Kamis, 13 Februari 2014

BODY COMPOSITION



BODY COMPOSITION
Obesitas merupakan masalah klasik yang dialami masyarakat saat ini. Masalah ini mempengaruhi sebagian besar penduduk dan mempengaruhi kesehatan dan panjangnya umur seseorang. Obesitas merupakan penyebab atau berkolabrasi dengan masalah kesehatan seperti diabetes, penyakit jantung coroner, dan hipertensi (tekanan darah tinggi). Efek psikologi yang diakibatkan oleh obesitas adalah depresi, kurang percaya diri, mengasihani diri sendiri. Penderita obesitas mengalami komentar negatif oleh rekan-rekan, tidak dipilih oleh tim, bahkan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.


Masyarakat saat ini sangat disibukkan dengan permasalahan obesitas. Dokter dan pasien penderita obesitas terlibat dalam upaya untuk memperbaikinya. Data dari survei wawancara kesehatan nasional 1985 (19) menunjukkan bahwa 45% dari perempuan dan 27% laki-laki yang mencoba untuk menurunkan berat badan. Penurunan berat badan adalah industri bernilai miliaran dolar, program khusus ditujukan untuk memanajemen berat badan telah menyebar dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, masalah obesitas tetap ada dalam masyarakat saat ini.
Berat badan terdiri dari banyak komponen. Total berat badan, yang meliputi tulang, otot, lemak, darah, dan jeroan, dibagi menjadi massa tubuh tanpa lemak dan massa lemak. Massa tubuh tanpa lemak adalah berat semua jaringan tubuh kecuali lemak. Lemak tubuh disimpan dalam berbagai organ tubuh, seperti jantung, hati, paru-paru, dan otak. Selain itu, lemak tubuh disimpan dalam jaringan adiposa, termasuk lemak yang berbagai organ serta lapisan subkutan lemak tepat di bawah kulit. Beberapa lemak tubuh adalah penting sebagai menyimpan energi, untuk perlindungan organ internal, sebagai komponen saraf dan membran sel, dan sebagai isolasi terhadap kehilangan panas. Lemak tubuh yang penting adalah 3% sampai 5% dan 11% sampai 14% dari total berat badan untuk pria dewasa dan wanita. Nilai-nilai ini merupakan batas bawah dari lemak tubuh diperlukan untuk menjaga kesehatan yang baik.
Jumlah dan penumpukan lemak berbeda antara individu dan antara jenis kelamin. Jumlah lemak lebih besar pada wanita diduga berkaitan dengan fungsi melahirkan. Pola penumpukan lemak secara genetik unik untuk setiap individu. Hormon estrogen yang lebih tinggi menjadi faktor penyebab penumpukan lemak di paha, pantat, dan payudara pada wanita. Pria memiliki lemak minimal di daerah-daerah karena mereka memiliki tingkat estrogen yang lebih rendah. Seorang pria lebih cenderung memiliki lemak di punggung, perut bagian bawah, dan di bagian atas kristailiaka (iliac crest).
Perbedaan antara kelebihan berat badan (overweight) dan menjadi lebih gemuk (over fat) merupakan perbedaan penting. Kegemukan sering didefinisikan sebagai 10% lebih dari titik tengah kisaran berat badan normal di tabel asuransi jiwa metropolitan. Sayangnya, hal ini tidak mempertimbangkan jumlah lemak tubuh. Wanita dikatakan obesitas jika memiliki lemak tubuh lebih dari 32% dan pria dikatakan obesitas jika memiliki lemak tubuh lebih dari 25%.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tidak hanya jumlah persen lemak dalam tubuh, tetapi juga daerah tempat lemak (regional fat distribution) juga harus dipertimbangkan. Kelebihan lemak di daerah perut dikaitkan dengan risiko lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular dan kejadian yang lebih besar diabetes Tipe II (non-insulin dependent). Dalam menentukan daerah distribusi lemak tubuh untuk pengukuran kebugaran, pengukuran juga harus dilakukan dari pinggang dan hipcircumferences. Ukuran lingkar pinggang-pinggul yang lebih besar dari 0,8 dan 0,9 untuk perempuan dan laki-laki dapat berkaitkan dengan risiko yang lebih besar mengalami hipertrigliseridemia, diabetes tipe II, Hiperinsulinemia, dan hipertensi. Sebuah lemak yang diominan di perut dan ukuran lingkar pinggang-pinggul yang tinggi merupakan ciri khas dari android-type obesity , jenis obesitas yang melibatkan hypertrophy (peningkatan ukuran sel-sel lemak) dan Gynaid-type obesity yang ditandai dengan penumpukan lemak yang lebih besar pada bagian bokong, pinggul, dan paha, tetapi ukuran lingkar pinggang-pinggul lebih rendah, dan hyperplasia (peningkatan jumlah sel-sel lemak).
Kata Kunci. Daerah distribusi lemak tubuh berhubungan dengan risiko penyakit jantung dan diabetes. Sebuah ukuran lingkar pinggang-pinggul yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tersebut.
Penelitian telah menunjukkan bahwa jumlah dan ukuran sel-sel lemak dalam tubuh juga merupakan kriteria penting dalam tingkat kegemukan. Pada orang dewasa, pada saat berkurang atau bertambahnya lemak tubuh  hal ini hanya akan mempengaruhi dalam ukuran sel lemak (hypertrophy), dan tidak ada perubahan dalam jumlah sel-sel lemak (hyperplasia). Untuk anak-anak, , obesitas terjadi ketika ada peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel lemak (hypertrophy and hyperplasia), hal ini juga diyakini terkait dengan kesulitan anak obesitas untuk terhindar dari obesitas dan sulitnya menurunkan berat badan. Beberapa studi menunjukkan bahwa peningkatan sel-sel lemak dapat menyebabkan tidak berfungsinya pengaturan metabolik yang membuat sulit bagi seseorang dengan jumlah sel-sel lemak yang besar untuk menurunkan berat badan dan mempertahankan penurunan berat badan.
Kesulitan yang dialami oleh penderita obesitas yang mencoba untuk mempertahankan berat badan telah digunakan untuk menjelaskan upaya fisiologis oleh tubuh untuk menjaga berat badan dan kegemukan tubuh dalam kisaran tertentu. Konsep berat badan alami (natural weight) untuk setiap individu dikenal sebagai set-point theory. Adalah penting untuk mengenali bahwa berat badan alami, hal ini adalah konsep teoritis dan bukan mekanisme fisiologis yang sebenarnya. Booth (3) telah mengusulkan kedua model fisiologis dan kognitif konsep set point theory. Menurut model set-point theory, berat badan diatur oleh hipotalamus karena menerima masukan mengenai tingkat glukosa darah, jumlah lemak yang disimpan dalam sel lemak, dan berat badan. Asupan makanan diatur (menurun atau meningkat) berdasarkan masukan ini sehingga berat badan set-point dapat dipertahankan. Meskipun diet tidak mempengaruhi set point, olahraga tampaknya memiliki pengaruh untuk penurunan berat badan. Model set-point kognitif berfokus pada efek dari pengaruh lingkungan dan kognitif pada berat badan. Informasi yang diterima tentang penampilan, berat badan, ukuran pakaian, kesehatan, dan sebagainya menyebabkan pola makan dan aktivitas fisik yang dirancang untuk membawa berat badan sesuai dengan berat badan ideal yang dirasakan.

