Strategi 2
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·
Penelusuran terhadap penurunan tingkat
partisipasi dalam kegiatan olahraga.
·
Pengembangan rencana strategis dalam
olahraga.
·
Perencanaan infrastruktur pada tingkat
lokal, regional, daerah,
·
pusat dalam suatu tingkat kerjasama
dengan stakeholders.
3.
Arah Strategis 3
Langkah strategis ini difokuskan pada:
·
Menjalin kerjasama dengan pemerintah
untuk
·
mengeluarkan kebijakan terkait olahraga
·
Menjalin kerjasama dengan praktisi
manajemen olahraga.
·
Pengidentifikasian kontribusi
industri/perusahaan pada masyarakat.
·
Penyediaan dan pengaturan jadwal
pemakaian
·
fasilitas pendidikan jasmani dan
olahraga.
Prinsip
Strategi dan Arah Pengembangan
·
Kegiatan olahraga secara signifikan
berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang kuat dan sehat.
·
Partispasi adalah target inklusif
populasi, seperti: orang dewasa, orang cacat, keluarga muda, dan kelompok
masyarakat menengah ke bawah.
·
Layanan manajemen harus mudah didapat
dan dicapai.
·
Lingkungan sekitar harus aman dan
menyenangkan.
·
Partisipasi harus terbebas dari gangguan
parkir kendaraan, orang berjualan, dan lalu-lintas sekitar lokasi fasilitas
olahraga.
·
Manajemen organisasi pendidikan jasmani
dan olahraga harus transparans, jujur, dan dapat dipertanggungjawabkan.
·
Perencanaan harus diutamakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
·
Prestasi yang dicapai oleh organisasi
pendidikan jasmani dan olahraga harus dikenal dan diberi penghargaan.
·
Kerjasama dan hubungan pembangunan dalam
industri perlu mendapatkan perhatian yang utama.
Isi Strategi dan Arah Pengembangan
·
Menuangkan visi dan arah pengembangan
organisasi keolahragaan.
·
Meningkatkan pemahaman para stakeholder
·
Memberikan panduan lebih lanjut dalam
perencanaan strategis yang perlu dilakukan pada tingkat stakeholder.
·
Menumbuhkan citra baik pemerintah dalam
bidang olahraga.
·
Mengembangkan prioritas kebijakan
pemerintah dan bidang olahraga.
Struktur
Strategi dan Arah Pengembangan
Strategi
dan Arah Pengembangan organisasi keolahragaan ditingkatkan melalui upaya partisipasi
utuh masyarakat ke dalam kegiatan keolahragaan diharapkan, sehingga dapat memposisikan
olahraga di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan strategi dan arah pengembangan
organisasi keolahragaan tidak terlepas dari tatanan kontekstual ekonomi global,
lingkungan sosial dan politik.
Struktur
yang dibangun merupakan struktur yang terkait dengan berbagai pranata sosial
lainnya, yang perlu diarahkan pada keterlibatan positif terhadap pendidikan
jasmani dan olahraga. Pada lapisan luar merupakan pertimbangan pengaruh
global, yang bisa berbentuk faktor sosial, ekonomi, politik, dan
lingkungan. Pada lapisan kedua merupakan pengaruh yang lebih sempit dan
spesifik, yaitu: dari pemerintah, organisasi di masyarakat, pemerintah
daerah/kabupaten, dan organisasi khas keolahragaan (Pengda Kecabangan Olahraga.
Pada lapisan paling dalam merupakan aktor utama dalam strategi dan arah pengembangan
prestasi olahraga.
Pentingnya Penataan Manajemen organisasi
olahraga, mengingat keberhasilan prestasi olahraga tidak hanya ditentukan oleh
atlet dan pelatih saja akan tetapi juga faktor non teknis yaitu organisasi olahraga
yang sehat dengan program kerja yang jelas dan transparan. Pengelolaan keuangan
yang terencana dan berkesinambungan, dengan harapan masalah pendanaan tidak
menjadi kendala pembinaan prestasi. Pentingnya sport science dalam mengembangkan kemampuan atlet dan peningkatan
wawasan pelatih akan fungsi teknologi informasi.
Strategi dan Arah Pengembangan
organisasi keolahragaan ditingkatkan melalui upaya partisipasi utuh
masyarakat ke dalam kegiatan keolahragaan diharapkan, sehingga dapat memposisikan
olahraga di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan strategi dan arah pengembangan
organisasi keolahragaan tidak terlepas dari tatanan kontekstual ekonomi global,
lingkungan sosial dan politik.
Struktur yang dibangun merupakan
struktur yang terkait dengan berbagai pranata sosial lainnya, yang perlu
diarahkan pada keterlibatan positif terhadap pendidikan jasmani dan
olahraga. Pada lapisan luar merupakan pertimbangan pengaruh global, yang bisa
berbentuk faktor sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Pada lapisan
kedua merupakan pengaruh yang lebih sempit dan spesifik, yaitu: dari
pemerintah, organisasi di masyarakat, pemerintah daerah/kabupaten, dan
organisasi khas keolahragaan (Pengda Kecabangan Olahraga. Pada lapisan
paling dalam merupakan aktor utama dalam strategi dan arah pengembangan
prestasi olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar