BODY COMPOSITION
Obesitas
merupakan masalah klasik yang dialami masyarakat saat ini. Masalah ini
mempengaruhi sebagian besar penduduk dan mempengaruhi kesehatan dan panjangnya
umur seseorang. Obesitas merupakan penyebab atau berkolabrasi dengan masalah
kesehatan seperti diabetes, penyakit jantung coroner, dan hipertensi (tekanan
darah tinggi). Efek
psikologi yang diakibatkan oleh obesitas adalah depresi, kurang percaya diri,
mengasihani diri sendiri. Penderita obesitas mengalami komentar negatif oleh
rekan-rekan, tidak dipilih oleh tim, bahkan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.
Masyarakat
saat ini sangat disibukkan dengan permasalahan obesitas. Dokter dan pasien
penderita obesitas terlibat dalam upaya untuk memperbaikinya. Data dari survei
wawancara kesehatan nasional 1985 (19) menunjukkan bahwa 45% dari perempuan dan
27% laki-laki yang mencoba untuk menurunkan berat badan. Penurunan berat badan
adalah industri bernilai miliaran dolar, program khusus ditujukan untuk
memanajemen berat badan telah menyebar dengan cepat dalam beberapa tahun
terakhir. Namun demikian, masalah obesitas tetap ada dalam masyarakat saat ini.
Berat
badan terdiri dari banyak komponen. Total berat badan, yang meliputi tulang,
otot, lemak, darah, dan jeroan, dibagi menjadi massa tubuh tanpa lemak dan massa
lemak. Massa tubuh tanpa lemak adalah berat semua jaringan tubuh kecuali lemak.
Lemak tubuh disimpan dalam berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati,
paru-paru, dan otak. Selain itu, lemak tubuh disimpan dalam jaringan adiposa,
termasuk lemak yang berbagai organ serta lapisan subkutan lemak tepat di bawah
kulit. Beberapa lemak tubuh adalah penting sebagai menyimpan energi, untuk
perlindungan organ internal, sebagai komponen saraf dan membran sel, dan
sebagai isolasi terhadap kehilangan panas. Lemak tubuh yang penting adalah 3%
sampai 5% dan 11% sampai 14% dari total berat badan untuk pria dewasa dan
wanita. Nilai-nilai ini merupakan batas bawah dari lemak tubuh diperlukan untuk
menjaga kesehatan yang baik.
Jumlah
dan penumpukan lemak berbeda antara individu dan antara jenis kelamin. Jumlah lemak
lebih besar pada wanita diduga berkaitan dengan fungsi melahirkan. Pola
penumpukan lemak secara genetik unik untuk setiap individu. Hormon estrogen
yang lebih tinggi menjadi faktor penyebab penumpukan lemak di paha, pantat, dan
payudara pada wanita. Pria memiliki lemak minimal di daerah-daerah karena
mereka memiliki tingkat estrogen yang lebih rendah. Seorang pria lebih
cenderung memiliki lemak di punggung, perut bagian bawah, dan di bagian atas
kristailiaka (iliac crest).
Perbedaan
antara kelebihan berat badan (overweight)
dan menjadi lebih gemuk (over fat)
merupakan perbedaan penting. Kegemukan sering didefinisikan sebagai 10% lebih
dari titik tengah kisaran berat badan normal di tabel asuransi jiwa
metropolitan. Sayangnya, hal ini tidak mempertimbangkan jumlah lemak tubuh. Wanita dikatakan obesitas jika
memiliki lemak tubuh lebih dari 32% dan pria dikatakan obesitas jika memiliki
lemak tubuh lebih dari 25%.
Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa tidak hanya jumlah persen lemak dalam tubuh, tetapi
juga daerah tempat lemak (regional fat distribution) juga harus
dipertimbangkan. Kelebihan lemak di daerah perut dikaitkan dengan risiko lebih
besar mengalami penyakit kardiovaskular dan kejadian yang lebih besar diabetes Tipe
II (non-insulin dependent). Dalam
menentukan daerah distribusi lemak tubuh untuk pengukuran kebugaran, pengukuran
juga harus dilakukan dari pinggang dan hipcircumferences.
Ukuran lingkar pinggang-pinggul yang
lebih besar dari 0,8 dan 0,9 untuk perempuan dan laki-laki dapat berkaitkan
dengan risiko yang lebih besar mengalami hipertrigliseridemia,
diabetes tipe II, Hiperinsulinemia,
dan hipertensi. Sebuah lemak yang
diominan di perut dan ukuran lingkar pinggang-pinggul yang tinggi merupakan
ciri khas dari android-type obesity
, jenis obesitas yang melibatkan hypertrophy
(peningkatan ukuran sel-sel lemak) dan Gynaid-type
obesity yang ditandai dengan penumpukan lemak yang lebih besar pada
bagian bokong, pinggul, dan paha, tetapi ukuran lingkar pinggang-pinggul lebih rendah,
dan hyperplasia (peningkatan jumlah
sel-sel lemak).
Kata
Kunci. Daerah distribusi lemak tubuh berhubungan dengan risiko penyakit jantung
dan diabetes. Sebuah ukuran lingkar pinggang-pinggul yang tinggi berhubungan
dengan peningkatan risiko penyakit tersebut.
Penelitian
telah menunjukkan bahwa jumlah dan ukuran sel-sel lemak dalam tubuh juga merupakan
kriteria penting dalam tingkat kegemukan. Pada orang dewasa, pada saat berkurang
atau bertambahnya lemak tubuh hal ini
hanya akan mempengaruhi dalam ukuran sel lemak (hypertrophy), dan tidak
ada perubahan dalam jumlah sel-sel lemak (hyperplasia).
Untuk anak-anak, , obesitas terjadi ketika ada peningkatan jumlah dan ukuran
sel-sel lemak (hypertrophy and
hyperplasia), hal ini juga diyakini terkait dengan kesulitan anak obesitas untuk
terhindar dari obesitas dan sulitnya menurunkan berat badan. Beberapa studi
menunjukkan bahwa peningkatan sel-sel lemak dapat menyebabkan tidak
berfungsinya pengaturan metabolik yang membuat sulit bagi seseorang dengan
jumlah sel-sel lemak yang besar untuk menurunkan berat badan dan mempertahankan
penurunan berat badan.
Kesulitan
yang dialami oleh penderita obesitas yang mencoba untuk mempertahankan berat
badan telah digunakan untuk menjelaskan upaya fisiologis oleh tubuh untuk
menjaga berat badan dan kegemukan tubuh dalam kisaran tertentu. Konsep berat
badan alami (natural weight) untuk
setiap individu dikenal sebagai set-point
theory. Adalah penting untuk mengenali bahwa berat badan alami, hal ini adalah
konsep teoritis dan bukan mekanisme fisiologis yang sebenarnya. Booth (3) telah
mengusulkan kedua model fisiologis dan kognitif konsep set point theory. Menurut model set-point
theory, berat badan diatur oleh hipotalamus
karena menerima masukan mengenai tingkat glukosa darah, jumlah lemak yang
disimpan dalam sel lemak, dan berat badan. Asupan makanan diatur (menurun atau
meningkat) berdasarkan masukan ini sehingga berat badan set-point dapat dipertahankan. Meskipun diet tidak mempengaruhi set point, olahraga tampaknya memiliki pengaruh
untuk penurunan berat badan. Model set-point
kognitif berfokus pada efek dari pengaruh lingkungan dan kognitif pada berat
badan. Informasi yang diterima tentang penampilan, berat badan, ukuran pakaian,
kesehatan, dan sebagainya menyebabkan pola makan dan aktivitas fisik yang
dirancang untuk membawa berat badan sesuai dengan berat badan ideal yang
dirasakan.
A. EVALUATION OF BODY FATNESS
(penilaian kegemukan tubuh)
Aktivitas aerobik merupakan pilihan utama yang banyak ditawarkan
oleh pusat-pusat kebugaran sebagai sarana untuk memperoleh berat badan yang
ideal. Pada kenyataannya berat badan yang ideal tidak dapat terlepas dari
proporsi komponen-komponen badan yang ideal pula yang biasanya dinyatakan dalam
persentasenya
terhadap berat badan. Komponen-komponen badan yang sangat penting adalah
persentase lemak badan dan Lean Body Weight (LBW) yaitu berat komponen badan
selain lemak. LBW dapat berupa tulang (kerangka), otot , organ, dan cairan
ekstraseluler. Holliday (1978: 117- 20) berpendapat bahwa secara garis besar
badan manusia tersusun atas 40% otot, 10% organ, 15-30% jaringan adiposa , 15%
kerangka dan 25% sisanya berupa cairan ekstraseluler. Jaringan adiposa tersusun
atas sel-sel adiposit dan struktur penyokongnya dan terutama terdapat di kulit
atau jaringan di bawah kulit. Pada individu normal 65-70% dari jaringan adiposa
berupa lemak dan sekitar 10-20% dari berat badan adalah lemak.
Terdapat
perbedaan pola penyebaran lemak badan antar seks yang terutama dipengaruhi oleh
faktor hormonal. Pada wanita terdapat lemak spesifik yang timbul pada masa
pubertas yang merupakan tanda kelamin sekunder yang biasanya ditimbun di
payudara,lengan atas, perut bagian bawah, alat genital dan paha. Sehingga
berbeda dengan pria, pada wanita setelah mengalami pubertas mempunyai pola
distribusi lemak yang khas. Sedangkan pada pria tidak terdapat pola yang khas
setelah pubertas dan biasanya hanya terjadi penimbunan di dinding depad abdomen
(Bannister et al., 1995: 78). Menurut McArdle et al. (1986 :
506-8) meskipun nilai storage fat (sebagai cadangan energi) pada
laki-laki dan wanita mempunyai rata-rata yang tidak jauh berbeda sekitar 12%
dan 15% dari berat badan, tetapi mempunyai perbedaan yang sangat besar pada essensial
fat-nya (untuk menjaga fungsi fisiologis organ), yaitu sekitar 12% pada
wanita dan 3% pada laki-laki.
Lemak
badan yang sebagian besar tertimbun di jaringan bawah kulit (lemak subkutan)
dapat berfungsi sebagai cadangan energi. Aktivitas aerobik yang mempunyai
pengaruh besar pada lemak badan adalah semua aktivitas aerobik yang dilakukan
pada intensitas rendah sampai sedang. Selain itu aktivitas aerobik juga dapat meningkatkan
besaran LBW, yang terutama disebabkan karena perubahan volume dan massa otot
rangka. Sehingga dengan melakukan aktivitas aerobik dapat terjadi penurunan
berat badan karena turunnya persentase lemak badan total. Namun dapat pula
tidak terjadi perubahan berat badan atau bahkan terjadi peningkatan, karena
meskipun persentase lemak badan total berkurang dapat pula terjadi peningkatan
LBW karena adanya peningkatan massa dan volume otot (Wilmore, 1973 : 115-9).
Kemajuan
yang pesat dibidang teknologi dan kedokteran akan memberikan peluang yang
sangat luas untuk dapat memprediksi komposisi badan dengan menggunakan berbagai
alat dari alat yang bersifat konfensional sampai dengan alat yang sangat
canggih. Pada dasarnya dikenal dua metode dasar yaitu secara langsung (direct)
atau tak langsung (indirect). Pemeriksaan secara langsung hanya dapat
dilakukan pada mayat (cadaver) dengan melakukan analisis kimiawi
terhadap seluruh jaringan badan, untuk kemudian dihitung masing-masing komponen
penyusun badan secara langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menilai
komposisi badan seseorang yang masih hidup, sehingga cara ini hampir tidak
pernah dilakukan secara luas untuk menilai keberhasilan suatu program latihan.
Pada pemeriksaan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
dilusi isotop, analisis aktivasi neutron, penghitungan potasium-40, metode hydrostatic
weighing, metode rongenologi dengan menggunakan x-ray, metode ultrasoundographi
(USG), metode CT scan (Computerized Tomographi Scanning), metode Bioelectrical
Impedence Analysis (BIA), dan metode anthropometris dengan menggunakan
teknik skinfold. Dari sembilan macam pemeriksaan secara tidak langsung
ini hanya ada enam macam yang sering dilakukan yaitu metode hydrostatic
weighing, metode rongenologi, metode ultrasoundographi, metode CT
scan, metode Bioelectrical Impedence Analysis dan metode anthropometris
(McArdle et al 1986 : 490).
Pada
pemeriksaan secara tidak langsung harus dilakukan uji validitas dan
reliabilitas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan agar hasil yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan cara langsung. Namun dewasa ini telah
diakui bahwa sebagai patokan standar untuk uji validitas dan reliabilitas dapat
digunakan metode hydrostatic weighing dengan teknik Under Water Weighing
(UWW) karena pada teknik ini hampir tidak terdapat variabel pengganggu
(Eston et al., 1995: 52-6; Housh et al., 1996: 1331-35; dan Rush et
al., 1997: 2-7). Sehingga beberapa metode pemeriksaan yang akan digunakan
harus dilakukan cross- validation dengan metode UWW sebagai standar
penilaian hasilpemeriksaan.
Evaluasi
komposisi tubuh sangat penting sebelum membuat program spesifik tentang
kebutuhan seseorang untuk menaikan atau menurunkan berat badan. Berikut akan
dijelaskan beberapa macam evaluasi komposisi tubuh:
1. Berat Badan Relatif
Bila yang ditanyakan adalah kurus atau gemuknya
seseorang, ukuran untuk menentukan seseorang disebut kurus atau gemuk adalah berdasarkan
Berat Badan relatif (BBR).
Rumusnya : Berat Badan
(dalam Kg) dibagi Tinggi Badan (dalam cm) yang dikurangi 100 yang kemudian
dikalikan 100%.
BBR = BB : (TB-100) x
100%
Penilaian berdasarkan
berat badan relatif :
Kategori
|
Persentase
|
|
Kurus
(underweight)
|
<90%
|
|
Normal
(ideal)
|
90
- 110%
|
|
Gemuk
(overweight)
|
>110%.
|
|
Obesitas
|
>120%
|
|
Ringan
|
120
- 130%
|
|
Sedang
|
130
- 140%
|
|
Berat
|
140
- 200%
|
|
Morbid
|
200%
|
Contoh:
Berat badan seseorang
adalah 40 kg dan tinggi badan 148 cm,
maka didapat 40 / (148
-100) = 40 / 48 = 0,8333 X 100% = 83, 3%
(83,3 % < 90%,
kategori kurus).