A.      EVALUATION OF BODY FATNESS (penilaian kegemukan tubuh)
Aktivitas aerobik merupakan pilihan utama yang banyak ditawarkan oleh pusat-pusat kebugaran sebagai sarana untuk memperoleh berat badan yang ideal. Pada kenyataannya berat badan yang ideal tidak dapat terlepas dari proporsi komponen-komponen badan yang ideal pula yang biasanya dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan. Komponen-komponen badan yang sangat penting adalah persentase lemak badan dan Lean Body Weight (LBW) yaitu berat komponen badan selain lemak. LBW dapat berupa tulang (kerangka), otot , organ, dan cairan ekstraseluler. Holliday (1978: 117- 20) berpendapat bahwa secara garis besar badan manusia tersusun atas 40% otot, 10% organ, 15-30% jaringan adiposa , 15% kerangka dan 25% sisanya berupa cairan ekstraseluler. Jaringan adiposa tersusun atas sel-sel adiposit dan struktur penyokongnya dan terutama terdapat di kulit atau jaringan di bawah kulit. Pada individu normal 65-70% dari jaringan adiposa berupa lemak dan sekitar 10-20% dari berat badan adalah lemak.
Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak badan antar seks yang terutama dipengaruhi oleh faktor hormonal. Pada wanita terdapat lemak spesifik yang timbul pada masa pubertas yang merupakan tanda kelamin sekunder yang biasanya ditimbun di payudara,lengan atas, perut bagian bawah, alat genital dan paha. Sehingga berbeda dengan pria, pada wanita setelah mengalami pubertas mempunyai pola distribusi lemak yang khas. Sedangkan pada pria tidak terdapat pola yang khas setelah pubertas dan biasanya hanya terjadi penimbunan di dinding depad abdomen (Bannister et al., 1995: 78). Menurut McArdle et al. (1986 : 506-8) meskipun nilai storage fat (sebagai cadangan energi) pada laki-laki dan wanita mempunyai rata-rata yang tidak jauh berbeda sekitar 12% dan 15% dari berat badan, tetapi mempunyai perbedaan yang sangat besar pada essensial fat-nya (untuk menjaga fungsi fisiologis organ), yaitu sekitar 12% pada wanita dan 3% pada laki-laki.
Lemak badan yang sebagian besar tertimbun di jaringan bawah kulit (lemak subkutan) dapat berfungsi sebagai cadangan energi. Aktivitas aerobik yang mempunyai pengaruh besar pada lemak badan adalah semua aktivitas aerobik yang dilakukan pada intensitas rendah sampai sedang. Selain itu aktivitas aerobik juga dapat meningkatkan besaran LBW, yang terutama disebabkan karena perubahan volume dan massa otot rangka. Sehingga dengan melakukan aktivitas aerobik dapat terjadi penurunan berat badan karena turunnya persentase lemak badan total. Namun dapat pula tidak terjadi perubahan berat badan atau bahkan terjadi peningkatan, karena meskipun persentase lemak badan total berkurang dapat pula terjadi peningkatan LBW karena adanya peningkatan massa dan volume otot (Wilmore, 1973 : 115-9).
Kemajuan yang pesat dibidang teknologi dan kedokteran akan memberikan peluang yang sangat luas untuk dapat memprediksi komposisi badan dengan menggunakan berbagai alat dari alat yang bersifat konfensional sampai dengan alat yang sangat canggih. Pada dasarnya dikenal dua metode dasar yaitu secara langsung (direct) atau tak langsung (indirect). Pemeriksaan secara langsung hanya dapat dilakukan pada mayat (cadaver) dengan melakukan analisis kimiawi terhadap seluruh jaringan badan, untuk kemudian dihitung masing-masing komponen penyusun badan secara langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menilai komposisi badan seseorang yang masih hidup, sehingga cara ini hampir tidak pernah dilakukan secara luas untuk menilai keberhasilan suatu program latihan. Pada pemeriksaan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan dilusi isotop, analisis aktivasi neutron, penghitungan potasium-40, metode hydrostatic weighing, metode rongenologi dengan menggunakan x-ray, metode ultrasoundographi (USG), metode CT scan (Computerized Tomographi Scanning), metode Bioelectrical Impedence Analysis (BIA), dan metode anthropometris dengan menggunakan teknik skinfold. Dari sembilan macam pemeriksaan secara tidak langsung ini hanya ada enam macam yang sering dilakukan yaitu metode hydrostatic weighing, metode rongenologi, metode ultrasoundographi, metode CT scan, metode Bioelectrical Impedence Analysis dan metode anthropometris (McArdle et al 1986 : 490).
Pada pemeriksaan secara tidak langsung harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan agar hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan cara langsung. Namun dewasa ini telah diakui bahwa sebagai patokan standar untuk uji validitas dan reliabilitas dapat digunakan metode hydrostatic weighing dengan teknik Under Water Weighing (UWW) karena pada teknik ini hampir tidak terdapat variabel pengganggu (Eston et al., 1995: 52-6; Housh et al., 1996: 1331-35; dan Rush et al., 1997: 2-7). Sehingga beberapa metode pemeriksaan yang akan digunakan harus dilakukan cross- validation dengan metode UWW sebagai standar penilaian hasilpemeriksaan.
Evaluasi komposisi tubuh sangat penting sebelum membuat program spesifik tentang kebutuhan seseorang untuk menaikan atau menurunkan berat badan. Berikut akan dijelaskan beberapa macam evaluasi komposisi tubuh:
1.    Berat Badan Relatif
Bila yang ditanyakan adalah kurus atau gemuknya seseorang, ukuran untuk menentukan seseorang disebut kurus atau gemuk adalah berdasarkan Berat Badan relatif (BBR).
Rumusnya : Berat Badan (dalam Kg) dibagi Tinggi Badan (dalam cm) yang dikurangi 100 yang kemudian dikalikan 100%.
BBR = BB : (TB-100) x 100%
Penilaian berdasarkan berat badan relatif :
Kategori
Persentase
Kurus (underweight)
<90%
Normal (ideal)
90 - 110%
Gemuk (overweight)
>110%.
Obesitas

>120%
Ringan
120 - 130%
Sedang
130 - 140%
Berat
140 - 200%
Morbid
200%

Contoh:
Berat badan seseorang adalah 40 kg dan tinggi badan 148 cm,
maka didapat 40 / (148 -100) = 40 / 48 = 0,8333 X 100% = 83, 3%
(83,3 % < 90%, kategori kurus).
2.    Body Mass Index (BMI)
Dalam mengungkapkan tinggi dan berat badan yang berkaitan dengan kegemukan tubuh dapat digunakan cara penghitungan dengan indeks massa tubuh (BMI), BMI = berat badan (kg) / Tinggi ² (m) misalnya, seorang pria dengan tinggi 178 cm dan berat 77 kg memiliki BMI dari 24,3 kg / m ² yang berasal dari (77 ÷ 1,78 ²). Dalam Framingham Heart Study, menyimpulkan adanya hubungan positif yang signifikan antara BMI dan tekanan darah, kadar trigliserida serum yang tinggi, kolesterol total tinggi, tingkat HDL-kolesterol rendah, dan intoleransi glukosa. Sebuah studi Framingham mendukung temuan sebelumnya dengan menunjukkan hubungan yang signifikan antara BMI yang tinggi dan penyakit jantung dan diabetes. Bagi wanita, BMI yang diharapkan  adalah 21 hingga 23 kg / m². risiko penyakit kardiovaskular meningkat tajam pada BMI sekitar 27,8 kg / m² untuk pria dan 27,3 kg / m² untuk perempuan.
Menyadari pentingnya hasil dari timbangan berat badan, dan dapat mencatat hasilnya secara akurat. Sehingga perlu mengetahui penggunaan timbangan berat badan secara benar. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berat tubuh, hasil timbangan dapat bervariasi pada saat melakukan penimbangan siang hari karena sebagai akibat dari makanan yang dimakan, eliminasi urin dan tinja, dan hilangnya keringat. Faktor-faktor tertentu dapat menyebabkan kehilangan sementara atau retensi air. Diet rendah karbohidrat, dapat menjadi penyebab langsung penurunan berat badan air akibat yang dikeluarkan oleh tubuh. Penurunan berat badan ini hanya bersifat sementara, dan tubuh akan kembali ke berat badan aslinya ketika asupan karbohidrat yang dipulihkan kembali. Diare juga dapat menyebabkan penurunan berat badan sementara untuk alasan yang sama. Hal lain, diet tinggi karbohidrat atau menstruasi dapat menyebabkan retensi air dan penambahan berat badan sementara. Ini tidak berhubungan dengan perubahan dalam jaringan adiposa. berikut adalah hal yang disarankan dalam melakukan penimbangan berat badan:
a.    Pengukuran berat badan harus dilakukan sebelum sarapan, dan setelah kandung kemih telah dikosongkan
b.    Pakaian yang digunakan harus ringan dan dilakukan tanpa menggunakan alas kaki (sepatu).
c.    Pengukuran harus akurat dan di catat dan dibandingkan dengan pengukuran berat badan sebelumnya untuk menentukan kemungkinan penurunan berat badan.
Komposisi tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak dan jaringan bebas lemak dalam tubuh. Penilaian komposisi tubuh diperlukan untuk berbagai alasan. Ada korelasi kuat antara obesitas dan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis (penyakit arteri koroner), diabetes, hipertensi, kanker tertentu, hiperlipidemia. Menilai komposisi tubuh dapat membantu untuk menetapkan berat badan yang optimal bagi kesehatan dan kinerja fisik (ACSM, 2008).
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan menggunakan persamaan berat badan dalam kilogram/kuadrat tinggi badan dalam meter. Untuk Asia Pasifik, WHO mengklasifikasikan IMT sebagai berikut:
Tabel 1.1 Klasifikasi IMT Berdasarkan WHO untuk Asia Pasifik
IMT (kg/m2)
Kategori
< 18.5
Underweight
18.5 – 22.9
Normoweight
23 – 24.9
Overweight
> 25
Obese
Sumber: So dan Choi, 2010

Body Mass Index Classifications
Classification
Risk
BMI Score
Underweight
Moderate
less than 18.5
Normal
Very low
18.5 - 24.9
Overweight
Low
25.0 - 29.9
Obese Class 1
Moderate
30.0 - 34.9
Obese class 2
High
35.0 - 39.9
Extreme obesity
Very high
greater than 40.0

Penggunaan IMT sebagai parameter dalam menentukan total lemak tubuh seseorang memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan dibanding cara yang lain. Pengukuran IMT dapat memperkirakan total lemak tubuh dengan perhitungan yang sederhana, cepat, dan murah dalam populasi tertentu. Pengukuran IMT rutin dilakukan dan sering digunakan dalam studi-studi epidemiologi. Namun kelemahannya, IMT tidak dapat menjelaskan tentang distribusi lemak dalam tubuh seperti pada obesitas sentral maupun obesitas abdominal maupun menggambarkan jaringan lemak viseral. Nilai IMT berbeda dalam ras/etnis tertentu dan tidak membedakan antara laki-laki maupun perempuan. Nilai IMT yang tinggi belum tentu karena jaringan lemak tapi dapat juga karena jaringan otot (Thang et al., 2006; Shakher et al., 2004 dalam Tomlinson et al., 2008).
3.    Underwater Weighing
Metode ini menggunakan prinsip Archimedes bahwa berat badan yang hilang setelah badan dimasukkan kedalam air sama dengan berat dari volume air yang dipindahkan. Dalam hal ini bila suhu air adalah 4 °C maka 1 gr air ekivalen dengan 1cc air dan 1kg air ekivalen dengan 1liter air. Namun apabila suhu air lebih dari 4°C harus dilakukan koreksi seperti yang tertera pada tabel 1.
TEMPERATUR (°C)
DENSITAS
TEMPERATUR (°C)
DENSITAS
4
10
15
20
25
26
27
28
29
30
1,00000
0,99973
0,99913
0,99823
0.99707
0.99681
0,99654
0,99626
0,99595
0,99567
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
0.99537
0,99505
0,99473
0,99440
0,99406
0.99371
0,99336
0,99299
0,99262
0,99224
Tabel 1. Koreksi densitas air pada beberapa suhu yang berbeda

Pada metode ini akan diperoleh volume badan yang dapat dilakukan melalui dua teknik yaitu water displacement dan under water weighing (UWW). Pada teknik water displacement sebelum subyek dimasukkan ke dalam air, diukur terlebih dahulu volume residual paru sebagai faktor koreksi. Setelah subyek dimasukkan kedalam air, maka volume air yang dipindahkan diukur dan didapatkan sebagai volume badan total setelah dikurangi dengan volume residual paru. Sedangkan pada teknik UWW akan diperoleh volume badan yang nilainya sama dengan kehilangan berat badan dalam air setelah dikoreksi dengan rata-rata temperatur air (tabel 1). Kehilangan berat badan dalam air dapat dihitung dari selisih antara berat badan di atmosfir dan berat badan di dalam air (McArdle et al., 1986).
Pengukuran volume residual paru dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara langsung dengan menggunakan spirometer dan secara tidak langsung dengan perhitungan menggunakan persamaan regresi. Namun pada persamaan ini dibedakan antar ras-ras tertentu :
RV = 0,0116 umur (th) + 0,0447 TB (cm) - 0,0167 BB (kg) - 5,392
Untuk ras kaukasid dengan persamaan dari Goldman dan Backlake :
RV = 2,7 TB (m) + 0,017 umur (th) -3,45
RV : volume residual paru
TB : tinggi badan
BB : berat badan
Untuk ras mongolid (Asia) dengan persamaan dari DaCosta:
Dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh persentase lemak badan total dan LBW dengan terlebih dahulu menghitung densitas badan dan berat lemak sebagai berikut :
           massa                  Ma
Db = --------- = ----------------------------
         Volume        (Ma - Mw) - RV
                                    Dw
Db : densitas badan
Ma : berat badan di atmosfer (kg)
Mw: berat badan di dalam air (kg)
Dw : koreksi temperatur air
RV : vilume residual paru
Persentase lemak badan (Brozek) = [(4,971 / Db) - 4,519]
Berat Lemak = (persentase lemak badan / 100) x Berat Badan
LBW = Berat Badan - Berat lemak
Sehingga pada metode ini, prediksi terhadap beberapa komponen penyusun badan, seperti lemak, dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu densitas badannya. Sehingga nilai prediksi yang diperoleh akan mendekati nilai prediksi yang dilakukan secara langsung dengan metode analisis kimiawi.
Key Point. Hydrostatic, atau Underwater weighing adalah teknik yang paling akurat untuk menentukan kepadatan tubuh (body density), sehingga percent body fatness dapat dihitung. Untuk akurasi yang tinggi, disarankan volume residu harus diukur bukan diperkirakan.