2. Body Mass Index (BMI)
Dalam mengungkapkan tinggi dan berat badan yang
berkaitan dengan kegemukan tubuh dapat digunakan cara penghitungan dengan indeks massa tubuh (BMI), BMI = berat badan
(kg) / Tinggi ² (m) misalnya, seorang pria dengan
tinggi 178 cm dan berat 77 kg memiliki BMI dari 24,3 kg / m ² yang berasal dari
(77 ÷ 1,78 ²). Dalam Framingham Heart Study, menyimpulkan adanya hubungan
positif yang signifikan antara BMI dan tekanan darah, kadar trigliserida serum
yang tinggi, kolesterol total tinggi, tingkat HDL-kolesterol rendah, dan
intoleransi glukosa. Sebuah studi Framingham mendukung temuan sebelumnya dengan
menunjukkan hubungan yang signifikan antara BMI yang tinggi dan penyakit
jantung dan diabetes. Bagi wanita, BMI yang diharapkan adalah 21 hingga 23 kg / m². risiko penyakit
kardiovaskular meningkat tajam pada BMI sekitar 27,8 kg / m² untuk pria dan 27,3
kg / m² untuk perempuan.
Menyadari pentingnya hasil dari timbangan berat
badan, dan dapat mencatat hasilnya secara akurat. Sehingga perlu mengetahui
penggunaan timbangan berat badan secara benar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
berat tubuh, hasil timbangan dapat bervariasi pada saat melakukan penimbangan siang
hari karena sebagai akibat dari makanan yang dimakan, eliminasi urin dan tinja,
dan hilangnya keringat. Faktor-faktor tertentu dapat menyebabkan kehilangan
sementara atau retensi air. Diet rendah karbohidrat, dapat menjadi penyebab langsung
penurunan berat badan air akibat yang dikeluarkan oleh tubuh. Penurunan berat
badan ini hanya bersifat sementara, dan tubuh akan kembali ke berat badan
aslinya ketika asupan karbohidrat yang dipulihkan kembali. Diare juga dapat
menyebabkan penurunan berat badan sementara untuk alasan yang sama. Hal lain, diet
tinggi karbohidrat atau menstruasi dapat menyebabkan retensi air dan penambahan
berat badan sementara. Ini tidak berhubungan dengan perubahan dalam jaringan
adiposa. berikut adalah hal yang disarankan dalam melakukan penimbangan berat
badan:
a.
Pengukuran berat badan harus dilakukan
sebelum sarapan, dan setelah kandung kemih telah dikosongkan
b.
Pakaian yang digunakan harus ringan dan
dilakukan tanpa menggunakan alas kaki (sepatu).
c.
Pengukuran harus akurat dan di catat dan
dibandingkan dengan pengukuran berat badan sebelumnya untuk menentukan
kemungkinan penurunan berat badan.
Komposisi tubuh didefinisikan sebagai proporsi
relatif dari jaringan lemak dan jaringan bebas lemak dalam tubuh. Penilaian
komposisi tubuh diperlukan untuk berbagai alasan. Ada korelasi kuat antara
obesitas dan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis (penyakit arteri
koroner), diabetes, hipertensi, kanker tertentu, hiperlipidemia. Menilai
komposisi tubuh dapat membantu untuk menetapkan berat badan yang optimal bagi
kesehatan dan kinerja fisik (ACSM, 2008).
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan menggunakan
persamaan berat badan dalam kilogram/kuadrat tinggi badan dalam meter. Untuk
Asia Pasifik, WHO mengklasifikasikan IMT sebagai berikut:
Tabel
1.1 Klasifikasi IMT Berdasarkan WHO untuk Asia Pasifik
|
|
IMT
(kg/m2)
|
Kategori
|
<
18.5
|
Underweight
|
18.5
– 22.9
|
Normoweight
|
23
– 24.9
|
Overweight
|
>
25
|
Obese
|
Sumber: So dan
Choi, 2010
Body
Mass Index Classifications
|
||
Classification
|
Risk
|
BMI Score
|
Underweight
|
Moderate
|
less than 18.5
|
Normal
|
Very low
|
18.5 - 24.9
|
Overweight
|
Low
|
25.0 - 29.9
|
Obese Class 1
|
Moderate
|
30.0 - 34.9
|
Obese class 2
|
High
|
35.0 - 39.9
|
Extreme obesity
|
Very high
|
greater than 40.0
|
Penggunaan
IMT sebagai parameter dalam menentukan total lemak tubuh seseorang memiliki
beberapa keuntungan dan kekurangan dibanding cara yang lain. Pengukuran IMT
dapat memperkirakan total lemak tubuh dengan perhitungan yang sederhana, cepat,
dan murah dalam populasi tertentu. Pengukuran IMT rutin dilakukan dan sering
digunakan dalam studi-studi epidemiologi. Namun kelemahannya, IMT tidak dapat
menjelaskan tentang distribusi lemak dalam tubuh seperti pada obesitas sentral
maupun obesitas abdominal maupun menggambarkan jaringan lemak viseral. Nilai
IMT berbeda dalam ras/etnis tertentu dan tidak membedakan antara laki-laki
maupun perempuan. Nilai IMT yang tinggi belum tentu karena jaringan lemak tapi
dapat juga karena jaringan otot (Thang et al., 2006; Shakher et al.,
2004 dalam Tomlinson et al., 2008).
3. Underwater Weighing
Metode ini menggunakan prinsip Archimedes bahwa
berat badan yang hilang setelah badan dimasukkan kedalam air sama dengan berat
dari volume air yang dipindahkan. Dalam hal ini bila suhu air adalah 4 °C maka
1 gr air ekivalen dengan 1cc air dan 1kg air ekivalen dengan 1liter air. Namun
apabila suhu air lebih dari 4°C harus dilakukan koreksi seperti yang tertera
pada tabel 1.
TEMPERATUR (°C)
|
DENSITAS
|
TEMPERATUR (°C)
|
DENSITAS
|
4
10
15
20
25
26
27
28
29
30
|
1,00000
0,99973
0,99913
0,99823
0.99707
0.99681
0,99654
0,99626
0,99595
0,99567
|
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
|
0.99537
0,99505
0,99473
0,99440
0,99406
0.99371
0,99336
0,99299
0,99262
0,99224
|
Tabel 1. Koreksi
densitas air pada beberapa suhu yang berbeda
Pada metode ini akan diperoleh volume badan yang
dapat dilakukan melalui dua teknik yaitu water displacement dan under
water weighing (UWW). Pada teknik water displacement sebelum subyek
dimasukkan ke dalam air, diukur terlebih dahulu volume residual paru sebagai
faktor koreksi. Setelah subyek dimasukkan kedalam air, maka volume air yang
dipindahkan diukur dan didapatkan sebagai volume badan total setelah dikurangi
dengan volume residual paru. Sedangkan pada teknik UWW akan diperoleh volume
badan yang nilainya sama dengan kehilangan berat badan dalam air setelah
dikoreksi dengan rata-rata temperatur air (tabel 1). Kehilangan berat badan
dalam air dapat dihitung dari selisih antara berat badan di atmosfir dan berat
badan di dalam air (McArdle et al., 1986).