4.    Skinfold Method
Metode anthropometris dengan teknik skinfold merupakam metode yang paling banyak diminati dalam memprediksi persentase lemak badan total maupun segmental. Penilaian persentase lemak badan total penting artinya karena dengan mengetahui persentase lemak badan total akan dapat diketahui juga status perlemakan serta proporsi lemak badan terhadap jaringan non-lemak. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menilai tingkat keberhasilan program latihan fisik. Komposisi tubuh yang ditentukan dari pengukuran lipatan kulit sangat berkolerasi (r ≥ 0,80) dengan komposisi tubuh yang ditentukan oleh penimbangan hidrostatik. Prinsip yang melatarbelakangi teknik ini adalah jumlah lemak subkutan sebanding (kurang lebih 50% dari) jumlah total lemak tubuh. Table 4-1 menyajikan uraian standar dari tempat lipatan kulit dan prosedur-prosedurnya.
Pengukuran skinfold-thickness dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun pada anthropometri olahraga biasanya pengukuran dilakukan pada sisi kanan badan dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skinfold caliper dengan satuan milimeter. Masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali kemudian nilai yang diperoleh merupakan nilai rata-rata jika pengukuran dilakukan dua kali dan nilai median bila pengukuran dilakukan tiga kali. Pengukuran dilakukan pada subyek dalam keadaan relaksasi pada posisi berdiri tegak dengan lengan tergantung bebas di sisi kanan kiri badan. Namun tidak menutup kemungkinan dilakukannya perubahan posisi subyek untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran.
Ada beberapa lokasi pengukuran spesifik yang biasanya dilakukan (Norton & Old, 1998: 47-53) :
a.    Subscapular skinfold. Subyek dalam posisi berdiri tegak dengan kedua lengan disamping badan. Ibu jari meraba badian bawah angulus inferior scapulae untuk mengetahui tepi bagian tersebut. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri diambil tepat di inferior angulus inferior scapulae. Cubitan pada kulit dilakukan dengan arah cubitan miring ke lateral bawah membentuk sudut 45° terhadap garis horisontal.
b.    Abdominal skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal, kurang lebih 5 cm lateral umbilikus (setinggi umbilikus).
c.    Suprailiac / supraspinale skinfold. Cubitan dilakukan pada daerah (titik) perpotongan antara garis yang terbentang dari spina iliaca anterior superior (SIAS) ke batas anterior axilla dan garis horisontal yang melalui tepi atas crista illiaca. Titik ini terletak sekitar 5 – 7 cm di atas SIAS tergantung pada ukuran subyek dewasa, dan lebih kecil pada anak-anak atau sekitar 2 cm. Arah cubitan membentuk sudut 45° terhadap garis horisontal.
d.   Iliac crest skinfold. Cubitan dilakukan diatas crista iliaca pada ilio-axilla line. Subyek abduksi pada lengan kanan seluas 90 derajat atau menyilang dada dengan meletakkan tangan di bahu kiri. Jari-jari tangan kiri meraba crista iliaca dan menekannya sehingga jari-jari tersebut dapat meraba seluruh permukaan crista iliaca. Posisi jari-jari tersebut kemudian digantikan dengan ibu jari tangan yang sama, kemudian jari telunjuk ditempatkan kembali tepat di superior dari ibu jari dan akhirnya cubitan dilakukan dengan jari telunjuk dan ibu jari. Lipatan dilakukan pada pososi miring ke depan dengan sudut kurang lebih 45° terhadap garis horisontal.
e.    Midaxillary skinfold. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal setinggi sendi xiphosternal sepanjang garis ilio-axilla. Pengukuran dilakukan dengan posisi lengan kanan diabduksikan 90 derajat ke samping.
f.     Medial calf skinfold. Subyek dalam posisi duduk di kursi dengan sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat dan otot-otot betis dalam keadaan relaksasi. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada aspek medial betis yang mempunyai lingkar paling besar. Untuk menentukan lingkar terbesar pada betis dilakukan pengamatan dari sisi depan.
g.    Front thigh skinfold. Pengukur berdiri menghadap sisi kanan subyek. Subyek dalam posisi duduk di kursi dengan lutut fleksi 90 derajat. Cubitan dilakukan dengan arah vertikal pada garis tengah aspek anterior paha di pertengahan antara lipat paha dengan tepi atas patella.
h.    Triceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri pada sisi posterior mid acromiale-radiale line. Cubitan dilakukan pada permukaan paling posterior dari lengan atas pada daerah m. triceps brachii pada penampakan dari samping. Saat pengukuran lengan dalam keadaan relaksasi dengan sendi bahu sedikit eksorotasi dan sendi siku ekstensi di samping badan.
i.      Biceps skinfold. Cubitan dilakukan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri pada mid acromiale-radiale line sehingga arah cubitan vertikal dan paralel dengan aksis lengan atas. Subyek berdiri dengan lengan relaksasi serta sendi siku ekstensi dan sendi bahu sedikit eksorotasi. Cubitan dilakukan pada aspek paling anterior dari permukaan depan lengan atas pada penampakan dari samping.
j.      Chest skinfold. Cubitan dilakukan sedikit miring sesuai dengan lipatan ketiak depan sepanjang linea axillaris anterior.
Pengukuran-pengukuran tersebut sebaiknya jangan dilakukan segera setelah subyek melakukan latihan fisik atau perlombaan, mandi sauna, berenang atau mandi, selama latihan fisik, atau kondisi yang menyebabkan hiperemia karena dapat meningkatkan ketebalan lipatan kulit. Selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan peningkatan tebal lipatan kulit akibat perubahan turgidity kulit.
Teknik Skinfold Untuk Memprediksi Persentase Lemak Badan
Metode-metode yang akan digunakan untuk memprediksi persentase lemak badan harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum dilakukan. Metode anthropometris dengan teknik skinfold telah diuji silang validitas dan reliabilitasnya dengan teknik underwater weighing (UWW) yang dianggap sebagai standar. Eston et al.(1995: 52-6), Housh et al.(1996: 1331-5), dan Brandon (1998: 1155-61) telah melakukan uji validasi terhadap teknik skinfold dan menyimpulkan bahwa teknik skinfold mempunyai validitas yang cukup baik dalam memprediksi persentase lemak badan.
Persamaan-persamaan anthropometris ada dua macam cara dalam memprediksi persentase pemak badan. Ada persamaan yang langsung menghitung persentase lemak badan dari data skinfold yang sudah dikumpulkan, namun ada juga yang harus melalui penghitungan densitas badan terlebih dahulu sebelum dapat menghitung persentase lemak badan. Pada cara yang kedua ini setelah densitas badan dihitung berdasarkan data skinfold yang sudah didapat, maka nilai densitas tersebut dikonfersikan dalam rumus Siri atau Brozek sebagai berikut :
Rumus Siri :
Persentase lemak tubuh =  – 450
Rumus Brozek :
Persentase lemak tubuh = [ ( 4,971 / D ) – 4,519 ] x 100
D : densitas badan.
Pada dasarnya kedua rumus tersebut dapat digunakan, namun rumus Brozek yang ditemukan tahun 1963 mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dan merupakan penyempurnaan dari rumus Siri yang ditemukan sebelumnya (tahun 1956).
Persamaan untuk mencari densitas badan dibedakan antara pria dan wanita serta tidak dapat diterapkan begitu saja pada populasi yang berbeda-beda rasnya. Persamaan-persamaan yang telah ada ternyata hanya cocok diterapkan pada populasi kulit putih atau ras kaukasid. Sedangkan penggunaannya pada populasi lain selain ras kaukasid masih dipertanyakan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Rush et al. (1997: 2-7) yang meneliti wanita Eropa dan wanita Polinesia, serta Brandon (1998: 1155-61) yang meneliti wanita kulit putih dan wanita Afrika yang tinggal di Amerika. Dari penelitian-penelitian tersebut diperoleh perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok populasi dalam upaya memprediksi persentase lemak badan dengan menggunakan teknik skinfold. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa persamaan-persamaan yang telah ada sangat bersifat spesifik bagi populasi tertentu. Selain itu kesalahan yang timbul dengan penggunaan persamaan tersebut sangat kecil bila diterapkan pada populasi kaukasid dibandingkan bila diterapkan pada populasi lain selain kaukasid. Dengan kata lain berarti bahwa persamaan yang telah ada mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi bila diterapkan pada populasi kaukasid.
Brandon (1998: 1155-61) berpendapat bahwa antara populasi Afrika dan populasi kulit putih yang sama-sama tinggal di Amerika terdapat perbedaan densitas badannya. Hal ini disebabkan bahwa densitas tulang dan otot mempunyai nilai yang jauh lebih besar pada wanita Afrika jika dibandingkan dengan wanita kulit putih. Selain itu juga terdapat perbedaan pola penyebaran lemak subkutan. Pada wanita Afrika lemak subkutan banyak terlokalisasi pada daerah sentral (batang badan). Dari penelitian ini dapat dilihat pula bahwa perubahan gaya hidup serta perubahan pola makan pada populasi Afrika yang tinggal di Amerika tidak dapat merubah pola distribusi lemak. Sehingga sifat perbedaan ras mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap perbedaan pola distribusi lemak dibandingkan dengan faktor gaya hidup dan pola makan.
Dari beberapa persamaan yang telah ada, tingkat ketelitian dalam memprediksi persentase lemak badan sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak data lokasi skinfold yang digunakan dalam rumus tersebut. Ada persamaan yang hanya menggunakan satu atau dua data skinfold saja tetapi ada pula yang menggunakan data skinfold pada tujuh lokasi pengambilan skinfold. Pada dasarnya semakin banyak data lokasi skinfold yang digunakan dalam rumus maka ketepatan persamaan tersebut dalam memprediksi persentase lemak badan akan semakin besar pula.
Eston et al. (1995: 52-6) telah melakukan uji validitas terhadap tiga persamaan terhadap populasi Cina dewasa (ras mongolid). Ketiga persamaan anthropometris tersebut adalah :