Pengukuran volume residual paru dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu secara langsung dengan menggunakan spirometer
dan secara tidak langsung dengan perhitungan menggunakan persamaan regresi. Namun
pada persamaan ini dibedakan antar ras-ras tertentu :
RV = 0,0116
umur (th) + 0,0447 TB (cm) - 0,0167 BB (kg) - 5,392
Untuk ras
kaukasid dengan persamaan dari Goldman dan Backlake :
RV = 2,7 TB
(m) + 0,017 umur (th) -3,45
RV : volume
residual paru
TB : tinggi
badan
BB : berat
badan
Untuk ras
mongolid (Asia) dengan persamaan dari DaCosta:
Dengan
menggunakan metode ini dapat diperoleh persentase lemak badan total dan LBW
dengan terlebih dahulu menghitung densitas badan dan berat lemak sebagai
berikut :
massa Ma
Db =
--------- = ----------------------------
Volume (Ma
- Mw) - RV
Dw
Db :
densitas badan
Ma : berat
badan di atmosfer (kg)
Mw: berat
badan di dalam air (kg)
Dw :
koreksi temperatur air
RV : vilume
residual paru
Persentase
lemak badan (Brozek) = [(4,971 / Db) - 4,519]
Berat Lemak
= (persentase lemak badan / 100) x Berat Badan
LBW = Berat
Badan - Berat lemak
Sehingga pada metode ini, prediksi
terhadap beberapa komponen penyusun badan, seperti lemak, dilakukan dengan
menghitung terlebih dahulu densitas badannya. Sehingga nilai prediksi yang
diperoleh akan mendekati nilai prediksi yang dilakukan secara langsung dengan
metode analisis kimiawi.
Key Point. Hydrostatic, atau Underwater
weighing adalah teknik yang paling akurat untuk menentukan kepadatan tubuh (body density), sehingga percent body
fatness dapat dihitung. Untuk akurasi yang tinggi, disarankan volume residu
harus diukur bukan diperkirakan.
4. Skinfold Method
Metode anthropometris dengan teknik skinfold merupakam
metode yang paling banyak diminati dalam memprediksi persentase lemak badan
total maupun segmental. Penilaian persentase lemak badan total penting artinya
karena dengan mengetahui persentase lemak badan total akan dapat diketahui juga
status perlemakan serta proporsi lemak badan terhadap jaringan non-lemak.
Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program latihan
fisik. Komposisi tubuh yang ditentukan dari pengukuran lipatan kulit sangat
berkolerasi (r ≥ 0,80) dengan komposisi tubuh yang ditentukan oleh penimbangan
hidrostatik. Prinsip yang melatarbelakangi teknik ini adalah jumlah lemak
subkutan sebanding (kurang lebih 50% dari) jumlah total lemak tubuh. Table 4-1
menyajikan uraian standar dari tempat lipatan kulit dan prosedur-prosedurnya.
Pengukuran skinfold-thickness dapat dilakukan
dengan berbagai cara, namun pada anthropometri olahraga biasanya pengukuran
dilakukan pada sisi kanan badan dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan satuan
milimeter. Masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali
kemudian nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata jika pengukuran
dilakukan dua kali dan nilai median bila pengukuran dilakukan tiga kali.
Pengukuran dilakukan pada subyek dalam keadaan relaksasi pada posisi berdiri
tegak dengan lengan tergantung bebas di sisi kanan kiri badan. Namun tidak
menutup kemungkinan dilakukannya perubahan posisi subyek untuk mempermudah
pelaksanaan pengukuran.
Ada beberapa lokasi pengukuran spesifik yang
biasanya dilakukan (Norton & Old, 1998: 47-53) :
a.
Subscapular
skinfold. Subyek dalam posisi berdiri tegak
dengan kedua lengan disamping badan. Ibu jari meraba badian bawah angulus
inferior scapulae untuk mengetahui tepi bagian tersebut. Cubitan dilakukan
dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri diambil tepat di inferior angulus
inferior scapulae. Cubitan pada kulit dilakukan dengan arah cubitan miring
ke lateral bawah membentuk sudut 45° terhadap garis horisontal.
b.
Abdominal
skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah
vertikal, kurang lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi umbilikus).
c.
Suprailiac
/ supraspinale skinfold. Cubitan dilakukan pada daerah
(titik) perpotongan antara garis yang terbentang dari spina iliaca anterior
superior (SIAS) ke batas anterior axilla dan garis horisontal yang
melalui tepi atas crista illiaca. Titik ini terletak sekitar 5 – 7 cm di
atas SIAS tergantung pada ukuran subyek dewasa, dan lebih kecil pada anak-anak
atau sekitar 2 cm. Arah cubitan membentuk sudut 45° terhadap garis horisontal.
d.
Iliac
crest skinfold. Cubitan dilakukan diatas crista
iliaca pada ilio-axilla line. Subyek abduksi pada lengan kanan
seluas 90 derajat atau menyilang dada dengan meletakkan tangan di bahu kiri.
Jari-jari tangan kiri meraba crista iliaca dan menekannya sehingga
jari-jari tersebut dapat meraba seluruh permukaan crista iliaca. Posisi
jari-jari tersebut kemudian digantikan dengan ibu jari tangan yang sama,
kemudian jari telunjuk ditempatkan kembali tepat di superior dari ibu jari dan
akhirnya cubitan dilakukan dengan jari telunjuk dan ibu jari. Lipatan dilakukan
pada pososi miring ke depan dengan sudut kurang lebih 45° terhadap garis
horisontal.
e.
Midaxillary
skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal
setinggi sendi xiphosternal sepanjang garis ilio-axilla. Pengukuran dilakukan
dengan posisi lengan kanan diabduksikan 90 derajat ke samping.
f.
Medial
calf skinfold. Subyek dalam posisi duduk di kursi
dengan sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat dan otot-otot betis dalam
keadaan relaksasi. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada aspek medial
betis yang mempunyai lingkar paling besar. Untuk menentukan lingkar terbesar
pada betis dilakukan pengamatan dari sisi depan.
g.
Front
thigh skinfold.
Pengukur berdiri menghadap sisi kanan subyek. Subyek dalam posisi duduk di
kursi dengan lutut fleksi 90 derajat. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal
pada garis tengah aspek anterior paha di pertengahan antara lipat paha dengan
tepi atas patella.
h.
Triceps
skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan kiri pada sisi posterior mid acromiale-radiale line.
Cubitan dilakukan pada permukaan paling posterior dari lengan atas pada daerah m.
triceps brachii pada penampakan dari samping. Saat pengukuran lengan dalam
keadaan relaksasi dengan sendi bahu sedikit eksorotasi dan sendi siku ekstensi
di samping badan.
i.
Biceps
skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan kiri pada mid acromiale-radiale line sehingga arah
cubitan vertikal dan paralel dengan aksis lengan atas. Subyek berdiri dengan
lengan relaksasi serta sendi siku ekstensi dan sendi bahu sedikit eksorotasi.
Cubitan dilakukan pada aspek paling anterior dari permukaan depan lengan atas
pada penampakan dari samping.
j.
Chest
skinfold. Cubitan
dilakukan sedikit miring sesuai dengan lipatan ketiak depan sepanjang linea
axillaris anterior.
Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan
dilakukan segera setelah subyek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi
sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang menyebabkan
hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu
dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat
perubahan turgidity kulit.
Teknik Skinfold Untuk Memprediksi Persentase
Lemak Badan
Metode-metode yang akan digunakan untuk memprediksi
persentase lemak badan harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih
dahulu sebelum dilakukan. Metode anthropometris dengan teknik skinfold telah
diuji silang validitas dan reliabilitasnya dengan teknik underwater weighing
(UWW) yang dianggap sebagai standar. Eston et al.(1995: 52-6), Housh
et al.(1996: 1331-5), dan Brandon (1998: 1155-61) telah melakukan uji
validasi terhadap teknik skinfold dan menyimpulkan bahwa teknik skinfold
mempunyai validitas yang cukup baik dalam memprediksi persentase lemak
badan.
Persamaan-persamaan anthropometris ada dua macam
cara dalam memprediksi persentase pemak badan. Ada persamaan yang langsung
menghitung persentase lemak badan dari data skinfold yang sudah dikumpulkan,
namun ada juga yang harus melalui penghitungan densitas badan terlebih dahulu
sebelum dapat menghitung persentase lemak badan. Pada cara yang kedua ini
setelah densitas badan dihitung berdasarkan data skinfold yang sudah didapat,
maka nilai densitas tersebut dikonfersikan dalam rumus Siri atau Brozek sebagai
berikut :
Rumus Siri :
Persentase lemak tubuh = – 450
Rumus Brozek :
Persentase lemak tubuh = [ ( 4,971 / D ) – 4,519 ] x
100
D : densitas badan.
Pada dasarnya kedua rumus tersebut dapat digunakan,
namun rumus Brozek yang ditemukan tahun 1963 mempunyai ketepatan yang lebih
tinggi dan merupakan penyempurnaan dari rumus Siri yang ditemukan sebelumnya
(tahun 1956).
Persamaan untuk mencari densitas badan dibedakan
antara pria dan wanita serta tidak dapat diterapkan begitu saja pada populasi
yang berbeda-beda rasnya. Persamaan-persamaan yang telah ada ternyata hanya
cocok diterapkan pada populasi kulit putih atau ras kaukasid. Sedangkan
penggunaannya pada populasi lain selain ras kaukasid masih dipertanyakan.
Pernyataan ini didukung oleh penelitian Rush et al. (1997: 2-7) yang
meneliti wanita Eropa dan wanita Polinesia, serta Brandon (1998: 1155-61) yang
meneliti wanita kulit putih dan wanita Afrika yang tinggal di Amerika. Dari
penelitian-penelitian tersebut diperoleh perbedaan yang bermakna antara kedua
kelompok populasi dalam upaya memprediksi persentase lemak badan dengan
menggunakan teknik skinfold. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa
persamaan-persamaan yang telah ada sangat bersifat spesifik bagi populasi
tertentu. Selain itu kesalahan yang timbul dengan penggunaan persamaan tersebut
sangat kecil bila diterapkan pada populasi kaukasid dibandingkan bila
diterapkan pada populasi lain selain kaukasid. Dengan kata lain berarti bahwa
persamaan yang telah ada mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi bila
diterapkan pada populasi kaukasid.
Brandon (1998: 1155-61) berpendapat bahwa antara
populasi Afrika dan populasi kulit putih yang sama-sama tinggal di Amerika
terdapat perbedaan densitas badannya. Hal ini disebabkan bahwa densitas tulang
dan otot mempunyai nilai yang jauh lebih besar pada wanita Afrika jika
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Selain itu juga terdapat perbedaan pola
penyebaran lemak subkutan. Pada wanita Afrika lemak subkutan banyak
terlokalisasi pada daerah sentral (batang badan). Dari penelitian ini dapat
dilihat pula bahwa perubahan gaya hidup serta perubahan pola makan pada
populasi Afrika yang tinggal di Amerika tidak dapat merubah pola distribusi
lemak. Sehingga sifat perbedaan ras mempunyai pengaruh yang lebih besar
terhadap perbedaan pola distribusi lemak dibandingkan dengan faktor gaya hidup
dan pola makan.
Dari beberapa persamaan yang telah ada, tingkat
ketelitian dalam memprediksi persentase lemak badan sangat dipengaruhi oleh
seberapa banyak data lokasi skinfold yang digunakan dalam rumus
tersebut. Ada persamaan yang hanya menggunakan satu atau dua data skinfold saja
tetapi ada pula yang menggunakan data skinfold pada tujuh lokasi
pengambilan skinfold. Pada dasarnya semakin banyak data lokasi skinfold
yang digunakan dalam rumus maka ketepatan persamaan tersebut dalam
memprediksi persentase lemak badan akan semakin besar pula.
Eston et al. (1995: 52-6) telah melakukan uji
validitas terhadap tiga persamaan terhadap populasi Cina dewasa (ras mongolid).
Ketiga persamaan anthropometris tersebut adalah :
Jackson dan Pollock (untuk populasi pria) :
D = 1,10938 –
0,0008267 (X1) + 0,0000016 (X1)2 – 0,0002574 (umur)
|
Jackson, Pollock dan Ward (untuk populasi wanita):
D = 1,0994921 –
0,0009929 (X2) + 0,0000023 (X2)2 – 0,0001392 (umur)
|
D : densitas badan
X1 : jumlah pengukuran skinfold pada chest,
Abdomen, dan front thigh
X2 : jumlah pengukuran skinfold pada triceps,
suprailiac, dan front thigh
Dalam penelitiannya disebutkan bahwa pada subyek
wanita lokasi terbaik dalam memprediksi persentase lemak badan adalah triceps,
supra iliac dan front thigh. Karena ketiga lokasi tersebut terdapat
pada persamaan Jackson, Pollock dan Ward maka persamaan inilah yang cocok
digunakan pada populasi wanita Cina. Sedangkan pada populasi pria ternyata
hanya ada satu lokasi yang paling baik dalam memprediksi persentase lemak badan
yaitu calf skinfold. Akan tetapi calf skinfold tidak terdapat
dalam ketiga persamaan tersebut sehingga ketiga persamaan tersebut tidak dapat
dipergunakan untuk populasi pria Cina. Namun dari perbandingannya dengan metode
UWW akhirnya dapat ditemukan suatu persamaan regresi untuk memprediksi
persentase lemak badan pada populasi pria Cina yaitu :
Persentase
lemak tubuh = 5,87 + 1,37 (calf)
|
Populasi Indonesia merupakan populasi yang mempunyai
ras yang sama dengan populasi Cina (ras mongolid) sehingga persamaan dari
Jackson, Pollock dan Ward dapat digunakan untuk populasi wanita Indonesia.
Sedangkan persamaan regresi dengan pengukuran calf skinfold dapat pula
digunakan untuk populasi pria Indonesia.
5. BIA (Bio-electrical Impedance
Analysis)
BIA merupakan suatu metode untuk mengukur komposisi
tubuh. Penggunaan BIA ini cukup mudah. Beberapa studi menunjukkan korelasi yang
kuat antara BIA dengan total cairan tubuh menggunakan dilusi isotop, massa
bebas lemak menurut hydrodensitometry dan total potasium tubuh pada orang
dewasa normal dan obese ( Scholler et.al, dalam Kushner 1990). Saat ini metode
BIA juga divalidasi untuk populasi pediatrik atau anak-anak ( Cordain L dan
Houtkooper dalam Kushner, 1990). Pengukuran BIA untuk mengukur lemak tubuh menggunakan
BB, TB, umur dan jenis kelamin sebagai parameter. BIA ini mudah digunakan,
murah dan diproduksi secara massal (Deurenberg, 2001).
Penggunaan BIA pada studi skala besar dilakukan pada
program National Health and Nutrition Survey III (NHANES III) pada lebih dari
16.000 anak dan orang dewasa di Amerika. BIA memeprkirakan jumlah massa bebas
lemak dengan merekam hambatan atau resistensi elektrik dengan frekuensi 50kHz
yang dialirkan pada tubuh. Semakin banyak otot, semakin banyak simpanan air
maka semakin kecil hambatan yang mengalir melalui tubuh. Apabila hambatan
semakin besar berarti massa bebas lemak semakin sedikit dan persen lemak tubuh
lebih banyak. Perhitungan lemak tubuh dan massa bebas lemak menggunakan BIA membutuhkan
data tinggi badan, berat badan, umur dan jenis kelamin (Chumlea dan Cieslak
dalam Duncann, 2007).