Jackson dan Pollock (untuk populasi pria) :
D = 1,10938 – 0,0008267 (X1) + 0,0000016 (X1)2 – 0,0002574 (umur)

Jackson, Pollock dan Ward (untuk populasi wanita):
D = 1,0994921 – 0,0009929 (X2) + 0,0000023 (X2)2 – 0,0001392 (umur)

D : densitas badan
X1 : jumlah pengukuran skinfold pada chest, Abdomen, dan front thigh
X2 : jumlah pengukuran skinfold pada triceps, suprailiac, dan front thigh
Dalam penelitiannya disebutkan bahwa pada subyek wanita lokasi terbaik dalam memprediksi persentase lemak badan adalah triceps, supra iliac dan front thigh. Karena ketiga lokasi tersebut terdapat pada persamaan Jackson, Pollock dan Ward maka persamaan inilah yang cocok digunakan pada populasi wanita Cina. Sedangkan pada populasi pria ternyata hanya ada satu lokasi yang paling baik dalam memprediksi persentase lemak badan yaitu calf skinfold. Akan tetapi calf skinfold tidak terdapat dalam ketiga persamaan tersebut sehingga ketiga persamaan tersebut tidak dapat dipergunakan untuk populasi pria Cina. Namun dari perbandingannya dengan metode UWW akhirnya dapat ditemukan suatu persamaan regresi untuk memprediksi persentase lemak badan pada populasi pria Cina yaitu :
Persentase lemak tubuh = 5,87 + 1,37 (calf)
Populasi Indonesia merupakan populasi yang mempunyai ras yang sama dengan populasi Cina (ras mongolid) sehingga persamaan dari Jackson, Pollock dan Ward dapat digunakan untuk populasi wanita Indonesia. Sedangkan persamaan regresi dengan pengukuran calf skinfold dapat pula digunakan untuk populasi pria Indonesia.


5.    BIA (Bio-electrical Impedance Analysis)
BIA merupakan suatu metode untuk mengukur komposisi tubuh. Penggunaan BIA ini cukup mudah. Beberapa studi menunjukkan korelasi yang kuat antara BIA dengan total cairan tubuh menggunakan dilusi isotop, massa bebas lemak menurut hydrodensitometry dan total potasium tubuh pada orang dewasa normal dan obese ( Scholler et.al, dalam Kushner 1990). Saat ini metode BIA juga divalidasi untuk populasi pediatrik atau anak-anak ( Cordain L dan Houtkooper dalam Kushner, 1990). Pengukuran BIA untuk mengukur lemak tubuh menggunakan BB, TB, umur dan jenis kelamin sebagai parameter. BIA ini mudah digunakan, murah dan diproduksi secara massal (Deurenberg, 2001).
Penggunaan BIA pada studi skala besar dilakukan pada program National Health and Nutrition Survey III (NHANES III) pada lebih dari 16.000 anak dan orang dewasa di Amerika. BIA memeprkirakan jumlah massa bebas lemak dengan merekam hambatan atau resistensi elektrik dengan frekuensi 50kHz yang dialirkan pada tubuh. Semakin banyak otot, semakin banyak simpanan air maka semakin kecil hambatan yang mengalir melalui tubuh. Apabila hambatan semakin besar berarti massa bebas lemak semakin sedikit dan persen lemak tubuh lebih banyak. Perhitungan lemak tubuh dan massa bebas lemak menggunakan BIA membutuhkan data tinggi badan, berat badan, umur dan jenis kelamin (Chumlea dan Cieslak dalam Duncann, 2007).
Kemampuan BIA dalam membedakan lemak dan massa bebas lemak menggunakan prosedur yang non-invasive membuat alat ini dapat digunakan untuk mengkur komposisi tubuh, khususnya pada populasi anak. Higgins et al. dalam Duncann (2007) menyatakan bahwa resiko PJK meningkat apabila persen lemak tubuh pada anak laki-laki dan perempuan di Amerika lebih dari 20% . Studi lain menunjukkan bahwa batas persen lemak tubuh pada anak adalah antara 20%- 30% berdasarkan jenis kelamin.
BIA adalah metode tidak langsung untuk mengukur Total Body Water. BIA melepaskan gelombang listrik rendah ke tubuh dan mengukur hambatan aliran arus listrik. Elektrolit pada cairan tubuh adalah konduktor listrik. Bila jumlah arus listrik yang tertangkap BIA lebih sedikit, artinya jumlah cairan dalam tubuh rendah dan jumlah lemak lebih tinggi (Hills, 2007).
Schaefer et al., dalam Hills 2007 menyatakan bahwa pada pengukuran BIA, reliabilitas antar observer dan intra observer lebih tinggi dibanding dengan shinfold pada kelompok umur muda dengan rata-rata umur 11,8 tahun. Namun, perkiraan atau estimasi masa bebas lemak hampir sama antara BIA antropometri Okasora et al., 1999 membandingkan BIA dan DEXA sebagai metode pengukuran komposisi tubuh pada anak-anak dan menemukan hubungan korelasi yang kuat antara persen lemak tubuh. Massa bebas lemak dan jumlah/ konten lemak tubuh. Keterbatasan penelitian tersebut adalah rumus yang digunakan dari Brozek et al.(1963) yang kurang sesuai digunakan oleh kelompok muda karena tidak dapat melihat perbedaan komposisi massa bebas lemak pada kelompok umur muda. Brand dan Altman (1986) menganalisis kesalahan ukuran prediksi yang harus dipertimbangkan.
Untuk menentukan kesamaan antara 2 pengukuran teknik BIA dinilai sebagai pengukuran yang tepat untuk mengukur komposisi tubuh pada anak dan remaja, karena sifatnya non invasive, cepat, tidak menyakitkan, murah serta tidak membutuhkan keterampilan tinggi. Rumus Houtkeeper cocok untuk anak laki-laki dan perempuan umur 10-19 tahun. Reliabilitas metode tergantung jenis alat yang digunakan level hidrasi, postur, suhu lingkungan, dan atau suhu kulit, umur, jenis kelamin. Status atletik, status komposisi tubuh dan etnis menentukan pengukuran BIA. Idealnya, BIA digunakan untuk melihat perubahan dalam kurun waktu. Variabel biologi dan lingkungan seperti status hidrasi, waktu dan konsumsi makanan terakhir. Suhu kulit dan siklus menstruasi harus dikontrol (Hills et al., 2007).
B.       PENGHITUNGAN BERAT BADAN YANG DIINGINKAN
Setelah ditentukan berapa persen lemak dari berat badan seseorang, perhitungan sederhana digunakan untuk menentukan berat badan yang diinginkan berdasarkan pada saat berat badan ramping. Langkah-langkah yang ditunjukkan dalam persamaan Menghitung Diinginkan Berat.
Berbagai bobot yang diinginkan harus digunakan untuk memperhitungkan kesalahan pengukuran yang terkait dengan memperkirakan kegemukan tubuh. Sebagai contoh, seorang pria dengan kegemukan tubuh awal 23% mungkin memiliki 20% sebagai tujuan awal, diikuti oleh penurunan lebih lanjut untuk 18% atau lebih rendah harus diklasifikasikan dalam kategori kebugaran. Selanjutnya, individu harus dievaluasi ulang pada variabel ini ketika mereka telah mencapai titik setengah dari tujuan aslinya.
Karena begitu banyak faktor yang mempengaruhi berat badan dan kegemukan tubuh, membuat rekomendasi spesifik tentang lemak tubuh sulit. Berat badan yang diinginkan mungkin bervariasi dari setiap individu. Seorang atlet, misalnya, berharap untuk mempertahankan persentase lemak lebih rendah daripada kebugaran menginginkan individual untuk kesehatan yang positif. Akhirnya, karena dengan tingginya kadar kolesterol serum dan tekanan darah, masalah kesehatan meningkat secara progresif sebagai persen kegemukan tubuh melebihi apa yang direkomendasikan. Ada sedikit pertanyaan bahwa risiko kesehatan lebih besar bagi mereka dengan persen lemak tubuh lebih dari 25% dan 32% untuk pria dan wanita, masing-masing. Namun, ada alasan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari 26% menjadi 31% untuk perempuan dan 19% sampai 24% untuk laki-laki untuk mewakili "daerah abu-abu" dari potensi risiko yang satu harus hadir. Disarankan bahwa wanita dan pria harus menjaga persentase lemak tubuh dari 16% menjadi 25% dan 12% sampai 18%, masing-masing. Bagi orang yang memiliki persentase yang sangat tinggi dari lemak tubuh, tujuan pertama harus untuk mencapai dan mempertahankan nilai-nilai di "daerah abu-abu" dan, dengan evaluasi lebih lanjut, kemajuan ke arah nilai-nilai yang lebih rendah.
Tekanan sosial dan penekanan media pada tipis, model tipe tubuh dapat menyebabkan beberapa individu untuk menjadi terobsesi dengan citra tubuh, yang dapat berkembang menjadi gangguan makan anoreksia nervosa dan bulimia. Gangguan makan kronis, progresif, dan berpotensi fatal. Masalah sangat umum pada wanita muda, meskipun laki-laki juga terpengaruh. Anorexia nervosa biasanya dimulai sebagai diet penurunan berat badan normal, tetapi berkembang menjadi gangguan psikologis yang ditandai dengan diet obsesif dan ketakutan intens menjadi gemuk. Untuk tetap kurus, makanan melompat anoreksia, mungkin pergi beberapa hari tanpa makanan, dan sering latihan berlebihan. Anoreksia adalah gangguan psikologis yang serius dan memerlukan perhatian medis, karena jika tidak diobati dengan baik, kematian karena kelaparan mungkin terjadi. Bulimia ditandai oleh episode pesta-makan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan membersihkan makanan yang dimakan menggunakan self-induced muntah atau obat pencahar. Binges paling sering terjadi selama masa depresi, kecemasan, atau kesepian. Yang paling meresap gejala dari kedua gangguan makan adalah penyangkalan bahwa masalah ada atau bantuan yang diperlukan. Pengenalan dini dan pengobatan yang tepat oleh tenaga medis yang terlatih adalah kunci suksesnya pengobatan.