Kemampuan BIA
dalam membedakan lemak dan massa bebas lemak menggunakan prosedur yang
non-invasive membuat alat ini dapat digunakan untuk mengkur komposisi tubuh,
khususnya pada populasi anak. Higgins et al. dalam Duncann (2007) menyatakan
bahwa resiko PJK meningkat apabila persen lemak tubuh pada anak laki-laki dan
perempuan di Amerika lebih dari 20% . Studi lain menunjukkan bahwa batas persen
lemak tubuh pada anak adalah antara 20%- 30% berdasarkan jenis kelamin.
BIA adalah metode tidak langsung untuk mengukur Total Body Water. BIA melepaskan
gelombang listrik rendah ke tubuh dan mengukur hambatan aliran arus listrik.
Elektrolit pada cairan tubuh adalah konduktor listrik. Bila jumlah arus listrik
yang tertangkap BIA lebih sedikit, artinya jumlah cairan dalam tubuh rendah dan
jumlah lemak lebih tinggi (Hills, 2007).
Schaefer et
al., dalam Hills 2007 menyatakan bahwa pada pengukuran BIA, reliabilitas antar
observer dan intra observer lebih tinggi dibanding dengan shinfold pada
kelompok umur muda dengan rata-rata umur 11,8 tahun. Namun, perkiraan atau
estimasi masa bebas lemak hampir sama antara BIA antropometri Okasora et al.,
1999 membandingkan BIA dan DEXA sebagai metode pengukuran komposisi tubuh pada
anak-anak dan menemukan hubungan korelasi yang kuat antara persen lemak tubuh.
Massa bebas lemak dan jumlah/ konten lemak tubuh. Keterbatasan penelitian
tersebut adalah rumus yang digunakan dari Brozek et al.(1963) yang kurang
sesuai digunakan oleh kelompok muda karena tidak dapat melihat perbedaan
komposisi massa bebas lemak pada kelompok umur muda. Brand dan Altman (1986)
menganalisis kesalahan ukuran prediksi yang harus dipertimbangkan.
Untuk
menentukan kesamaan antara 2 pengukuran teknik BIA dinilai sebagai pengukuran
yang tepat untuk mengukur komposisi tubuh pada anak dan remaja, karena sifatnya
non invasive, cepat, tidak menyakitkan, murah serta tidak membutuhkan
keterampilan tinggi. Rumus Houtkeeper cocok untuk anak laki-laki dan perempuan
umur 10-19 tahun. Reliabilitas metode tergantung jenis alat yang digunakan
level hidrasi, postur, suhu lingkungan, dan atau suhu kulit, umur, jenis kelamin.
Status atletik, status komposisi tubuh dan etnis menentukan pengukuran BIA.
Idealnya, BIA digunakan untuk melihat perubahan dalam kurun waktu. Variabel
biologi dan lingkungan seperti status hidrasi, waktu dan konsumsi makanan
terakhir. Suhu kulit dan siklus menstruasi harus dikontrol (Hills et al., 2007).
B. PENGHITUNGAN BERAT BADAN YANG
DIINGINKAN
Setelah
ditentukan berapa persen lemak dari berat badan seseorang, perhitungan
sederhana digunakan untuk menentukan berat badan yang diinginkan berdasarkan
pada saat berat badan ramping. Langkah-langkah yang ditunjukkan dalam persamaan
Menghitung Diinginkan Berat.
Berbagai
bobot yang diinginkan harus digunakan untuk memperhitungkan kesalahan
pengukuran yang terkait dengan memperkirakan kegemukan tubuh. Sebagai contoh,
seorang pria dengan kegemukan tubuh awal 23% mungkin memiliki 20% sebagai
tujuan awal, diikuti oleh penurunan lebih lanjut untuk 18% atau lebih rendah
harus diklasifikasikan dalam kategori kebugaran. Selanjutnya, individu harus
dievaluasi ulang pada variabel ini ketika mereka telah mencapai titik setengah
dari tujuan aslinya.
Karena
begitu banyak faktor yang mempengaruhi berat badan dan kegemukan tubuh, membuat
rekomendasi spesifik tentang lemak tubuh sulit. Berat badan yang diinginkan
mungkin bervariasi dari setiap individu. Seorang atlet, misalnya, berharap
untuk mempertahankan persentase lemak lebih rendah daripada kebugaran
menginginkan individual untuk kesehatan yang positif. Akhirnya, karena dengan
tingginya kadar kolesterol serum dan tekanan darah, masalah kesehatan meningkat
secara progresif sebagai persen kegemukan tubuh melebihi apa yang direkomendasikan.
Ada sedikit pertanyaan bahwa risiko kesehatan lebih besar bagi mereka dengan
persen lemak tubuh lebih dari 25% dan 32% untuk pria dan wanita, masing-masing.
Namun, ada alasan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari 26% menjadi 31% untuk
perempuan dan 19% sampai 24% untuk laki-laki untuk mewakili "daerah
abu-abu" dari potensi risiko yang satu harus hadir. Disarankan bahwa
wanita dan pria harus menjaga persentase lemak tubuh dari 16% menjadi 25% dan
12% sampai 18%, masing-masing. Bagi orang yang memiliki persentase yang sangat
tinggi dari lemak tubuh, tujuan pertama harus untuk mencapai dan mempertahankan
nilai-nilai di "daerah abu-abu" dan, dengan evaluasi lebih lanjut,
kemajuan ke arah nilai-nilai yang lebih rendah.
Tekanan
sosial dan penekanan media pada tipis, model tipe tubuh dapat menyebabkan
beberapa individu untuk menjadi terobsesi dengan citra tubuh, yang dapat
berkembang menjadi gangguan makan anoreksia nervosa dan bulimia. Gangguan makan
kronis, progresif, dan berpotensi fatal. Masalah sangat umum pada wanita muda,
meskipun laki-laki juga terpengaruh. Anorexia nervosa biasanya dimulai sebagai
diet penurunan berat badan normal, tetapi berkembang menjadi gangguan
psikologis yang ditandai dengan diet obsesif dan ketakutan intens menjadi gemuk.
Untuk tetap kurus, makanan melompat anoreksia, mungkin pergi beberapa hari
tanpa makanan, dan sering latihan berlebihan. Anoreksia adalah gangguan
psikologis yang serius dan memerlukan perhatian medis, karena jika tidak
diobati dengan baik, kematian karena kelaparan mungkin terjadi. Bulimia
ditandai oleh episode pesta-makan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan
membersihkan makanan yang dimakan menggunakan self-induced muntah atau obat
pencahar. Binges paling sering terjadi selama masa depresi, kecemasan, atau
kesepian. Yang paling meresap gejala dari kedua gangguan makan adalah
penyangkalan bahwa masalah ada atau bantuan yang diperlukan. Pengenalan dini
dan pengobatan yang tepat oleh tenaga medis yang terlatih adalah kunci
suksesnya pengobatan.
Equations to
Calculate Desirable Weight
Fat weight = Current
Weight X
Lean body weight
(LBW) = current weight – fat weight
Desirable weight =
Desirable fat loss =
present weight – desirable body weight
For example, assume a
man weighs 190 lb and his body fat is 22 %. Fifteen percent is a desirable
percent body fat for men.
Fat weight = 190 lb x
= 41.8 lb
LBW = 190 – 41.8 =
148.2 lb
Desirable weight = = 174.4 lb
Desirable fat loss = 190 – 174.4 lb =
15.6 lb
|
Keterangan:
1 Kg = 2.204623 lb/lbs
Body-Fat
Norms Based on Percentage of body weight that is fat
Clasification
|
%
Fat
|
|
Women
|
Men
|
|
Essential
fat
|
11.0-14.0
|
3.0-5.0
|
Athletes
|
12.0-22.0
|
5.0-13.0
|
Fitness
|
16.0-25.0
|
12.0-18.0
|
Potential
risk
|
26.0-31.0
|
19.0-24.0
|
Obese
|
32.0
and higher
|
25.0
and higher
|
Keterangan: Perempuan sebelum pubertas menggunakan skala laki-laki. Tidak ada alasan kesehatan untuk peningkatan lemak tubuh dengan usia. Jadi standar yang sama diterapkan untuk segala usia.
Secara
mutlak persentase lemak tubuh yang sempurna itu tidak ada. Usia dan jenis kelamin memberikan kontribusi besar
untuk nilai ideal, tetapi yang paling penting setiap orang / individu. Beberapa orang mungkin merasa dan melakukan
lebih baik dengan persentase lemak tubuh yang lebih tinggi atau lebih rendah
daripada yang lain pada usia yang sama dan jenis kelamin. Dan itulah mengapa kisaran dan pedoman yang ada. Silahkan lihat pada tabel di
bawah ini. Tabel pertama memberikan rentang persentase lemak tubuh yang ideal
untuk masyarakat umum. Tabel kedua adalah persentase lemak tubuh rata-rata
untuk atlet yang berbeda.
Body Fat Percentage for The
Average Population
|
|||
Age
|
Up
to 30
|
30-50
|
50+
|
Females
|
14-21%
|
15-23%
|
16-25%
|
Males
|
9-15%
|
11-17%
|
12-19%
|
Average Body Fat Percentage of
Athletes
|
|||||
Sport
|
Male
|
Female
|
Sport
|
Male
|
Female
|
Baseball
|
12-15%
|
12-18%
|
Rowing
|
6-14%
|
12-18%
|
Basketball
|
6-12%
|
20-27%
|
Shot Putters
|
16-20%
|
20-28%
|
Body building
|
5-8%
|
10-15%
|
Skiing (X country)
|
7-12%
|
16-22%
|
Cycling
|
5-15%
|
15-20%
|
Sprinters
|
8-10%
|
12-20%
|
Football (Backs)
|
9-12%
|
No
data
|
Swimming
|
9-12%
|
14-24%
|
Football (Linemen)
|
15-19%
|
No
data
|
Tennis
|
12-16%
|
16-24%
|
Gymnastics
|
5-12%
|
10-16%
|
Triathlon
|
5-12%
|
10-15%
|
High/long Jumpers
|
7-12%
|
10-18%
|
Volleyball
|
11-14%
|
16-25%
|
Ice/field Hockey
|
8-15%
|
12-18%
|
Weightlifters
|
9-16%
|
No
data
|
Racquetball
|
8-13%
|
15-22%
|
Wrestlers
|
5-16%
|
No
data
|
(Lower
is Not Necessarily Better)
Bawah tidak selalu lebih baik
Sebuah
jumlah tertentu lemak tubuh sangat penting bagi tubuh untuk berfungsi secara
normal dan sehat. Bahkan berjuang untuk persentase lemak tubuh yang terlalu
rendah dapat berbahaya. Inilah alasannya:
Mengukur
persentase lemak tubuh menghitung lemak tubuh total. Total lemak tubuh dapat dibagi menjadi 2 kategori:
§ Penyimpanan Lemak (Storage Fat): ini sebagian besar terdiri dari lemak yang
disimpan tepat di bawah kulit/lemak subkutan. Penyimpanan lemak untuk pria
dan wanita cukup mirip. Untuk rata-rata pria 12% dari berat badan,
dan untuk wanita rata-rata 15% dari berat badan.
§ Lemak Tubuh Penting (Essential Body Fat) - Untuk tubuh berfungsi secara normal dan sehat sejumlah
lemak tubuh diperlukan. Ini disebut Essential
fat. Untuk wanita
rata-rata jumlah lemak yang penting adalah 12% dari berat badan
dan untuk pria itu adalah 3%.
Untuk mencoba mencapai persentase lemak tubuh yang sangat rendah dapat
mempengaruhi cadangan lemak essensial sehingga tidak bagus untuk kesehatan.
Beberapa lemak penyimpanan juga dibutuhkan untuk
kesehatan yang baik. Ini digunakan untuk melindungi organ dalam dada dan perut.
Jadi ingat bertujuan
untuk tinggal dalam jangkauan untuk usia dan jenis kelamin dan yakinlah untuk mengambil salah satu langkah yang paling positif untuk
kesehatan seumur hidup.
KESIMPULAN
Ada
banyak sekali faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan jaringan adiposa, salah satu yang
dihipotesiskan adalah berkurangnya kebugaran kardiorespirasi. Kebugaran kardiorespirasi adalah salah satu
faktor determinan kesehatan
sepanjang hidup yang independen. Pada usia dewasa, tingginya kebugaran kardiorespirasi merupakan
faktor proteksi terhadap penyakit kardiovaskuler
dan semua penyebab mortalitas. Pada usia dewasa muda, kebugaran kardiorespirasi memiliki hubungan terbalik dengan
tekanan darah, kolesterol total, dan
penanda proinflamasi.
Kelebihan
berat badan memberikan pengaruh buruk hampir pada semua sistem di dalam tubuh
manusia. Pada dasarnya pengaruh buruk tersebut berasal dari 2 faktor:
1.
Peningkatan massa dari jaringan adipose
2.
Peningkatan sekresi produk patogenik
dari sel-sel lemak yang membesar
Peningkatan
jaringan adiposa, khususnya jaringan adiposa viseral, berhubungan dengan
penurunan fungsi endotel pembuluh darah. Fungsi endotel mengacu pada kapasitas
fungsional secara umum dari sel endotel pembuluh darah, terutama dalam
menghasilkan dan melepaskan nitric oxide (NO). Berkurangnya sintesis
dan/atau ketersediaan NO berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah, inflamasi, adhesi, trombosis, dan berkurangnya kemampuan vasodilatasi.
Selain itu abnormalitas fungsi endotel berhubungan dengan sejumlah faktor
penyakit kardiovaskuler.
Peningkatan
asam lemak bebas dari hasil sel-sel lemak pada individu yang mengalami obesitas
berperan dalam terjadinya resistensi insulin. Penurunan kebugaran
kardiorespirasi merupakan pertanda awal terjadinya resistensi insulin pada
orang yang menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2. Tahap awal terjadinya
resistensi insulin pada pasien DM tipe 2 adalah terganggunya aktivitas
mitokondria. Insulin memainkan peranan yang penting dalam meregulasi fungsi transporter
anion di mitokondria selama terjadinya siklus Kreb. Jika mitokondria terganggu
maka konsumsi glukosa dan oksigen akan terganggu dan hal ini akan berdampak
pada kemampuan seseorang untuk memiliki tingkat kebugaran yang baik.