Equations to Calculate Desirable Weight
Fat weight = Current Weight X
Lean body weight (LBW) = current weight – fat weight
Desirable weight =
Desirable fat loss = present weight – desirable body weight
For example, assume a man weighs 190 lb and his body fat is 22 %. Fifteen percent is a desirable percent body fat for men.
Fat weight = 190 lb x  = 41.8 lb
LBW = 190 – 41.8 = 148.2 lb
Desirable weight =  = 174.4 lb
      Desirable fat loss = 190 – 174.4 lb = 15.6 lb
Keterangan: 1 Kg = 2.204623 lb/lbs
Body-Fat Norms Based on Percentage of body weight that is fat
Clasification
% Fat
Women
Men
Essential fat
11.0-14.0
3.0-5.0
Athletes
12.0-22.0
5.0-13.0
Fitness
16.0-25.0
12.0-18.0
Potential risk
26.0-31.0
19.0-24.0
Obese
32.0 and higher
25.0 and higher

Keterangan: Perempuan sebelum pubertas menggunakan skala laki-laki. Tidak ada alasan kesehatan untuk peningkatan lemak tubuh dengan usia. Jadi standar yang sama diterapkan untuk segala usia.
Secara mutlak persentase lemak tubuh yang sempurna itu tidak ada. Usia dan jenis kelamin memberikan kontribusi besar untuk nilai ideal, tetapi yang paling penting setiap orang / individu. Beberapa orang mungkin merasa dan melakukan lebih baik dengan persentase lemak tubuh yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain pada usia yang sama dan jenis kelamin. Dan itulah mengapa kisaran dan pedoman yang ada. Silahkan lihat pada tabel di bawah ini. Tabel pertama memberikan rentang persentase lemak tubuh yang ideal untuk masyarakat umum. Tabel kedua adalah persentase lemak tubuh rata-rata untuk atlet yang berbeda.

Body Fat Percentage for The Average Population
Age
Up to 30
30-50
50+
Females
14-21%
15-23%
16-25%
Males
9-15%
11-17%
12-19%

Average Body Fat Percentage of Athletes
Sport
Male
Female
Sport
Male
Female
Baseball
12-15%
12-18%
Rowing
6-14%
12-18%
Basketball
6-12%
20-27%
Shot Putters
16-20%
20-28%
Body building
5-8%
10-15%
Skiing (X country)
7-12%
16-22%
Cycling
5-15%
15-20%
Sprinters
8-10%
12-20%
Football (Backs)
9-12%
No data
Swimming
9-12%
14-24%
Football (Linemen)
15-19%
No data
Tennis
12-16%
16-24%
Gymnastics
5-12%
10-16%
Triathlon
5-12%
10-15%
High/long Jumpers
7-12%
10-18%
Volleyball
11-14%
16-25%
Ice/field Hockey
8-15%
12-18%
Weightlifters
9-16%
No data
Racquetball
8-13%
15-22%
Wrestlers
5-16%
No data
(Lower is Not Necessarily Better) Bawah tidak selalu lebih baik
Sebuah jumlah tertentu lemak tubuh sangat penting bagi tubuh untuk berfungsi secara normal dan sehat. Bahkan berjuang untuk persentase lemak tubuh yang terlalu rendah dapat berbahaya. Inilah alasannya:
Mengukur persentase lemak tubuh menghitung lemak tubuh total. Total lemak tubuh dapat dibagi menjadi 2 kategori:
§  Penyimpanan Lemak (Storage Fat): ini sebagian besar terdiri dari lemak yang disimpan tepat di bawah kulit/lemak subkutan. Penyimpanan lemak untuk  pria dan wanita cukup mirip. Untuk rata-rata pria 12% dari berat badan, dan untuk wanita rata-rata 15% dari berat badan.
§  Lemak Tubuh Penting (Essential Body Fat) - Untuk tubuh berfungsi secara normal dan sehat sejumlah lemak tubuh diperlukan. Ini disebut Essential fat. Untuk wanita rata-rata jumlah lemak yang penting adalah 12% dari berat badan dan untuk pria itu adalah 3%.
Untuk mencoba mencapai persentase lemak tubuh yang sangat rendah dapat mempengaruhi cadangan lemak essensial sehingga tidak bagus untuk kesehatan. Beberapa lemak penyimpanan juga dibutuhkan untuk kesehatan yang baik. Ini digunakan untuk melindungi organ dalam dada dan perut. Jadi ingat bertujuan untuk tinggal dalam jangkauan untuk usia dan jenis kelamin dan yakinlah untuk mengambil salah satu langkah yang paling positif untuk kesehatan seumur hidup.

KESIMPULAN
Ada banyak sekali faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan jaringan adiposa, salah satu yang dihipotesiskan adalah berkurangnya kebugaran kardiorespirasi. Kebugaran kardiorespirasi adalah salah satu faktor determinan kesehatan sepanjang hidup yang independen. Pada usia dewasa, tingginya kebugaran kardiorespirasi merupakan faktor proteksi terhadap penyakit kardiovaskuler dan semua penyebab mortalitas. Pada usia dewasa muda, kebugaran kardiorespirasi memiliki hubungan terbalik dengan tekanan darah, kolesterol total, dan penanda proinflamasi.
Kelebihan berat badan memberikan pengaruh buruk hampir pada semua sistem di dalam tubuh manusia. Pada dasarnya pengaruh buruk tersebut berasal dari 2 faktor:
1.    Peningkatan massa dari jaringan adipose
2.    Peningkatan sekresi produk patogenik dari sel-sel lemak yang membesar
Peningkatan jaringan adiposa, khususnya jaringan adiposa viseral, berhubungan dengan penurunan fungsi endotel pembuluh darah. Fungsi endotel mengacu pada kapasitas fungsional secara umum dari sel endotel pembuluh darah, terutama dalam menghasilkan dan melepaskan nitric oxide (NO). Berkurangnya sintesis dan/atau ketersediaan NO berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, inflamasi, adhesi, trombosis, dan berkurangnya kemampuan vasodilatasi. Selain itu abnormalitas fungsi endotel berhubungan dengan sejumlah faktor penyakit kardiovaskuler.
Peningkatan asam lemak bebas dari hasil sel-sel lemak pada individu yang mengalami obesitas berperan dalam terjadinya resistensi insulin. Penurunan kebugaran kardiorespirasi merupakan pertanda awal terjadinya resistensi insulin pada orang yang menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2. Tahap awal terjadinya resistensi insulin pada pasien DM tipe 2 adalah terganggunya aktivitas mitokondria. Insulin memainkan peranan yang penting dalam meregulasi fungsi transporter anion di mitokondria selama terjadinya siklus Kreb. Jika mitokondria terganggu maka konsumsi glukosa dan oksigen akan terganggu dan hal ini akan berdampak pada kemampuan seseorang untuk memiliki tingkat kebugaran yang baik.
Pada individu yang mengalami obesitas, terjadi pelepasan sitokin, khususnya IL-6, yang menstimulasi faktor-faktor proinflamasi. Selain itu, juga terjadi peningkatan sekresi protrombin activator inhibitor-1 dari sel-sel lemak yang membuat orang obesitas memiliki faktor prokoagulan yang lebih sensitif. Hal ini kemudian berpengaruh pada fungsi endotel dan akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Produksi estrogen dari massa stroma memainkan peranan dalam risiko terjadinya kanker payudara. Keseluruhan efek ini akan meningkatkan risiko terjadinya pemendekan usia harapan hidup.
Jumlah lemak tubuh yang berlebihan juga akan menghambat fungsi jantung pada saat melakukan latihan. Hal ini terjadi karena otot-otot yang aktif bekerja pada saat latihan gagal untuk melakukan ekstraksi oksigen akibat deposisi jaringan lemak yang tidak proporsional. Pada individu yang kehilangan berat badan selama program penurunan berat badan, terjadi peningkatan VO2max karena terjadi pengurangan jumlah lemak yang dapat menghambat penggunaan oksigen oleh otot.
Tekanan darah meningkat pada individu yang kelebihan berat badan. Hipertensi pada orang yang kelebihan berat sangat berkaitan dengan terganggunya aktivitas saraf simpatik. Pada individu yang mengalami kegemukan terjadi peningkatan nerve firing rate dibanding individu dengan berat badan normal. Akibatnya terjadi peningkatan yang tidak seimbang dalam output jantung karena peningkatan aktivitas simpatik yang meningkatkan tekanan darah. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer. Kegemukan dan hipertensi berinteraksi dengan fungsi jantung.
Obesitas dikaitkan dengan tingginya prevalensi hipertrofi ventrikel kiri. Pola yang paling umum dari geometri ventrikel kiri pada orang gemuk adalah hipertrofi konsentris. Kombinasi kelebihan berat badan dan hipertensi menyebabkan penebalan dinding ventrikel sehingga terjadi hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel akan menyebabkan volume jantung menjadi lebih besar sehingga kemungkinan besar dapat terjadi gagal jantung. Penyebab lain terjadinya hipertrofi ventrikel kiri pada obesitas termasuk efek trofik dari hormon yang disekresikan lemak. Bila fungsi jantung terganggu atau menurun maka kebugaran kardiorespirasi akan terganggu juga.
Peningkatan lemak tubuh memberikan dampak yang signifikan hamper pada semua sistem yang ada di dalam tubuh manusia. Tingginya deposisi lemak akan memengaruhi cardiac output karena terjadi penebalan ventrikel. Akibatnya jumlah darah yang dipompakan menjadi lebih sedikit, oksigen yang diedarkan ke otot yang sedang bekerja juga menjadi sedikit. Deposisi lemak juga akan menghambat otot dalam menggunakan pasokan oksigen dari darah. Hal ini diperburuk dengan peningkatan resistensi pembuluh darah akibat penumpukan lemak yang dapat menghambat pendistribusian oksigen ke seluruh sel dalam tubuh. Semua hal ini akan mengakibatkan berkurangnya ambilan oksigen. Jika hal ini terus menerus terjadi maka akan terjadi penurunan dalam kebugaran kardiorespirasi seseorang. Penurunan kardiorespirasi akan memperburuk dampak negatif yang telah ditimbulkan dari peningkatan lemak tubuh, akibatnya risiko morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan menjadi meningkat.
Pada individu yang overweight dan obese, tubuh akan menjadi kurang sensitif dan terjadi keterbatasan tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas seharihari secara leluasa. Obesitas akan memberikan beban yang terlalu berat untuk jantung dengan meningkatnya low density lipoprotein (LDL) dan menurunnya high density lipoprotein (HDL). Beban yang terlalu berat akan mengganggu fungsi jantung, bahkan dapat menyebabkan gagal jantung. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai penurunan kebugaran kardiorespirasi.
Obesitas berhubungan dengan resistensi insulin yang akan berakibat terjadinya hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia akan meningkatkan tekanan darah secara langsung dengan peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus renalis bagian distal dan secara tidak langsung melalui perangsangan sistem saraf simpatis serta augmentasi angiotensin II yang diperantarai oleh sekresi aldosteron. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas memainkan peranan penting dalam inisiasi dan perkembangan hipertensi.
Kebugaran kardiorespirasi bukan hanya merupakan alat ukur objektif dalam menilai kebiasaan aktivitas fisik, tetapi juga berguna sebagai indicator diagnostik dan prognostik pada pasien klinis.
Aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi adalah determinan yang penting dan bersifat dependen sebagai penentu kematian pada individu yang overweight dan obesitas. Rendahnya aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi juga berhubungan dengan meningkatnya tingkat mortalitas pada individu dengan diabetes. Ada hubungan terbalik antara angka kematian dengan tingkat kebugaran pada orang dengan normoweight, overweight, maupun individu yang obesitas.
Rendahnya kebugaran kardiorespirasi berhubungan kuat dengan tingginya risiko semua penyebab kematian pada pria dengan diabetes dan hubungan ini berlaku baik untuk normoweight, overweight, dan obese. Kebugaran yang lebih tinggi berbanding terbalik dengan kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pria dengan diabetes pada IMT normoweight, overweight, atau obese kelas I. Walaupun kebugaran kardiorespirasi dipengaruhi oleh komponen genetik (25% -40%), cukup jelas jika latihan fisik yang regular adalah penentu kebugaran.
Berdasarkan penelitian Ross dan Janiszewski (2008), pada individu yang mengalami obesitas yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler sebaiknya disarankan untuk melakukan olahraga yang menurunkan berat badan karena akan memberikan efek yang besar dalam menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini dilakukan karena setelah berolahraga terjadi perbaikan dalam beberapa faktor risiko penyakit kardiometabolik, contohnya, resistensi insulin akan membaik kurang lebih 20% setelah olahraga aerobik selama satu jam pada orang yang sehat, orang yang mengalami resistensi insulin, maupun orang dengan diabetes. Perbaikan ini sebanding dengan intervensi farmakologi.
Olahraga aerobik selama satu jam juga akan menurunkan trigliserida sampai 10% - 25% dan meningkatkan kolesterol HDL 7% - 15% serta dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga akan memengaruhi komposisi tubuh terutama mengurangi lemak viseral, selain itu akan memperbaiki fungsi glucose transporter 4 (GLUT 4) di otot rangka dan meningkatkan efisiensi metabolism pada otot.





















1 komentar:

  1. mau tanya, mengukur densitas tubuh perempuan khan menggunakan X2 (triceps, suprailiac, dan front fhigh) supaya dia menjadi satu kesatuan X2, hasil pengukuran tiga parameter tersebut di jumlahkan atau dikalikan ya?
    thanks sebelumnya.. pustaka nya dari mana ya??

    BalasHapus