Pada
individu yang mengalami obesitas, terjadi pelepasan sitokin, khususnya IL-6,
yang menstimulasi faktor-faktor proinflamasi. Selain itu, juga terjadi
peningkatan sekresi protrombin activator inhibitor-1 dari sel-sel lemak
yang membuat orang obesitas memiliki faktor prokoagulan yang lebih sensitif.
Hal ini kemudian berpengaruh pada fungsi endotel dan akan meningkatkan risiko
penyakit jantung dan hipertensi. Produksi estrogen dari massa stroma memainkan
peranan dalam risiko terjadinya kanker payudara. Keseluruhan efek ini akan
meningkatkan risiko terjadinya pemendekan usia harapan hidup.
Jumlah
lemak tubuh yang berlebihan juga akan menghambat fungsi jantung pada saat
melakukan latihan. Hal ini terjadi karena otot-otot yang aktif bekerja pada
saat latihan gagal untuk melakukan ekstraksi oksigen akibat deposisi jaringan
lemak yang tidak proporsional. Pada individu yang kehilangan berat badan selama
program penurunan berat badan, terjadi peningkatan VO2max
karena
terjadi pengurangan jumlah lemak yang dapat menghambat penggunaan oksigen oleh
otot.
Tekanan
darah meningkat pada individu yang kelebihan berat badan. Hipertensi pada orang
yang kelebihan berat sangat berkaitan dengan terganggunya aktivitas saraf
simpatik. Pada individu yang mengalami kegemukan terjadi peningkatan nerve
firing rate dibanding individu dengan berat badan normal. Akibatnya terjadi
peningkatan yang tidak seimbang dalam output jantung karena peningkatan
aktivitas simpatik yang meningkatkan tekanan darah. Selain itu juga terjadi
peningkatan resistensi perifer. Kegemukan dan hipertensi berinteraksi dengan
fungsi jantung.
Obesitas
dikaitkan dengan tingginya prevalensi hipertrofi ventrikel kiri. Pola yang
paling umum dari geometri ventrikel kiri pada orang gemuk adalah hipertrofi
konsentris. Kombinasi kelebihan berat badan dan hipertensi menyebabkan
penebalan dinding ventrikel sehingga terjadi hipertrofi ventrikel. Hipertrofi
ventrikel akan menyebabkan volume jantung menjadi lebih besar sehingga
kemungkinan besar dapat terjadi gagal jantung. Penyebab lain terjadinya
hipertrofi ventrikel kiri pada obesitas termasuk efek trofik dari hormon yang
disekresikan lemak. Bila fungsi jantung terganggu atau menurun maka kebugaran
kardiorespirasi akan terganggu juga.
Peningkatan
lemak tubuh memberikan dampak yang signifikan hamper pada semua sistem yang ada
di dalam tubuh manusia. Tingginya deposisi lemak akan memengaruhi cardiac
output karena terjadi penebalan ventrikel. Akibatnya jumlah darah yang
dipompakan menjadi lebih sedikit, oksigen yang diedarkan ke otot yang sedang
bekerja juga menjadi sedikit. Deposisi lemak juga akan menghambat otot dalam
menggunakan pasokan oksigen dari darah. Hal ini diperburuk dengan peningkatan
resistensi pembuluh darah akibat penumpukan lemak yang dapat menghambat
pendistribusian oksigen ke seluruh sel dalam tubuh. Semua hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya ambilan oksigen. Jika hal ini terus menerus terjadi
maka akan terjadi penurunan dalam kebugaran kardiorespirasi seseorang.
Penurunan kardiorespirasi akan memperburuk dampak negatif yang telah
ditimbulkan dari peningkatan lemak tubuh, akibatnya risiko morbiditas dan
mortalitas yang ditimbulkan menjadi meningkat.
Pada
individu yang overweight dan obese, tubuh akan menjadi kurang
sensitif dan terjadi keterbatasan tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas
seharihari secara leluasa. Obesitas akan memberikan beban yang terlalu berat
untuk jantung dengan meningkatnya low density lipoprotein (LDL) dan
menurunnya high density lipoprotein (HDL). Beban yang terlalu berat akan
mengganggu fungsi jantung, bahkan dapat menyebabkan gagal jantung. Hal ini
dapat diinterpretasikan sebagai penurunan kebugaran kardiorespirasi.
Obesitas
berhubungan dengan resistensi insulin yang akan berakibat terjadinya
hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia akan meningkatkan tekanan darah secara
langsung dengan peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus renalis bagian distal
dan secara tidak langsung melalui perangsangan sistem saraf simpatis serta
augmentasi angiotensin II yang diperantarai oleh sekresi aldosteron. Hal ini
menunjukkan bahwa obesitas memainkan peranan penting dalam inisiasi dan
perkembangan hipertensi.
Kebugaran
kardiorespirasi bukan hanya merupakan alat ukur objektif dalam menilai
kebiasaan aktivitas fisik, tetapi juga berguna sebagai indicator diagnostik dan
prognostik pada pasien klinis.
Aktivitas
fisik dan kebugaran kardiorespirasi adalah determinan yang penting dan bersifat
dependen sebagai penentu kematian pada individu yang overweight dan
obesitas. Rendahnya aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi juga
berhubungan dengan meningkatnya tingkat mortalitas pada individu dengan
diabetes. Ada hubungan terbalik antara angka kematian dengan tingkat kebugaran
pada orang dengan normoweight, overweight, maupun individu yang
obesitas.
Rendahnya
kebugaran kardiorespirasi berhubungan kuat dengan tingginya risiko semua
penyebab kematian pada pria dengan diabetes dan hubungan ini berlaku baik untuk
normoweight, overweight, dan obese. Kebugaran yang lebih
tinggi berbanding terbalik dengan kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada
pria dengan diabetes pada IMT normoweight, overweight, atau obese
kelas I. Walaupun kebugaran kardiorespirasi dipengaruhi oleh komponen
genetik (25% -40%), cukup jelas jika latihan fisik yang regular adalah penentu
kebugaran.
Berdasarkan
penelitian Ross dan Janiszewski (2008), pada individu yang mengalami obesitas
yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler sebaiknya disarankan untuk
melakukan olahraga yang menurunkan berat badan karena akan memberikan efek yang
besar dalam menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini
dilakukan karena setelah berolahraga terjadi perbaikan dalam beberapa faktor
risiko penyakit kardiometabolik, contohnya, resistensi insulin akan membaik
kurang lebih 20% setelah olahraga aerobik selama satu jam pada orang yang
sehat, orang yang mengalami resistensi insulin, maupun orang dengan diabetes.
Perbaikan ini sebanding dengan intervensi farmakologi.
Olahraga
aerobik selama satu jam juga akan menurunkan trigliserida sampai 10% - 25% dan
meningkatkan kolesterol HDL 7% - 15% serta dapat menurunkan tekanan darah.
Olahraga akan memengaruhi komposisi tubuh terutama mengurangi lemak viseral,
selain itu akan memperbaiki fungsi glucose transporter 4 (GLUT 4)
di otot rangka dan meningkatkan efisiensi metabolism pada otot.
mau tanya, mengukur densitas tubuh perempuan khan menggunakan X2 (triceps, suprailiac, dan front fhigh) supaya dia menjadi satu kesatuan X2, hasil pengukuran tiga parameter tersebut di jumlahkan atau dikalikan ya?
BalasHapusthanks sebelumnya.. pustaka nya dari mana ya??